Follower

Thursday, July 26, 2018

"Aku Telah Menzalimi Anak Tomat"


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Pagi itu, setelah melakukan zikir pagi. Biasanya saya lakukan ketika selesai sholat Subuh. Jika tidak ada lagi kawan diskusi, maka lantunan zikir secara perlahan menghiasi hati. Setelah kurang lebih 90 atau 100 menit setelah azan subuh dikumandangkan, saya tunaikan sholat Isyroq. Sholat sunnah jenis ini secara nama hanya dikenal dalam mazhab Hanafi. Silahkan buka kitab Riyadu Sholihin karya Imam An Nawawi, maka kamu tidak akan temukan nama sholat sunnah Isyroq di situ. Padahal itu kitab salah satu panduan dalam mazhab Syafi'i. Sebenarnya secara jenis sholat, ada tapi namanya awal Dhuha. Maksudnya, kalau kita mau sholat Dhuha sudah boleh walaupun bukan waktu yang afdhal. 

Yah, sudahlah bukan itu yang akan saya ceritakan. Setelah Sholat Isyroq, saya langsung mengelilingi masjid, maksudnya jalan-jalan bukan tawaf yah. Nanti salah sangka lagi. Hehe. 

Kebetulan kediaman saya sekarang bersebelahan dengan masjid. Tepatnya 15 meteran. Mata saya tertoleh ke tumpukan gelas air mineral yang 2 hari lalu sempat saya kemas dan rapikan. 
"Astagfirullah, anak tomat yang saya pindahkan kemarin dulu itu, satu pohonnya tewas." Apa pasal. Oh saya baru teringat bahwa, kemarin setelah bekam salah satu kawan yang sakit. Saya lupa untuk menyiram tanaman tersebut. 

Saya telah melakukan pembibitan sejak 10 hari yang lalu, ketika masih deras diguyur hujan bumi 'konasara', Konawe Utara. Saya mendiami bumi konasara ini baru sekitar 3 minggu yang lalu. Setelah melihat pekarangan masjid yang luas. Bunga yang diisi pada pot bunga juga sudah pada 'layu'. "Kasihan tidak terurus." Batinku. Pembibitan mulai saya lakukan. Sebenarnya, saya ingin mengisi dengan bibit kol, tomat, cabe dan sebagainya. Tapi, apalah daya bibit di wilayah inipun sangat terbatas. Bermodalkan satu sachet bibit tomat. Ku taburi wadah pot bunga yang telah tersia-siakan itu. 

Setelah sekitar 1 atau 2 sentimeter bibit tomat itu tumbuh. Ku pindahkan ke tempat yang terpisah agar tidak terlalu rapat. Dikhawatirkan, kalau terlalu rapat, maka tanaman akan sulit untuk berkembang. Bahkan, condong akan mati. Ku ingin langsung memindahkan ke pot yang besar itu. Pot yang saya maksud adalah kotak persegi panjang berukuran sekitar 60 cm x 200 cm. Wow, gede banget. Maka, demi penataan yang rapi nantinya. Saya putuskan untuk tidak diletakkan pada pot raksasa itu dulu. Saya pindahkan ke tempat semi persemaian berikutnya. 

Yah, demi memanfaatkan gelas air mineral yang telah berserakan. Ku putuskan untuk mentransitkan bayi tomat itu terlebih dahulu di situ, pot mungil. Saya berencana jika telah tumbuh sekitar 50 sentimeter, maka tomat anakan itu akan saya poskan pada pot gede tersebut. 

Beberapa telah saya pindahkan. Dikarenakan sedikit kerepotan menerapi kawan yang sakit sehingga, hampir tiba waktu azan Magrib berkumandang. Hati kecil saya mengingatkan, "itu bayi tomat yang kamu pindahkan, tolong disiram". 
"Yah", batin saya mengiyakan. Tapi, dasar nafsu malas saya. "Ah, kemarin kan, baru disiram. Biar besok pagi saja disiram lagi,  bisa kok". Akhirnya, batinku membenarkan rayuan gombal dari nafsuku. 

Pagi itu saya tengok. "Kasihan, bayi tomatku, sudah tidak bernyawa". Pikirku dalam diam. Mungkin saya akan mendapatkan azab akibat perbuatan ku. Kenapa bisa? Bisa. Coba tengok sabda Rasulullah saw, tentang seorang wanita ahli ibadah di zaman Bani Israel. Ia sehari-hari tergolong kuat beribadah. Bayangkan, ia seharian berpuasa dan pada malam harinya disibukkan dengan qiyamul lail, sholat malam. Sudah seharian puasa, malampun tidak tidur akibat lamanya beribadah. Apakah ia masuk syurga...? Nabi Saw, sampaikan "tidak". Bahkan ia menjadi penghuni neraka. Why? Karena demi menjaga kekhusyu'an ibadah, seekor kucing telah ia letakkan di dalam kurungan. Sudah beberapa hari kucing itu ia biarkan tanpa diberi makan. akhirnya,  kucing tersebut berakhir dengan  kematian. 

Saya jadi khawatir dengan nasib saya di akhirat. Mengingat kisah dari wanita yang disebutkan dalam Shohih Bukhari di atas. "Huuup..., heh.....". Saya mencoba menstabilkan pikiran saya dengan menghirup udara segar masuk ke otak dan menghembuskannya. "Astagfirullah al-adzim". Saya beristigfar menyesali perbuatan saya kemarin. Saya berjanji untuk tidak menyia-nyiakan sisa tanaman yang lain. 

Wahai sahabatku, perhatikanlah apa yang menjadi tanggung jawab mu. Seekor kucing tadi, kalau mati kelaparan di hutan. Maka, tidak ada yang berdosa karena di hutan. Bukan suatu unsur kesengajaan. Apalagi kesengajaan itu berada di bawah kontrol dan kemampuan kita. 

Wahai saudaraku yang budiman. Bukankah, dulu ada seorang wanita pelacur yang divonis masuk syurga oleh Nabi saw karena hanya memberikan minum kepada seekor anjing yang hampir mati kehausan. Yang diberi minum adalah seekor anjing. Dalam agama kita, Islam. Anjing adalah hewan yang najis pada sebagian tubuhnya. Bukan najis sedang seperti hewan lain. Tapi, najis besar. 

Wanita itu hanya memberikan seteguk air melalui sepatu yang ia miliki karena sumur itu tidak memiliki timba. Sumur pada zaman itu ada tangga untuk bisa masuk ke dalam agar bisa minum. Anjing itu hanya melongo di atas permukaan sumur yang dalam. Ketika sang wanita hendak keluar dari sumur. Wajahnya yang ayu, telah bertemu muka dengan seekor hewan najis tersebut. Ia bukan jengkel dan mengusir anjing itu. Tapi, ia kembali masuk ke dalam sumur untuk mengambil air. 

Bagaimana caranya. ia letakkan air di sepatunya. Setelah sepatunya dirasa telah penuh. Sepatu itu digigitnya. Bayangkan, dua tangan digunakan untuk memanjat tangga sumur. Sambil nafas masih tersengal-sengal ia menggigit sepatunya dengan kuat. Agar tidak tumpah. Luar biasa tenaga terkuras hebat. Giginya menerkam sepatu, nafasnya diatur, konsentrasi dijaga. Supaya, air atau sepatu tidak miring. Nanti pasti airnya akan tumpah. Pekerjaannya jadi sia-sia belaka. 

Dalam hatinya ia iba melihat keadaan anjing yang sangat kehausan. Ia mengingat bahwa bagaimana susah payahnya dirinya di tengah padang tandus itu. Ketika diusir dari kampungnya karena telah melakukan zina. Hukuman zina pada saat itu, selain disuruh bertaubat. Konsekuensinya, ia harus diasingkan selama satu tahun di luar negerinya. 

Air itu diberikan. Anjing meminumnya dengan begitu lahap. Setelah dahaga anjing itu sirna. Mereka berpisah. Masing-masing mencari jalan hidup sendiri-sendiri. Tergambar begitu ikhlas dan penyayang. Allah yang begitu Maha Kasih telah memutuskan untuk menerima amalan yang kelihatan sepele dibandingkan dengan ibadah wanita pertama tadi. Demikianlah Allah swt, menerima amalan yang murni ikhlas dan rasa belas kasih yang dalam kepada sesama. Bahkan, rasa cinta dan kasih harus diberikan kepada semua ciptaan-Nya. 

Nabi Muhammad saw, yang terkasih telah menyebutkan di dalam hadits. 

اِرْحَمْ مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكَ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Sayangilah makhluk yang ada dibumi, niscaya yang ada dilangit akan menyayangimu”. (Hadits Shahih, Riwayat ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Lihat Shahiihul jaami’ no. 896).
Islam sangat menganjurkan agar nilai-nilai kasih sayang tidak luntur dalam kondisi apapun. Satu ketika, datanglah seorang Arab Baduy menjumpai Sayyidina Ali ra. ia sangat heran melihat perilaku seorang presiden muslim seluruh dunia saat itu. Saat itu diistilahkan dengan khalifah. Yang mengherankan bagi si baduy adalah begitu gagahnya sang khalifah di medan laga. Disegani baik kawan maupun lawan. Tapi, ketika berada di dalam rumahnya bersama dengan anak-anaknya ia menjadi kuda-kudaan bagi kedua putranya, Hasan dan Husain r.huma. Bahkan begitu mesra ia mencium kedua putranya. 

Lantas sang baduy berceloteh, "Adapun saya memiliki 11 orang anak, tapi tidak ada satupun yang pernah saya cium putra-putrku sebagai mana yang saya lihat sekarang". Kata Sayyidina Ali ra. Mengutip sabda Rasulullah saw. "Manlaa yarhamu walaa yurhamu". Barangsiapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan disayangi. Sebenarnya, bukan hanya disayangi makhluk tapi disayangi oleh yang menciptakan seluruh makhluk, Allah swt. 

Kita perhatikan pula ketika terjadi berkecamuk perang. Apa nasehat Baginda Rasulullah saw, "Jangan menebang pohon, membunuh anak-anak, membunuh wanita, orang tua renta dan jangan membunuh hewan ternak". Betapa indah kasih sayang dalam islam sehingga walaupun dalam keadaan perang sedang berkecamuk masih memperhatikan adab dan kasih sayang. Inilah alasan mengapa Islam diterima dengan mudah pada zaman itu. Bukan seperti yang diceritakan oleh para pembenci Islam. 

Lihatlah, bagaimana Islam masuk di Indonesia, tanpa perang. Di Negeri India 7 abad Islam pernah berkuasa di sana, tapi dunia menyaksikan di sana mayoritas adalah Hindu. Karena memang Islam dihadirkan bukan untuk menumpahkan darah. Tapi, demi menciptakan stabilitas sosial di seluruh dunia. Jangankan skala dunia, skala mikro dalam kehidupan saja seperti bagaimana mengurus hewan peliharaan, merawat tanaman. Membuat lubang pada pot dengan 2 lubang minimal agar ada sirkulasi udara pada akar. Ini bukan hanya berkaitan erat dengan sekedar tumbuh kembang tanaman. Tapi, lebih daripada itu, untuk mengamalkan perintah Ilahiah dalam ajaran yang suci, Islam. 

Kalau mau mengetahui islam. Janganlah melirik pada kelompok minoritas ekstrimis yang mencari makan dengan proyek kekerasan mereka. Kita tidak tahu. Apakah ada kerja sama antara keamanan dan perusuh. Sehingga, proyek keamanan bertambah terus budgetnya setiap tahun. Wallahu alam. Kita tidak tahu. Yang jelas, kita adalah pribadi yang dihadirkan untuk menciptakan perdamaian dengan mengamalkan nilai-nilai luhur keislaman itu.

Terimakasih, semoga bermanfaat.

==========
Wanggudu, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara
Jumat, 20 Juli 2018
Pukul: 23:42, ditengah kesunyian malam.

===========
Bahan Bacaan:
Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Kitab Fadhilah Sedekah. Bandung. Pustaka Ramadhan

Al-Kandahlawi, Yusuf. 2015. Kitab Hayatu Sahabah, Perikehidupan Para Sahabat Ra. Bandung. Pustaka Ramadhan.

Wednesday, July 25, 2018

Membangun Etos Kerja Berbasis Spiritual Learning


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Tulisan kali ini adalah permintaan khusus dari musyawarah mingguan markaz. Markaz adalah istilah yang digunakan dalam kerja dakwah wa tabligh, sebagai pusat pertemuan atau masjid sentral. Fungsi markaz selain tempat ibadah dan ta'lim atau wadah pembelajaran agama. Markaz juga digunakan untuk merancang, mengontrol, mengoordinasikan unit-unit dakwah baik skala jamaah, perorangan baik persatuan wilayah pemerintahan. Pembahasan yang dititikberatkan pada pembinaan amalan  masjid dan masyarakat yang mendiami kawasan pemukiman tertentu.

Pada musyawarah itulah, penulis diamanatkan untuk membuat semacam profil singkat. Profil tentang apa dan bagaimana potensi dan pembinaan kecerdasan spiritual atau yang dikenal dengan Spiritual Quotient (SQ).

Walaupun yang diminta adalah berbentuk syllabus. Tapi, penulis sengaja menyusunnya dalam bentuk artikel agar mudah dikonsumsi oleh semua orang. Serta tulisan ini bisa dijadikan panduan awal untuk mengenal potensi Kabupaten Kolaka Timur (Koltim). Serta apa manfaat atau output yang akan dicapai dengan proses pembelajaran dengan metode khuruj fii sabilillah ini. Demi pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) dimaksud. sehingga, menghasilkan mental  abadi praja yang patriotik, nasionalis dan agamis.

Untuk memudahkannya, kami membaginya dalam beberapa bagian. Silahkan disimak.

1. Selayang pandang Kabupaten Kolaka Timur (Koltim).

Menurut keterangan dari pusat informasi Kabupaten Kolaka Timur yang dimuat pada situs kolakatimurkab.go.id bahwa Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu dari 17  kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk melalui UU Nomor 8 tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Kolaka Timur yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka tersebut terdiri dari 117 desa dan 16 kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan.

Kabupaten Kolaka Timur masuk dalam kawasan strategis nasional (KSN) Kepentingan Ekonomi & Lingkungan yakni KSN Kapet, KSN Rawa Aopa Watumohai dan KSN Rawa Tinondo. Selain itu, Kolaka Timur juga dimasukkan dalam kawasan strategis provinsi yakni PKIP Wilayah Pelayanan Pomalaa & KSP Industri Perkebunan Kakao Ladongi.

Potensi besar dari Kabupaten yang diharapkan memberikan sumbangsih kepada negara itu. Sumbangsih dibidang pengembangan ekonomi dan pemberdayaan lingkungan khususnya, dan penyejahteraan masyarakat pada umumnya. Semua itu hanya bisa terealisasi jika aparatur pemerintahan yang mendiaminya memiliki inner control atau kontrol dalam. Inner control yang terpatri  dalam diri untuk terus berkarya kepada kemaslahatan manusia demi pengabdian kepada Sang Khalik.

Inner kontrol itulah yang disebut dengan kecerdasan spiritual alias Spiritual Quotient (SQ). Dengan Spiritual Qoutient mampu mengontrol kinerja aparatur negara tanpa pamrih, karena bagi sang aparatur mengabdi dan memberikan pelayanan yang prima kepada seluruh khalayak adalah suatu anugerah, perintah suci dari Pemilik Alam, Allah swt.

Kabupaten yang memiliki PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebanyak 7. 114 jiwa itu (BPS: 2015). Jika tidak dikontrol oleh inner control yang tangguh, maka tidak bisa dipungkiri kekurangan dan kekeliruan yang disengaja, akan nampak disana dan di sini. Kekeliruan dalam menjalankan tugas merupakan suatu keniscayaan yang melekat pada sifat kemanusiaan. Tapi, unsur kesengajaan dalam melakukan suatu kesalahan apalagi kesalahan bersistem, ini sesuatu di luar kepatutan. Hanya dengan inner control yang sempurna dan mumpuni saja yang bisa mengatasi itu.

Katakanlah, 10% saja yang melakukan kesalahan secara tersistem seperti di kabupaten yang tidak perlu disebut. Angka ketidak hadiran para aparatur negara pada kabupaten lain itu, telah membuat sistem pelayanan publik begitu terganggu. Maka, kami hadir sebagai solusi untuk menawarkan kegiatan yang selaras dengan program pemerintah pusat untuk 'merevolusi mental' baik aparatur negara,  eksekutif, yudikatif, dan legislatif sampai kepada tingkat terendah buruh, dan seluruh lapisan masyarakat.

Kegiatan dakwah dan tabligh yang telah tumbuh berkembang hampir diseluruh jagad. Bukan hanya di nusantara tercinta ini, tapi telah menembus ke seluruh wilayah yang pernah ditinggali oleh manusia. Ke kutub utara, suku eskimo, jamaah dakwah ini telah sampai ke sana. Bukan untuk sekedar wisata tapi yang lebih prinsipil adalah untuk membangun kesadaran umat akan hari pembalasan di akhirat.

Akan tiba suatu masa yang mana kita dihadapan dengan seluruh catatan baik maupun buruk. Disidang di hadapan seluruh manusia. Kakek-nenek kita lihat perbuatan kita, anak-cucu kita berantai sampai hari kiamat akan menyaksikan hasil karya dan perbuatan kita. Apakah karena Allah atau karena yang lainnya. Inilah, inner control yang mesti disusupkan kepada jiwa-jiwa para hamba Allah itu. Apapun status dan golongannya, pangkat dan jabatannya. Hartawan atau miskinkah dia. Ningrat atau jelatakah dia, mesti tercipta jiwa-jiwa yang takwa. Jiwa yang senantiasa mengharapkan perjumpaan yang paling diridhoi oleh Allah, yakni mati dalam keadaan husnul khatimah. Mati dalam puncak karya, mengabdi kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya.

"Barangsiapa yayang berbuat kebajikan (walaupun) sebesar zarrah pasti ia akan melihat balasannya. Dan Barangsiapa yang melakukan kebejatan (walaupun) sebesar zarrah, pasti dia akan melihat balasannya." (QS Az-Zalzalah: 7-8) 

2. Pengaruh Spiritual dalam etos kerja

Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa inner control adalah pola sistem kontrol yang berlangsung kapan dan dimanapun. Semua aparatur pemerintahan akan menjalankan amanah, tugas, pekerjaan yang sesuai tupoksi masing-masing instansi. Pelaksanaan tupoksi (Tujuan Pokok dan Fungsi) dari setiap individu pada instansi masing-masing hanya bisa berjalan jika ada rasa tanggung jawab dan merasa dikontrol oleh 'Big Boss'. Mental ABS (Asal Bapak Senang) adalah mental yang dilahirkan dari rezim otoriter. Semua ingin kelihatan lancar dan baik dihadapan the big boss, bos besar. Padahal, dari segi fakta dan kenyataan di lapangan tidak seperti laporan diatas kertas itu. Inilah kerja yang sebenarnya, berbuat yang terbaik walaupun the big boss sedang di luar. 

Jika tugas dan tanggung jawab ini, berjalan sesuai dengan inner control yang diharapkan. Maka, kemajuan disegala bidang akan berjalan naik. Grafik pertumbuhan ekonomi, kestabilan sosial kemasyarakatan, menurunnya angka kriminalitas dan semua dampak positif dari peningkatan etos kerja dengan inner control akan nampak merata. Inilah tujuan didirikan negara ini. Untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. 

Pekerjaan adalah ibadah. Apalagi, pekerjaan yang bentuknya pengabdian kepada khalayak. Perhatikan sabda Rasul berikut ini. 

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ» قلنا: لمن؟ قال: «لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم». رواه مسلم
"Agama adalah nasehat. Para Sahabat bertanya: Untuk siapa?. Dijawab Nabi: Nasehat untuk Allah, nasehat untuk Rasul, untuk pemimpin kaum muslimin dan seluruh khalayak". (HR. Muslim)

Telah dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Syarah Muslim bahwa maksud nasehat disitu adalah, "uridul khair ilal ghair", menghendaki kebaikan kepada selain dirinya. Dalam bahasa kita adalah pengabdian dan dedikasi. Jadi, agama (Islam) itu adalah dedikasi kepada Allah, kepada Rasul, kepada pemimpin kaum muslimin dan masyarakat seluruhnya. 

Tidak cukup sampai disitu, Allah swt. pun berfirman. "Bekerjalah! 

"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah: 105)

Stressing dan penekanan disini sangat jelas agar dalam menjalankan amanah pemerintahan, atau pekerjaan apapun perlu menghadirkan nilai spiritual di situ. Bahwa, pekerjaan ini adalah tugas suci yang diperintahkan oleh Sang Ilahi. Selain pengabdian dan pelayanan kepada publik ini adalah amanat nasional dan amanat Allah dan Rasul-Nya. 

3. Hubungan Emosional dan Spiritual Quotient (ESQ)

ESQ adalah singkatan dari Emosional, Spiritual Quotient. Maksudnya, emosional yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip spiritual. Maka, akan timbul harmonisasi antara hubungan horizontal kemasyarakatan dan stabilitas vertikal ketuhanan. 

Orang yang melakukan pengabdian dan pelayanan hanya berdasarkan horizontal emosional. Berdasarkan untung-rugi pada titik terendah dalam menjalani hidup ia akan frontal dengan keadaan. Tapi, jika ia memiliki ESQ yang mumpuni, maka perkara yang dicemaskan itu menjadi sirna. Why? Karena telah terpatri dalam jiwanya bahwa ada kontrol dari sang pencipta. Semua ada jatah dan porsi masing-masing. Tidak perlu risau dengan keadaan yang mencemaskan ini dan itu. Semua bisa memperbaiki dengan penataan stabilitas, dimulai dari diri sendiri dan hal-hal yang kecil menuju perbaikan global. 

Inilah keseimbangan dan harmonisasi hidup. Yang dikejar oleh para filsuf. Diceritakan oleh para sastrawan, digembar-gemborkan oleh para politisi dan diceramahkan oleh para pendakwah. Keseimbangan dalam segala bidang. Aspek terkecil hingga terbesar. Itulah keseimbangan vertikal dan horizontal. 

4. Apa dan bagaimana pembelajaran Spiritual Learning

Sempat sudah ada pra-perkenalan di depan. Bahwa kegiatan dan usaha dakwah wa tabligh adalah usaha yang telah berjalan di seluruh pelosok dunia. Dengan usaha yang telah dirintis sejak 1925 silam. Usaha yang murni bergerak pada bidang perbaikan sifat kemanusiaan. Perbaikan sifat ketakwaan. Perbaikan dibidang sosial kemasyarakatan. Perbaikan akhlakul karimah. Usaha yang tidak ada kaitannya dengan isu apapun, baik ras, politik dan golongan. 

Usaha yang lahir dari anak benua india itu, telah banyak mengubah keputusasaan menjadi harapan. Telah mengubah dari lembah kenistaan kepada puncak kemuliaan. Usaha yang jika dijalankan sesuai tertib zahir dan batin maka akan menghasilkan manusia yang paripurna. Manusia yang senantiasa Inabah, kembali kepada Allah. Walaupun godaan silih berganti menghampiri, bukan dia akan terjerumus. Malah, dia akan menjadi pionir kebaikan dan perbaikan. Inilah usaha dengan modal diri sendiri dan harta sendiri. 

Inilah tertib perbaikan yang spektakuler itu. Usaha yang bukan hanya membentuk pribadi yang pesimis tapi optimis. Usaha yang tidak membutuhkan banyak modal, apalagi menghabiskan APBD. Mengapa demikian? Karena usaha dakwah ini mensyaratkan perbaikan diri dengan pengorbanan. Pengorbanan dari yang paling kita cintai baik dari segi materiil dan moril. Perbaikan yang menuntut perbaikan, diri, harta dan waktu. Maka, modal awalnya adalah diri, harta dan waktu itu dikorbankan terlebih dahulu. Allah firmankan. 

"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat. Dan berjihadlah kamu dengan harta dan diri kamu sendiri di jalan Allah. Yang demikian itu, lebih baik jika kamu mengetahui." (QS Attaubah: 41).

Walaupun sebenarnya, jihad dalam konteks khusus adalah membela kaum muslimin dalam keadaan terdesak oleh serangan musuh. Tapi, secara luas jihad adalah upaya memperjuangkan nilai-nilai spiritual dalam mengamalkan agama baik dari segi perbaikan hubungan vertikal ataupun horizontal.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

"Kamu tidak akan mencapai kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan apa-apa yang paling kamu cintai." (QS Ali Imran: 92)

Begitupun dakwah ini, tidak akan tercapai perbaikan secara total dan menyeluruh . Manakala tidak dikorbankan harta, diri dan waktu yang begitu berharga. Kebiasaan dan kesenangan kita adalah menghamburkan 3 potensi tadi, harta, diri dan waktu sesuai nalar yang kita suka dan cintai. Tapi, demi terapi dan perbaikan spiritualitas, mentalitas atau aspek emosional hanya bisa terlaksana jika juklak (petunjuk dalam pelaksanaan)  pada terapi itu dilaksanakan.

Bukankah, kita pun akan melakukan hal serupa jika membutuhkan terapi pada perbaikan kesehatan 'luar' kita. Kesehatan jasadiah. Bahkan, orang yang terkena diabetes rela untuk meninggalkan memakan nasi, mengkonsumsi manisnya gula, dan sebagainya.

5.  Sarana Pembelajaran Spiritual Quotient (SQ)

Sarana Pembelajaran pada spiritual learning ini sangat sederhana. Sarana yang dibutuhkan tidak memerlukan pengadaan barang tertentu. Yang dibutuhkan hanyalah kesiapan dari peserta untuk tawajuh alias fokus dalam mengikuti dan terlibat langsung dalam kegiatan dimkasud. 

Pola kegiatan dan pembinaan spiritual Qoutient adalah berbasis masjid. Sebagaimana Rasulullah saw membentuk kepribadian sahabatnya di kurun awal generasi terbaik dari umat ini. Baik dalam safar, hijrah ke madinah, semua yang menjadi sentra kegiatan adalah masjid. Di perjalanan namanya masjid Quba yang diprakarsai oleh seorang sahabat bernama Ammar bin Yasir ra.

Ketika di madinah. Masjid Nabawi adalah pusat dari semua kegiatan untuk membangun dan membina umat yang rahmatan lil alamin itu. Yah, demikian pula kegiatan spiritual learning ini. Masjid adalah pusat kegiatan, yang dibutuhkan pada masjid yang ingin digunakan hanyalah fasilitas untuk sholat berjamaah, tempat wudhu dan MCK yang mumpuni. 

Sebab, kegiatan ini berlangsung selama 3 X 24 jam. Ini adalah standar kurikulum baku internasional. Seluruh dunia pola i'tikaf pesantren kilat untuk pembinaan iman dan amal ini adalah sudah standar. Tidak bisa dirubah. Jika dirubah, dalam artian dikurangi waktu pelaksanaannya, kemungkinan hasil terapi ruhani yang diinginkan malah tidak tercapai. Dengan kata lain pencapaian yang tidak maksimal. Sebagaimana orang terapi, maka banyak hal yang harus dia tinggalkan. Seperti itupun, keluarga dan kesibukan yang lain semua ditinggalkan. Hanya fokus pada perbaikan iman dan amal sebagai sarana pembentukan spiritualitas dan ketakwaan kepada Allah swt. 

Bagi peserta, pasti membutuhkan biaya konsumsi selama 3 hari. Tidak mahal, budget pengeluaran untuk konsumsinya. 3 X 24 jam hanya membutuhkan biaya standar Rp 30.000 - 36. 000.  Setiap hari hanya merogoh kocek Rp 10.000 - 12. 000,- tidak mahal bukan? Yah, itu semua sudah mencukupi untuk ngopi atau snack pagi-sore. Makan siang dan malam. Wow fantastis! Memang, demikianlah agama mengajarkan kita untuk secukupnya. Tapi tidak berkekurangan. 

Sarana Pembelajarannya adalah para peserta dilibatkan full baik dari pelibatan materi, rasa, perenungan yang dalam bagi setiap peserta itu. Para peserta akan berkontemplasi dengan dirinya sendiri. Ia akan mengukur sejauh mana dirinya telah berjalan sesuai dengan rambu-rambu Ilahiah dan rambu-rambu pemerintah. Selebihnya, akan dijelaskan pada program kegiatan selama 3 X 24 jam di bawah ini. 

6. Program dan materi Spiritual Learning

Materi yang akan disampaikan oleh para instruktur adalah seputar materi adab sunnah dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa demikian, karena selama 3 X 24 jam adalah hanyalah aplikasi kemasyarakatan yang berbasis masjid. Kegiatan ini tidak lain hanyalah kegiatan pembentukan karakter spiritual yang mumpuni. Pembinaan karakter spiritual tidak membutuhkan materi ceramah yang membosankan hingga berjam-jam. Tidak, metode pelibatan langsung kepada praktek amaliah. Pembiasaan makan duduk sesuai sunnah, berpakaian ala sunnah, minum tidak berdiri ala sunnah, bertutur senantiasa diisi dengan kalimat dakwah dan hikmah. 

Muzakarah adalah metode yang paling sering digunakan pada penyampaian materi "aplikasi adab dan sunnah". Muzakarah adalah kegiatan take and balances dari, dan untuk kita. Tidak monoton dari A sampai Z hanya pemateri tok yang berbicara, sedangkan peserta hanya melongo. Peserta hanya D4P (datang, duduk, dengar, diam dan pulang). Tidak, tidak seperti itu. Setelah peserta dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5- 10 orang. Satu instruktur akan menemani. 

Muzakarah tentang adab berlangsung sekitar 15 menit kemudian peserta akan mengulang apa yang telah disampaikan atau menambah dari materi apa yang mau ditambahkan. Take and give adalah metode terbaik untuk mengaktifkan semua peserta. Eit, itu bukan sarana pembelajaran murni. Pembelajarannya dikatakan sempurna jika peserta terlibat langsung dalam pengamalan nilai-nilai adab dan sunnah dalam 3 X 24 jam itu. Jika minumnya masih berdiri maka peserta yang lain atau instruktur akan mengingatkan dengan lembut tentang amalan sunnah yang telah didapat pada materi sebelumnya. Sehingga, materi bukan hanya dihafal tapi lebih daripada itu diamalkan dan disampaikan. Proses Pembiasaan ini berlangsung khidmat selama 3 X 24 jam tersebut. 

Ada juga, program jaulah. Jaulah adalah program dakwah keliling. Dakwah seperti ini lebih mirip dan mendekati cara dakwah semua para Nabi dan Rasul. Inilah metode terbaik untuk membentuk karakter da'i yang membaja. Karakter yang tidak terkesan dengan pujian dan tidak rendah dengan makian.

Kegiatan ini berlangsung pada sore hari, ketika kebanyakan masyarakat telah kembali dari beraktivitas di luar rumah. Rombongan dibentuk sekitar 8 - 10 orang. Ada yang ditugaskan sebagai dalil atau penunjuk arah. Kerjanya mengetok pintu, memberikan salam dan menyampaikan bahwa ada penyampaian dari jamaah. Setelah orang yang dituju atau tuan rumah itu siap mendengar, maka seorang mutakallim tampil. 

Mutakallim adalah pembicara alias juru bicara dari jamaah jaulah. Ia akan berbicara singkat seputar kehidupan dunia yang sementara dan membutuhkan bekal untuk menuju akhirat. Semua peserta mendengar dengan tertib. Pengulangan materi dan penyampaian dari sang mutakallim itu akan membekas pada pembicara sendiri dan kepada jamaah jaulah itu sendiri. Diakhir pembicaraan, sang mutakallim akan mengajak tuan rumah untuk terlibat langsung di masjid pada ceramah maghrib. 

Kronologi kegiatan mulai dari awal hari sampai berakhir adalah seperti berikut. Pertama, kegiatan ini dimulai dengan musyawarah- tentunya pembekalan atau yang diistilahkan dengan bayan hidayah telah diterima sebelum keberangkatan di Masjid tempat kumpul awal-. Musyawarah seputar apa yang akan dilaksanakan pada hari itu, siapa petugas, siapa bagian khidmat atau pelayanan kepada jamaah, siapa yang akan dikunjungi secara khusus alis jaulah khususi. Siapa yang bertugas sebagai penceramah atau mubayin pada ba'da maghrib dan ba'da Subuh. Dimusyawarahkan pula, siapa instruktur atau amir muzakarah. Berapa kisaran biaya makan atau konsumsi dalam sehari. Siapa yang bertugas untuk ta'lim atau pembacaan kitab Fadhilah amal, peserta yang bagus bacaannya pun boleh tampil. 

Setelah musyawarah, maka peserta akan diberikan muzakarah singkat tentang adab dan etika ketika berada di masjid. Kemudian istirahat beberapa menit, istirahat diisi dengan sholat sunnah, baik Dhuha, zikir atau baca Al-Qur'an. Setelah itu program dilanjutkan dengan ta'lim pagi yang berlangsung dari jam 9 sampai jam 11.30. Menghabiskan waktu sekira 2,5 jam. 

Sesi ta'lim dibagi 3 bagian. Ta'lim kitab fadhilah amal, perbaikan tajwid bacaan Al-Qur'an alias halaqoh tajwid, dan muzakarah sifat mulia para sahabat yang dikenal dengan muzakarah 6 sifat. Setengah jam menjelang zuhur berlangsung kegiatan Ijtim'iyat atau program bersama diistirahatkan. Program jedah dengan baca Al-Qur'an, zikir atau para peserta saling berbagi satu sama lain tentang materi yang telah dimuzakarahkan. 

Setelah selesai sholat zuhur dilangsungkan dengan pembacaan satu hadits tentang keutamaan shalat. Pembaca boleh diambil dari peserta sesuai keputusan musyawarah pagi. Kemudian ada muzakarah singkat tentang adab dan sunnah makan. Jedah diantara ta'lim zuhur dan muzakarah ada sholat sunnah ba'da zuhur. Setelah makan, peserta diberikan waktu istrahat siang alias qailulah. 

Istrahat dimaksud untuk menguatkan ketika tahajud. Setengah jam menjelang ashar semua telah rapi untuk menuju sholat ashar. Pada sesi istrahat tadi,  peserta tidak boleh meninggalkan masjid, pusat kegiatan. Jika ia tidak merebahkan punggungnya, maka ia habiskan sesi istrahat dengan banyak berzikir, bertafakur menghayati hakikat kehidupan atau pula ia menghabiskan dengan membaca Al-Qur'an atau sholat sunnah. 

Setelah ashar ada ta'lim satu hadits seperti zuhur tadi. Cuman, ditambah dengan ajakan kepada masyarakat untuk terlibat dalam proses jaulah umumi, jaulah kepada seluruh khalayak. Juga ajakan untuk terlibat dalam ceramah maghrib setelah sholat berjamaah nanti

Ceramah maghrib menjelang isya. Seluruh isi ceramah maupun muzakarah tidak menyinggung masalah politik, masalah pemerintahan, masalah khilafiah atau perbedaan pendapat dikalangan ulama. Tidak menyinggung tentang sumbangan kepada jamaah atau membesar-besarkan status sosial orang tertentu. Murni, hanya membicarakan tentang hakikat kehidupan, amal ibadah yang akan dibawa, bagaimana perbaikan hubungan sesama manusia, manusia dan alam, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan pencipta-Nya. 

Setelah isya, ba'da sholat sunnah isya. Langsung jamaah sebagian bermuzakarah tentang ushul atau pokok-pokok dakwah atau seputar adab tidur atau adab dan  bersama istri, atau bersama keluarga atau adab dalam keseharian lainnya. Sementara sebagian yang lain bersilaturahim ke tokoh- tokoh tertentu untuk berbagi mengenai kepentingan dakwah di semua kalangan atau dikenal dengan jaulah khususi. 

Setelah dinner atau makan malam. Semua peserta dianjurkan beristirahat lebih awal agar bisa bangun tahajud lebih awal pula. Pelaksanaan tahajud tidak dilaksanakan secara berjamaah agar para peserta terbiasa untuk tetap tahajud di rumah ketika sudah kembali. Ia akan tahajud seberapa rakaat saja yang disanggupi. Sisanya, ia bisa isi dengan zikir dan baca Al-Qur'an. Setelah subuh dilanjutkan dengan bayan atau ceramah subuh. Setelahnya dilanjutkan dengan musyawarah program dan evaluasi kinerja dan amalan yang telah dilaksanakan, setiap peserta akan memberikan karguzari atau laporan singkat mengenai apa yang telah dilaksanakan atau dipelajari. 

Adapun materi muzakarah yang akan disampaikan adalah.
a. Adab Masjid
b. Ushul Dakwah atau pokok-pokok alias pondasi dalam dakwah. Diantaranya, tidak membahas mengenai politik praktis maupun aib diri, orang lain dan masyarakat.
c. Adab makan-minum
d. Adab tidur
e. Adab jaulah atau silaturahim baik khususi maupun umumi
f. Adab bermuamalah dalam pekerjaan
g. Adab keseharian di rumah atau di tempat kerja.
h. Bagaimana agar semangat atau jazbah agama tetap lestari ditengah badai kerusakan.

Demikian poin-poin tentang manhaj dakwah yang suci ini. Semoga dapat kita laksanakan dan dipraktekkan sebagaimana mestinya. Dari kami hamba Allah yang penuh kekurangan.

Wanggudu, 26 Juli 2018
Pukul 04.34 menjelang subuh di keheningan tahajud.

==========
Daftar Bacaan:

Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Kitab  Himpunan Fadhilah Amal. Bandung. Pustaka Ramadhan

An Nadwi, Abul Hasan Ali. 2009. Sejarah Maulana Ilyas Menggerakan Jamaah Tabligh. Mempelopori Khuruj Fii Sabilillah. Bandung. Pustaka Ramadhan

Badan Pusat Statistik. 2015. Kolaka Timur Dalam Angka. Kolaka. BPS Pusat.

Kolakatimurkab.go.id. diakses 24 Juli 2018

Saturday, July 21, 2018

"Untuk Apa Saya Konsisten Membaca Al-Qur'an?"


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Suasana hati senantiasa mencari dimana letak nyaman dan ketenangan. Kadang terbesit dalam hati, "ingin jalan-jalan mencari udara segar." Banyak yang mengisi waktu liburannya dengan traveling ke puncak, gunung, laut dan berbagai macam wisata alam lainnya. Ada juga yang senang berkunjung untuk menikmati wisata kuliner. Mencoba berbagai aneka hidangan dari setiap daerah. 

Seindah apapun aktivitas kita, pasti akan ada kejenuhan. Walaupun setiap hari kita ke pantai atau ke gunung fun seterusnya. Pasti akan ada titik jenuh. Lantas, kenapa hati itu jenuh lagi. Padahal semua taman hiburan telah dikelilingi. 

Para pembaca yang budiman. Tahukah kita bahwa dalam tubuh manusia ada satu titik yang merespon nilai-nilai ketuhanan. Jika nilai-nilai ketuhanan itu berkurang dalam kehidupan maka hidup kita akan terasa kaku, kering, hampa dan tidak berdaya. Walaupun, semua tempat wisata kita kunjungi, tapi traveling kita jauh dari unsur memanifestasikan nilai-nilai ilahiah di situ pasti akan terasa kering. Titik tuhan itu berada dan mengontrol syaraf kita dalam sehari. Titik tuhan itu dikenal dengan istilah god spot.

Ada sekelompok ilmuwan pakar syaraf dari Universitas California San Diego. Penelitian mereka berlangsung pada tahun 1997 silam. Penelitian yang diketuai oleh Dr. Ramachandran itu, menyebutkan hasil yang sangat spektakuler. Hasil temuan mereka pada penelitian tersebut adalah dalam diri manusia tepatnya pada jaringan syaraf otak terdapat simpul-simpul saraf yang halus. Simpul-simpul itu disebut god spot atau titik ketuhanan atau bisa juga disebut God Module alias chip ketuhanan. Titik ini adalah simpul yang menghubungkan antara manusia dengan tuhan. 

Semakin manusia terhubung dengan nilai-nilai ketuhanan simpul-simpul ini akan aktif dan semakin kuat. Lebih terlihat sehat. Sebaliknya simpul-simpul itu akan melemah jika simpul-simpul ketuhanan pada syaraf tadi kosong dan kering dari nilai spiritual. Walaupun, bagi para atheisme yang tidak meyakini unsur ketuhanan dan campur tangan tuhan di permukaan bumi dan langit itu tidak menerima. Itulah, kesimpulan yang mereka hasilkan dari penelitian spektakuler tersebut.

Nah, dari sini kita bisa menemukan satu titik terang tentang, mengapa manusia cenderung hatinya hampa dan gelisah. Istilah bagi anak muda sekarang, gegana, alias gelisah, galau dan merana. Kenapa gegana terjadi. Yup, karena simpul god spot di dalam otak melemah. Kenapa bisa melemah karena hati kosong dari nilai-nilai spiritual. Lantas bagaimana cara menghadirkan nilai-nilai spiritual itu. Inilah yang akan kita bahas pemirsa sekalian.  Nabi Muhammad saw, telah memberi sedikit bocoran, apa dan bagaimana hati itu berkarat dan apa pembersihnya. 
إن هذه القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد إذا أصابه الماء . قيل : يا رسول الله وما جلاؤها ؟ قال :  كثرة ذكر الموت وتلاوة القرآن 


Sesungguhnya hati ini berkarat seperti besi berkarat bila kena air”. Shahabat bertanya: “Ya Rasulallah, apa yang bisa memebersihkannya kembali?” Beliau menjawab: “Banyak-banyak mengingat kematian dan tilawah al Qur’an”. (HR. Baihaqi) 
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلٰى قُلُوبِهِمْ مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka," (QS. Al-Muthaffifiin: 14)

Sibuk dengan urusan dunia membuat lupa akan akhirat. Karat hati akan bertambah setiap saat. Jika sudah memuncak karat hati itu. Maka, hilanglah gairah hati untuk mengamalkan agama. Hidup akan terasa kering, jauh dari nilai-nilai spiritual. Disamping kita senantiasa memperbaiki niat dalam menjalani kehidupan, bahwa hidup ini adalah persimpangan jalan menuju akhirat. Apakah kita akan menjadi ashabul yamin, penempuh jalur kanan atau menjadi ashabus syimal, penempuh jalur kiri. 

Allah tidak memaksa kita pada jalur tertentu. Tapi, Allah mengutus para Nabi untuk memberitahu konsekuensi dari jalur pilihan kita. 


"(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS An Nisa: 165)


Allah swt, menginginkan agar kita bersegera kembali kepada Allah. Sekian banyak nabi dan rasul hanya untuk menyampaikan agar kita tidak salah jalan. Bukan hanya seruan belaka, tapi tertulis dalam kitab sebagai pedoman ketika sang nabi telah tiada. 


Pada kesempatan kali ini kita membahas apa pentingnya kita membaca Al-Qur'an. Agar tulisan ini tidak terlalu panjang. Setidak-tidaknya, ada 5 perkara.


1. Membentuk kesucian jiwa

Yah, hadist terdahulu yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi rah.a di atas. Menyebutkan  tentang 2 alat pembersih hati. Yang pertama adalah tazkiraul maut, mengingat kematian. Yang ke dua adalah membaca Al-Qur'an. Kenapa 2 komponen ini begitu berkaitan erat sebagai alat pembersih karat hati. Coba kita telaah. 


Mengingat akan kematian menyebabkan seseorang mawas diri. Dia senantiasa berfikir, jika saya salah dalam menjalankan kehidupan, maka saya akan celaka di akhirat. Matanya akan dijaga, tidak mau melihat dan melirik hal-hal yang dilarang. Kakinya akan dikontrol kemana harus melangkah. Tangannya diperhatikan, apa saja yang boleh disentuh. Lisannya akan ditahan kepada apa saja yang boleh di nyinyir. Semua dikontrol, baik diri, harta, ilmu, waktu, jabatan atau apapun pasti akan dijaga dengan rapi. Kenapa? Karena ada masa pertanggungjawaban yang panjang dan ketat. Disana semua file kehidupan akan dipamerkan di hadapan seluruh khalayak manusia. 


Al-Qur'an sebagai kompas kehidupan. Dia akan membimbing dan menggiring. Kemana langkah harus di tuju. Bagaimana harta harus disalurkan. Bagaimana berlaku kepada anak, kepada istri, kepada orang tua, kepada bos, kenalan, kawan, bawahan bahkan kepada diri sendiri, haknya diatur dalam Al-Qur'an. 


Kebanyakan kita membaca Al-Qur'an, tapi sayang kita tidak memahami kandungan yang telah kita baca. Ada satu kekurangan. Tapi, itu bukan berarti kita tidak perlu membaca Al-Qur'an. Fungsi Al-Qur'an sebagai aplikasi pembersih hati tetap akan berlaku walaupun kita tidak memahami apa kandungan makna dari bacaan kita. 


Seorang pakar kesehatan Muslim, Dr. Al-Qadhi melalui penelitian yang panjang di salah satu klinik besar, Florida, Amerika Serikat. Menyebutkan bahwa, hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an baik ia memahami atau tidak, itu akan memberikan suasana syahdu di hati yang dapat menurunkan kadar depresi, memberikan ketenangan, menurunkan kadar tekanan darah, menangkal beberapa penyakit. 


Ini adalah pengaruh umum dari pasien yang diuji cobakan tersebut. Setelah menggunakan bantuan alat-alat kedokteran yang mutakhir ia mendapat satu kesimpulan, 97 % mendengarkan bacaan Al-Qur'an baik dipahami atau tidak akan memberikan dampak positif pada kesehatan dan pencegahan penyakit.


Penelitian yang berbeda juga pernah dilakukan pada tahun 1984 hasilnya 97 % berpengaruh positif pada kesehatan. Terakhir penelitian dilakukan oleh Muhammad Salim yang dipublikasikan oleh Universitas Boston dengan menggunakan 5 sukarelawan. Mereka terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Dengan menggunakan media pembanding selain Al-Qur'an, tapi dalam satu bahasa, yakni bahasa Arab. Perlu diketahui kelima orang tersebut tidak memahami sama sekali tentang bahasa Arab, 210 kali pengulangan baik Al-Qur'an maupun media pembanding tadi. Konklusi dari hasil penelitian tersebut adalah 65 % responden mendapatkan ketenangan dari bacaan Al-Qur'an dan 35 % responden mendapatkan ketenangan dari Syair Arab. 

Subhanallah, spektakuler. Pun, kita tidak memahami bacaan Al-Qur'an, Jangan sekali-kali berfikir untuk tidak membaca Al-Qur'an. Pastinya membaca lebih memberikan pengaruh daripada sekedar mendengar. Membaca ada manfaat pada lidah, mata, suara, otak secara bersamaan. Insya Allah pengaruhnya jauh lebih kuat untuk menerapi rohani dan jiwa. Hal tergambar jelas dalam firman Allah swt. 



وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
"Dan telah Kami turunkan Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat syifa' (obat penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Qur'an itu tidak akan menambah kepada orang yang zalim itu, kecuali kerugian belaka." (QS Al-Isra: 82)
2. Ingin curhat kepada Allah.

Setiap orang di dunia ini ingin unek-uneknya didengar, tanpa terkecuali. Walaupun orang bisu yang tidak bisa berbicara, tetap ia ingin didengar, tentunya dengan bahasa yang dia miliki. Terkadang, seseorang keliru dalam memilih teman curhat. Hal ini pernah dibahas oleh Pak Cah, panggilan Akrab dari Cahyadi Takariawan, seorang konsultan dibidang family dan parenting. Ia pernah menulis di kompasiana dengan judul, "teman curhat yang menyesatkan". 


Yah, demikianlah orang suka meberikan curhat tapi, terkadang salah ditanggapi. Semua orang bisa berpendapat, tapi itu tidak menjadi jaminan solusi. Bagaimana kalau Allah yang 'turun tangan' dalam menyelesaikan masalah kita. Setiap kita punya masalah. Jika kita datang kepada ahlinya insya Allah masalah itu akan mudah selesai. Sekarang, siapakah yang melebihi Allah dalam menyelesaikan masalah. Bahkan, ketika kita membaca Al-Qur'an, bukan kita yang berbicara, tapi Allah langsung yang 'menyediakan waktu' untuk berbicara dengan kita. Coba perhatikan hadist ini. 

اَشَدُ أُذٌنًا إِلي قَارِئِ القُرآنِ مِنْ صَاحِبِ القَيْنَةِ اِلي قَيْنَتِهِ



"Allah lebih memperhatikan seorang yang membaca Al-Qur'an melebihi seseorang (tuan) yang mendengar dengan perhatian kepada nyanyian dari hamba wanitanya". (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Ia berkata, haditsnya shohih). 

Ada mungkin yang suka dengar nyanyian, entah itu shalawat yang dimerdukan suara dan aransemennya atau nyanyian yang lainnya. Terlepas dari diskursus mengenai nyanyian boleh dan tidaknya. Coba perhatikan orang yang menyukai nyanyian, ia akan mendengarkan dengan penuh penghayatan. Apalagi itu lagu atau shalawat favoritnya. Subhanallah, begitu dihayati. 

Pada hadist tersebut menceritakan, Allah swt, jauh lebih menyukai, menyimak, dan memperhatikan dengan saksama kepada pembaca Al-Qur'an. Ada orang yang curhat dengan kawannya di dekat bantal atau menjelang tidur. Tanpa ia sadari kawan curhatnya sudah ngorok. Ia begitu sedih dan jengkel. Bagaimana dengan Allah?

Allah begitu memperhatikan dengan seksama kepada pembaca Al-Qur'an. Apakah Allah tidak mengetahui gundah-gulana dalam hati kita ketika membaca Al-Qur'an? Pasti Allah swt, tahu jelas, bahkan sebelum masalah kita hadapi. Setelah Allah perhatikan dan mendengarkan kita dengan penuh perhatian. Mintalah kepada-Nya, Dia akan memberinya dengan mudah. Allah perintahkan. 


ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ 
"Mintalah kepada-Ku niscaya akan Aku beri apa yang kamu minta". (QS Al-Mu'min: 60)

3. Untuk menemani di tengah Kesunyian.

Siapa yang tidak ingin memiliki kawan sejati? Pasti semua ingin. Tahukah kita bahwa ketika menit pertama, kita dibaringkan di alam kubur. Semua kerabat, sahabat dekat, cs kita, relasi kerja, anak, istri atau suami, orang tua, siapapun yang biasa menemani kita berjalan, apakah android atau bukan. Semua akan meninggalkan kita. Sunyi, sendiri, tidak ada yang menemani.


Seseorang dipenjara di dunia. Mungkin dengan duitnya, walaupun itu melanggar aturan dia bisa menyulap keheningan menjadi keceriaan. Ia bisa jalan-jalan di bali. Bisa buat tempat karaokean atau apapun yang dia inginkan. Tapi, bagaimana jika kita telah berada di alam kubur. Alam transit menuju hari akhirat. Siapa yang akan menemani? Al-Qur'an. Yah, Al-Qur'an dengan sigap akan menemani di alam kubur, di  menit pertama menapakkan kaki. 

Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada penolong yang lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat dan bukan pula yang lainnya.” (HR. Abdul Malik bin Habib- dari Kitab Syarah Ihya).


Walaupun sanad hadist tersebut dhoif tapi diperkuat oleh hadits yang lain dibawah ini. Sehingga levelnya naik menjadi hasan lighairihi, baik dengan selainnya. 



إنَّ سورةً من القرآنِ ثلاثون آيةً، شَفَعَتْ لرجلٍ حتى غُفِرَ له، وهي: تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ

 “Sesungguhnya ada satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki 30 ayat memberi syafaat kepada seseorang sehingga dosanya diampuni; yaitu: Tabaarakal Ladzi biyadihil Mulku.” (HR. Abu Dawud no. 1400 , Al-Tirmidzi no. 2891, dan Ibnu Majah. Dari Sahabat Abu Hurairah)

Jelas satu surat dalam Al-Qur'an saja sudah bisa memberi syafaat, apalagi kalau seluruh isi Al-Qur'an kita baca secara rutin dan terus menerus.


4. Dalam Al-Qur'an telah kompleks. 

Ketika seseorang membeli handphone baru. Pasti yang iya tanyakan berapa RAM (Random Access Memory)-nya? Apa fitur HP yang ditawarkan. Semakin bagus dan lengkap, maka semakin menimbulkan daya beli. Sekarang, kenapa kita tidak memilih Al-Qur'an, padahal Al-Qur'an lebih kompleks merekam kejadian masa lalu bahkan menampilkan fitur kejadian dimasa depan, serta bagaimana cara mengatasi problem tersebut. 


Al-Qur'an telah sempurna dan terdepan dalam informasi. Senantiasa update dengan perkembangan zaman. Apa yang menyebabkan kita menjauhinya? Karena kebodohan. Yah, karena kebodohanlah seseorang meninggalkan atau tidak menggunakan Al-Qur'an sebagai software dalam memudahkan dan memanage kehidupan. 


Jika orang tinggal di hutan, tidak tau cara mengoperasikan android, komputer dan sebagainya. Maka, Jangan kamu tawarkan laptop bermerek Linux, yang biasa dipakai oleh para hacker atau HP apple kepadanya. Mendingan kamu berikan sebilah batu asah yang bisa ia gunakan. Daripada media yang canggih kamu tawarkan mendingan media sederhana yang bisa digunakan. Kenapa demikian? Karena gaptek alias gagap teknologi. Ada juga sekarang gapal alias gagap Al-Qur'an,-Itu istilah baru, boleh juga dicontek.- hehe.

5. Ada Matematika amal 

Setiap orang dalam berniaga senantiasa yang dikejar adalah omset, keuntungan. Begitu pula dalam beramal pasti orang menginginkan keuntungan amal dalam waktu yang singkat. Ada sebuah ayat yang bunyinya seperti ini. 


مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

"Barangsiapa yang datang (pada hari kiamat) dengan membawa satu amal kebaikan, maka baginya pahala 10 kali lipatnya". (QS Al-An'am: 160). Jadi, kesimpulan yang bisa kita petik dari ayat tersebut adalah kebaikan yang kita lakukan setidaknya akan dilipat gandakan 10 kali lipatnya. Sekarang, coba kita perhatikan hadits ini. 

 مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ 

Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)


Jelas dalam hadits tersebut, menyebutkan satu huruf dengan satu hasanah, kebaikan. Jadi setiap satu huruf disebut satu hasanah, (Satu amal kebaikan). Ketika kita bersedekah, maka seluruh hasil sedekah itu baru disebut satu hasanah. Seumpama kita sholat, rangkaian semua sholat dari takbiratul ihram sampai salam adalah satu hasanah. Jika dalam sholat tiba-tiba kita batal, karena kentut umpamanya. Maka, kita tidak jadi mendapatkan satu hasanah dari sholat. Tapi, membaca Al-Qur'an, walaupun kita baru memulai satu huruf. Kita dianggap telah mendapatkan satu hasanah yang sempurna, sehingga layak dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Allahu Akbar!. Gimana? Masih mau malas-malas membaca Al-Qur'an. Hem, Kasihan. 

===========
Di pagi yang cerah. 
Ahad, 22 Juli 2018
Wanggudu, Asera, Sulawesi Tenggara.
============
Bahan Bacaan:
Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Kitab Fadhilah Al-Qur'an. Bandung. Pustaka Ramadhan

Takariawan, Cahyadi. 2018. Teman Curhat Yang Menyesatkan. ----, www.kompasiana/pakcah



Thursday, July 19, 2018

Khutbah Jumat Pekan ini: "Ya Allah Aku Taubat"



By
Mujiburrahman Al-Markazy 

 الحمد لله ربِّ العالمين والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا عُدْوانَ إلَّا عَلى الظَّالمِين
 وأشهد أنْ لا إله إلاالله وحده لا شريك له ربَّ الْعالمين وإلَهَ المُرْسلين وقَيُّوْمَ السَّمواتِ والأَرَضِين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوثُ بالكتابِ المُبين الفارِقِ بَيْنَ الهُدى والضَّلالِ والْغَيِّ والرَّشادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين
 والصَّلاةُ والسَّلامُ عَلى حَبِيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين و إمامِ المهتَدين و قائِدِ المجاهدين وعلى آله وصحبه أجمعين
فياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا
فقال الله تعالى في كتابه الكريم
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَو
قال الله تعالى
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Jamaah Jumat Yang Allah swt Kasihi.

Satu kesyukuran kepada Allah swt, telah memberikan limpahan karunia dan Rahmat-Nya. Sehingga, pada kesempatan yang berbahagia ini kita dijumpakan dengan semulia-mulia hari, yakni Hari Jumat. 

“خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ 
"Sebaik-baik hari yang mana terbit matahari padanya adalah Hari Jumat". (HR. Muslim)
Dan pada hari ini pula Allah berikan kesempatan untuk kita diampuni segala dosa selama kita ingin kembali ber'inabah  dan bertaubat kepada Allah swt. 

 الصَّلَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ 
تُغْشَ الْكَبَائِرُ

Shalat lima waktu & shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya adl penghapus untuk dosa antara keduanya selama tak melakukan dosa besar. [HR. Muslim No.342].

Dari hadist tersebut menggambarkan kepada kita, bahwa Allah memberikan peluang untuk kita kembali bersimpuh, bertaubat kepada-Nya pada hari yang agung ini. 


Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada suri tauladan kita, Baginda Rasulullah saw., atas jerih payah dan pengorbanan sehingga kita menjadi pribadi yang mulia dan dimuliakan Allah. Jika tidak, maka kita masih menjadi hamba matahari, hamba teknologi, hamba syahwat dan sebagainya. Dengan hidayah yang Allah berikan melalui perantara pengorbanan pendahulu kita, wabilkhusus Baginda Rasulullah saw sehingga kita mengenal siapa Allah dan siapa makhluk ciptaan-Nya. 



Jamaah Jumat yang Allah cintai.


Senantiasa khatib mengajak diri pribadi dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan nilai ketakwaan kita kepada Allah swt, Dialah Zat penentu segala urusan tanpa berserah dan kembali kepada Allah, semua urusan menjadi runyam. Adapun judul khutbah pada kesempatan ini adalah "Ya Allah Aku Taubat". 


Jamaah Jumat yang Allah banggakan.


Hari ini, terkadang kita jumpai diantara masyarakat yang mengatakan, sudah biarkan saja saya seperti ini, sudah terlanjur banyak dosaku, mungkin tuhan tidak akan mengampuni saya lagi". Ini adalah perkataan apatis dari seseorang ketika dia mengalami kegetiran hidup di lembah dosa. 

Hati kecil menyeru "kembalilah kamu kepada Allah". Bisikan nafsu dan syaitan mengatakan, "Jangan, tidak usah kembali, kamu sudah terlanjur banyak melakukan dosa, kamu durhaka, kamu munafik, pernah dulu kamu bertaubat sekarang kamu melakukannya lagi. Tidak pantas kamu diampuni". Ia terjebak dalam perang antara hati sanubari dan syahwat yang dibantu syaitan. Akhirnya, si hamba ini frustasi dan mengatakan, Untuk apa saya bertaubat, toh dosa saya sudah terlampau banyak".


Sidang Jumat yang semoga Dirahmati oleh Allah.



Allah swt yang Maha Rahman dan Rahim, merayu kita dalam ayat-Nya. 


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengampuni dosa seluruhnya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Az Zumar: 53)

Allah inginkan agar kita menjadi hamba yang senantiasa mengharapkan kasih sayang dan 'belaian lembut' dari-Nya. Mengemis cinta dari Allah adalah suatu anugerah. 

Pernah kita melihat sesosok wanita ideal, maka untuk mendapatkan kasih dan cinta darinya berapa banyak pengorbanan yang diberikan. Harta, waktu, perasaan, dan berbagai pengorbanan yang tidak bisa dihitung dengan materi. Mungkin,  terkadang seorang pemuda yang akan memasuki ruang ujian di kelasnya rela membatalkan ujiannya demi panggilan dari sang kekasih. Seorang prajurit akan segera meninggalkan malam pertamanya ketika panggilan tugas dari sang komandan datang. Sebenarnya ganjaran apa yang mereka sudah tawarkan...? 

Tapi kepada Allah, yang menciptakan kita, bukan baru sekedar janji, Allah yang pelihara kita di dalam rahim seorang ibu. Allah yang mencegah semut masuk ke dalam telinga kita ketika tidur. Dan Dia pula yang akan menyisipkan rasa tenang diantara kepungan musuh. Dia pula (Allah) yang menjamin Syurga, tempat ternikmat, jutaan bidadari, kita akan abadi dalam kenikmatan bersama orang yang kita cintai.  

Mengapa kita begitu lambat dalam mengusahakan perhatian dan cinta dari-Nya. Bersegeralah kembali wahai saudaraku. "Wahai diri kembali kamu kepada Allah dengan persiapan yang matang, jika tidak pasti kamu akan kembali tapi dalam keadaan keterpaksaan". Lagi sibuk kerja, tiba-tiba ada polisi datang bersama anggota KPK langsung tangan saudara diborgol. 

"Kenapa ini...?" 
"Anda ditahan, karena terbukti melakukan kesalahan". 
"Tolong beri saya waktu, saya akan jelaskan".
"Tidak, bukan di sini tempatnya, sekarang bapak disel, nanti bapak jelaskan di meja hijau". 

Semua terlambat. Itu baru di dunia. Bagaimana, kalau itu yang datang adalah malaikat maut, tiba-tiba nyawa anda digenggam, anda melihat jasad anda yang akan ditinggalkan. Anda meronta, "Tolong jangan bawa saya, masih banyak yang belum saya tunaikan. Hak Allah belum saya tunaikan, hak Rasulullah belum saya tunaikan, hak Al-Qur'an belum saya tunaikan. Hak anak dan istri pada pendidikan agama untuk mereka belum saya tunaikan. Sholat belum saya tunaikan haknya. Tolong jangan bawa saya".
"Penyesalan mu terlambat".

Sidang Jamaah Jumat yang Allah kasihi.

Sekarang, waktu itu masih ada. Matahari masih bersinar, udara masih mengalir lembut, hujan masih turun dengan semestinya. Peluang amal masih terbuka. Suatu saat masa itu akan tiba. Yang ada hanyalah penyesalan, penyesalan, dan penyesalan. Mari kita jemput amal itu walaupun seberkas senyuman, walaupun sehuruf dua huruf kita perbaiki bacaannya. Sekilo gula pasir kita kirimkan ke orang tua kita. Jangan lihat sedikit atau apanya lihatlah ketulusan yang ada didalamnya. Bukankah Allah tidak hanya melihat tampilan luar kita, tapi yang Allah taala pandang adalah bentuk amalan dan keikhlasan kita. 
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ)). رواه مسلم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan perbuatan-perbutan kalian.” (HR. Muslim)
Anak-istri kita, diarahkan untuk mengamalkan agama secara sempurna. Setahap demi setahap, sehasta demi sehasta, terus ditingkatkan sehingga masa kita bersama mereka berakhir. Maut pasti datang. Apakah kedatangannya sebagai sumber petaka atau kedatangannya sebagai sumber anugerah. Ibaratnya, waktu gajian telah tiba, daftar belanjaan telah sederet dibuat. Yah, waktu gajian kita ketika menjumpai Allah adalah kematian, semua amal kebaikan yang pernah kita torehkan akan dibalas full reward oleh Allah yang Maha Rahim. 
Ada pula satu fenomena, orang begitu pe de nya kepada Allah. Seakan pasti dosanya sudah diampuni. Ibaratnya, "Sudah miskin, sombong lagi". Ada orang seperti itu, mengaku paling ma'rifat kepada Allah, paling hebat amalan dari gurunya, paling ter dalam segala hal. 
Untuk orang seperti ini, ada kisah menarik ketika Rasulullah saw menguburkan jenazah salah satu putri kesayangannya, Bunda Zainab r.ha. Putri yang sangat Rasulullah cintai setelah Fatimah r.ha. Penguburan berlangsung syahdu. Rasulullah saw, berdoa untuknya begitu lama. 
Bahkan, ketika hendak dimasukkan ke liang lahat, bias kekhawatiran tergambar jelas di wajah agung Baginda Rasulullah saw, beliau begitu khawatir akan nasib Bunda Zainab r.ha, setelah penguburan dan doa yang begitu panjang. Rasulullah saw, berdiri dengan wajah yang cerah. Para Sahabat menanyakan tentang hal itu, beliau sampaikan, "Aku khawatir dengan kelemahan yang ada pada Zainab, setelah aku berdoa dan memohon kepada Allah untuk dilapangkan kuburnya dan diselamatkan dari azab dan bencana. Maka, Allah swt, mengabulkannya. Akupun bergembira". 
Lihatlah, bagaimana Rasulullah saw, telah sempurna dalam mendidik anaknya, Bunda Zainab r.ha hidup di tengah perjuangan yang dahsyat. Diboikot oleh kafir Makkah, penderitaan berpisah dengan ayahnya ketika Rasulullah saw, berhijrah. Pengorbanan ketika harus menebus suaminya yang masih kafir dan perlindungan suaminya ketika hampir dibunuh. Berbagai macam amalan dan pengorbanan. Tapi, Rasulullah saw,  masih begitu khawatir dengan nasib dan amalan dari anaknya. 

Hadirin sidang Jumat yang dikasihi Allah.

Marilah kita bertaubat dan kembali kepada Allah. Kita tidak merasa terlalu banyak dosa sehingga tidak mau mengemis dan kembali kepada Allah. Dan juga kita tidak merasa bahwa kita adalah kekasih Allah walaupun banyak dosa. Naudzubillah. Mudah-mudahan dengan taubat yang sungguh-sungguh kepada Allah. Maka, Allah swt mengampuni semua kesalahan dan dosa-dosa kita bahkan  diganti dan dirubah oleh Allah dengan kebaikan-kebaikan yang banyak. Aammiin. 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar”. (QS Al-Ahzab : 70-71)

Thursday, July 12, 2018

Khutbah Jumat Pekan ini: Antara Aku, Bola dan Allah


By
Mujiburrahman Al-Markazy

 الحمد لله ربِّ العالمين والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا عُدْوانَ إلَّا عَلى الظَّالمِين
 وأشهد أنْ لا إله إلاالله وحده لا شريك له ربَّ الْعالمين وإلَهَ المُرْسلين وقَيُّوْمَ السَّمواتِ والأَرَضِين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوثُ بالكتابِ المُبين الفارِقِ بَيْنَ الهُدى والضَّلالِ والْغَيِّ والرَّشادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين
 والصَّلاةُ والسَّلامُ عَلى حَبِيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين و إمامِ المهتَدين و قائِدِ المجاهدين وعلى آله وصحبه أجمعين
فياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا
فقال الله تعالى في كتابه الكريم
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال الله تعالى


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ



Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah...



Senantiasa kita bersyukur kepada Allah, yang telah memudahkan langkah kaki kita menuju rumah Allah, masjid. Alangkah berbahagia seseorang yang menjadi tamu dari Seorang Raja yang Agung, Raja yang tidak akan pernah turun tahta. Presiden yang menguasai seluruh jagad. Pada hani kita berhari raya. Hari Jumat adalah iedul masakin, hari raya bagi orang miskin. Sekarang siapa yang merasa kaya di hadapan Allah.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Hai manusia, kalian semua faqir dihadapan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS.al-Fathir:15). 



Pada hari raya kaum fakir dan miskin ini, Allah swt., menyelenggarakan dari pagi fajar subuh Jumat menyingsing sampai sebelum khatib naik ke mimbar. Allah menyelenggarakan open house. Alangkah beruntungnya seseorang ketika di hari raya yang mulia ini kita menyempatkan diri bermusyafahah, berakrab-akraban dengan Allah swt. 
"Barangsiapa yang dekat "akrab" dengan masjid maka dia dekat "akrab" dengan Allah". (Al-Hadits). Kita bisa bersimpuh di hadapan Allah, ini semata-mata karena rahmat dan karunia-Nya. Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin. 
Shalawat beriring salam senantiasa tercurah kepada junjungan dan teladan kita, Baginda Rasulullah saw., atas kegigihan, cinta, usaha dan pengorbanannya, sehingga walaupun kita jauh dari tanah Hijaz kita tetap bisa mencicipi kenikmatan iman dan Islam. Sebagaimana ada ungkapan yang menyebutkan, "Dibalik enaknya makanan, ada pengorbanan istimewa dari para chef." 

Begitupun, Addinul Islam ini tidak akan wujud, hadir dan lestari di tanah Nusantara ini kalau bukan pengorbanan dari para pendahulu kita. Mungkin, kita masih dalam keadaan jahiliyah modern. Kelihatannya modern tapi jahil dengan hukum-hakam agama. 
Sidang Jamaah Jumat Rahimakumullah.

Tidak lupa khatib mengingatkan diri khatib dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt., karena hanya dengan takwa semua permasalahan, Allah sendiri yang turun tangan. Jika, Allah swt., yang turun tangan pada permasalahan yang kita hadapi, maka tidak ada yang tidak bisa diselesaikan. Semua mudah dalam kontrol Allah swt. 


‏‏وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah menjamin kecukupan kepadanya". (QS At Thalaq: 2-3)

Jamaah Jumat yang Allah muliakan 


Setiap orang memiliki kesenangan dan hobi atau merasa condong hati kepada suatu aktivitas. Ini adalah perkara fitrah manusia. Seperti anak-anak Nabi Ya'qub as. yang mengajak Yusuf as., untuk yarta' wa yal'ab, bercengkrama, bermain-main dan bersantai di dekat hutan. Nabi Ya'qub as., tidak melarang unsur permainan di dalamnya, tapi beliau as., hanya melarang disebabkan perasaan khawatir kepada putra kesayangannya, Yusuf as. 



قَالَ إِنِّى لَيَحْزُنُنِىٓ أَن تَذْهَبُوا۟ بِهِۦ وَأَخَافُ أَن يَأْكُلَهُ ٱلذِّئْبُ وَأَنتُمْ عَنْهُ غَٰفِلُونَ
Berkata Ya’qub; “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah daripadanya.” (QS Yusuf:13). 
Ini satu hobi yang hukumnya mubah, bahkan aktifitas keduniaan kita dalam Al-Qur'an disebutkan mata'ul ghurur, permainan dan senda gurau. Sementara, dunia itu sifatnya tidak diharamkan oleh Allah swt. Apa yang sudah diharamkan telah dijelaskan dalam syariat seterang matahari. Banyak hobi atau kecenderungan seseorang, bisa berupa main bola, main game online maupun offline, humor yang tidak menimbulkan dosa dan sebagainya. 
Yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan hobi seseorang adalah bagaimana proporsi waktu yang ia beri untuk sesuatu yang sifatnya main-main kuadrat itu. Kenapa dikatakan main-main kuadrat, karena dunia yang secara umum dianggap serius oleh kebanyakan orang. Padahal, hakekatnya menurut Allah adalah perkara main-main. Apalagi, permainan bola yang sudah dianggap memang suatu permainan. Jadi, istilahnya main-main kuadrat.
Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Dalam menjalankan hobi yang sifatnya positif sebaiknya kita memperhatikan beberapa hal, yakni tentang siapa musuh kita dalam mengarungi bahtera kehidupan duniawi ini. Yang pertama adalah syaitan. Allah swt telah menyebutkan sebagai aduwwu mubin, musuh yang nyata. 

إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Sesungguhnya, dia (syaitan) adalah musuh yang nyata." (QS Al-Baqarah: 168). 
Syaitan senantiasa membisikkan kearah menunda amal kebaikan yang akan dikerjakan. Contoh, ketika di kepala telah terdengar suara azan subuh mengiang di telinga. Dingin kala subuh menyelimuti, terkadang muncul perang batin antara akal dan nafsu. Syetan datang memprovokasi keadaan.
"Sudahlah, kan subuh masih panjang, itu baru azan, sebentar lagi". Pro dan kontra terjadi. Antara bersegera atau menunda. Syaitan senantiasa menginginkan agar kita menunda dan menunda sehingga akhirnya meninggalkan amal. Allah swt., menceritakan bagaimana syetan bekerja ketika seseorang hendak bersedekah.
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ
"Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kefakiran dan menyuruh kamu berbuat kerusakan (berlaku kikir)." (QS Al-Baqarah: 268).
Seperti itulah cara syaitan menggoda. Setiap mau buat suatu amal kebaikan, dia berupaya untuk mempengaruhi pemikiran dan nafsu kita untuk menunda kebaikan Menolak bersedekah dengan disusupkan rasa kikir oleh syaitan dalam benak kita. 
Begitupun, ketika kita terlena dalam khayal dan semangat kita dalam menyalurkan hobi kita seperti menonton pertandingan sepak bola, piala dunia, apakah terlintas dalam benak kita untuk melakukan sholat tahajud...? Padahal kita telah menyetel alarm untuk bangun lebih awal. 
Setelah bangun tidur, bola segera akan dimulai pertandingan 2 negara besar yang berlaga. Apakah kita masih sempatkan untuk berwudhu, sholat 2 atau 4 rakaat tahajud ditambah witir 3 rakaat dikerjakan dengan tuma'ninah...?
Hem, syaitan akan berbisik, "Biar nonton bola dulu agar sebentar ketika tahajud bisa khusyuk." Atau "Nonton dulu, nanti peralihan babak kedua kemudian kamu sholat tahajud." Selalu membuat alasan untuk menunda. Ketika sudah ditunda, ditunda lagi dengan alasan yang lain pula ketika waktu kedua akan dilaksanakan. Nantinya, akan menunda lagi pada waktu yang ketiga. Seperti itulah cara kerja syaitan sehingga amal shaleh yang akan kita bina telah terlewat waktunya, sehingga untuk memulai lagi amal tersebut mood amal kita telah pudar. 
Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia. 
Secara teori begitu mudah untuk dikerjakan. Tapi, ketika diperhadapkan langsung dengan permasalahan kesenangan maka semua ilmu yang telah dipelajari kebanyakan menjadi tumpul. 
Hadirin yang saya cintai karena Allah.
Musuh kita yang kedua adalah hawa nafsu kita sendiri. Mungkin, melawan orang lain itu sulit, tapi akan lebih sulit lagi kalau kita melawan diri sendiri. Makanya, dalam setiap nasehat pada dunia persilatan adalah, "musuh terbesar kamu bukanlah singa dan harimau tapi musuh kamu yang sebenarnya adalah dirimu sendiri." Allah swt menceritakan dalam Al-Qur'an, 
 إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Sesungguhnya nafsu selalu menyuruh kearah kejahatan, kecuali nafsu yang dirahmati oleh tuhan ku. Sesungguhnya, tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS: Yusuf: 53). 

Demikianlah nafsu, senantiasa menyuruh kepada keburukan, ini nafsu manusia pada umumnya. Tapi, dipenghujung ayat tersebut Allah swt., memberikan pengecualian kepada hawa nafsu yang dirahmati oleh Allah. Hawa nafsu yang telah mendapat terpaan demi terpaan sehingga terbentuklah kesenangan khusus untuk senantiasa condong kepada kebaikan, senantiasa condong kepada Allah swt. Subhanallah.

Jamaah Jumat Rahimakumullah. 
Coba telisik kembali ketika berpuasa pada Bulan Ramadhan. Berapa banyak orang yang menjadi taat disebabkan oleh pengolahan dan pembinaan hawa nafsu kita. Kita menjadi pribadi yang senantiasa condong kepada hal-hal yang Allah swt., ridhoi. Tapi, ketika nafsu kita telah "merdeka" dari proses tarbiyah Ramadhan maka bagaimana jadinya kita...? Setiap diri mengetahui betul tentang keadaannya masing-masing. 

Maka, disamping kita menghindari pola dan tipuan syaitan dalam menjalankan aktivitas keseharian kita. Maka, mengontrol dan mengendalikan hawa nafsu adalah tugas pokok untuk menjaga kestabilan kesucian ruhani kita. Bagaimana caranya...? Allah swt., berfirman; 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allâh, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar." (QS At-Taubah:119)
Dalam ayat tersebut jelas Allah swt., memerintahkan kita untuk senantiasa bersama dengan orang-orang yang benar. As Shadiqin berasal dari kata Shiddiq.

Gelar As Shiddiq adalah gelar khusus selain para Nabi alaihi sholatu wa salam adalah juga gelar dari Sayyidina Abu Bakar ra., ia mendapatkan gelar tersebut selain yang pertama membenarkan akan kerasulan Baginda Rasulullah saw, juga beliau yang pertama kali membenarkan dengan sepenuh keimanan ketika peristiwa isra' mi'raj yang terkenal. 

Pada saat itu, Isra' mi'raj adalah perkara yang mustahil untuk dilakukan. Bayangkan, perjalanan dalam satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian dilanjutkan ke langit ketujuh, Sudratul Muntaha kemudian kembali lagi ke Makkah dalam waktu kurang dari satu malam. Itu adalah perkara yang impossible. Mustahil. Tapi begitu mudah diimani oleh Sayyidina Abu Bakar As Shiddiq ra. 

Allah swt perintahkan kita supaya bersama dengan orang-orang seperti itu. Punya keimanan yang teguh dan membaja. Karena hanya berkawan dan berbarengan dengan mereka saja kita akan mendapatkan pengaruh ketaatan yang begitu kuat. Apakah melalui perkataannya, melihat bagaimana ia sibuk dalam amal atau diamnya pun bisa memberikan pelajaran yang besar. 

Jamaah Sidang Jumat yang kami banggakan 

Akhir kata, sebelum kita menutup khutbah ini marilah kita memperbanyak berkawan dengan orang-orang yang senantiasa mengajak kita kepada kebaikan, atau kita menjadi sahabat yang senantiasa mengajak kepada kebaikan. Agar tercipta harmonisasi kehidupan, rancunya kehidupan, carut-marut amal, tingginya godaan syaitan dan nafsu semua bisa dilawan dengan berbaur bersama orang-orang sholeh yang Shiddiq. Sehingga, hawa nafsu kita akan berubah menjadi nafsu yang condong kepada kebaikan, nafsul mutma'innah. Allah swt, firmankan. 

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً . فَادْخُلِي فِي عِبَادِي. وَادْخُلِي جَنَّتِي
"Wahai jiwa-jiwa yang tenang (Wahai orang-orang yang memiliki nafsul mutma'innah) kembalilah kepada tuhan mu dengan puas hati dan diridhai; lalu masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba Ku, dan masuklah kamu ke dalam syurga Ku (yang Ku sediakan untuk mu)". (QS Al-Fajar: 27-30).

====================================