by
Mujiburrahman Al-Markazy
Masjid adalah rumah Allah dan rumah seluruh kaum
muslimin. Seluruh aktivitas jika dilakukan melalui masjid maka bobot pahala dan
nilainya meningkat. Perhatikan saja, jika sholat yang dilakukan di rumah
berpahala satu, tapi bila dilaksanakan berjamaah di masjid maka akan bernilai
27 kali lipat. Penyebabnya adalah karena langkah kaki, pengorbanan waktu
silaturahim yang semua memiliki pahala tersendiri dan menghasilkan pahala
berjamaah.
Masjid selain berfungsi sebagai pusat ibadah juga
berperan sebagai fungsi sosial. Dengan sering berjamaah di masjid dapat
diketahui keadaan sosial kemasyarakatan. Ada yang meninggal dunia, ada yang
sakit, ada kerja bakti, naiknya harga barang, kasus sosial lainnya, semua bisa
menjadi bahan temu rembuk dan dicarikan solusinya melalui masjid.
Masjid juga sebagai basis informasi dari masyarakat
antar jamaah masjid. Di sela menunggu waktu sholat terjadi perbincangan dan
keakraban yang sudah terjalin. Ini termasuk satu potensi umat yang perlu
diperhatikan untuk membangun peradaban umat. Masjid juga merupakan sarana
komunikasi dan silaturahim yang potensial, berjabat tangan dan berbincang
selepas sholat adalah hal biasa dan tidak tabuh. Di situlah wahana komunikasi
dan silaturahim terjalin, sehingga permaslahan masyarakat dapat dikerahui dan
bisa dicarikan jalan keluar.
Pada sisi lainnya, masjid bisa menjadi pusat bisnis
dan membangun perekonomian umat. Jika kita melihat cara Rasulullah saw., dalam
membangun dan mensiasati perekonomian kaum muhajirin dan anshar. Ketika awal
mula membangun peradaban dan kenegaraan di Madinah, Nabi saw., memulai program
pemberdayaan umat melalui manajemen dan tata-kelola potensi masjid. Setelah
Rasulullah saw, berhasil membangun pola tauhid, keimanan dan semangat
peribadatan ummat. Rasulullah saw, memulai program pengentasan kelemahan
perekonomian umat lewat persaudaraan muhajirin dan anshor yang dikelola dengan
sistematis ketakwaan.
Manajemen membangun perekonomian umat dimulai dengan
semangat persaudaraan karena dorongan cinta karena Allah. Rasulullah saw.,
memulai dengan mempersaudarakan antara orang Anshar dan muhajirin, yang kaya
dipersaudarakan dengan yang miskin, sehingga semangat saling tolong menolong
yang diamanatkan Oleh Allah swt dalam Al-Qur’an bisa terealisasi dengan baik.
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Saling
tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa. Dan janganlah saling
tolong-menolong dalam dosa dan kemaksiatan.” (QS. Al-Maidah: 2)
Begitu antusias semangat persaudaraan yang dibangun,
maka sampai ada seorang sahabat anshar yang rela menginfakan separuh hartanya
kepada saudara muhajirinnya. Ada yang mau membagi dari jumlah tanah pertanian
yang telah dikelolanya agar digunakan oleh sahabat muhajirinnya. Ada malah yang
lebih ekstrim, meminta agar memilih dari sekian istri cantik yang dimiliki
untuk dia ceraikan dan kemudian akan dinikahi oleh sahabat muhajirinnya,
selepas masa iddah mantan isterinya. Demikianlah pola perekonomian dan
ketahanan social kemasyarakatan yang dibangun dengan landasan ketakwaan oleh
Rasulullah saw.
Berkaca pada potret sahabat nabi terdahulu, maka kami
bermaksud untuk mengusulkan program peningkatan iman dan takwah jamaah masjid sekaligus
meningkatkan rasa empati dan peduli sesama yang diharapkan dapat membangun
peradaban madinah terdahulu. Agar tercipta masyarakat yang beriman, bertakwa,
bersaudara dan kuat perekonomian serta sosial kemasyarkatannya. Metode yang
akan digunakan adalah metode dakwah yang dibangun dengan basis data yang
kompleks agar bisa mendata kaum duafa dan pengangguran di sekeliling masjid.
Menumbuh-kembangkan semenagat berinfak jamaah masjid, Memaksimalkan fungsi
infak jamaah, tidak lagi pada pembangunan fisik masjid, tapi juga menyentuh
masalah kemasyrakatan, baik yang bersifat santunan sosial dan membangun
perekonomian umat.
Program yang akan dikembangkan antara lain:
1.
Mendata kekuatan dan kelemahan jamaah dan masyarakat di sekeliling
masjid dari seluruh aspek. Baik dari aspek, intensivitas berjamaah 5 waktu dan jum’atan
di masjid, data kemampuan berinfak di masjid selama ini. Mendata yang
berhubungan dengan sudah haji atau umroh. Ketika Iedul-Qurban sudah berqurban
atau belum, ada kemampuan atau tidak. Mendata yang berhubungan dengan
pekerjaaan dan pengangguran jamaah dan masyarakat.
2.
Benar-benar menjadikan masjid sebagai sentra pembinaan umat baik
pembinaan yang berhubungan dengan keimanan, peribadatan, keilmuan dan sosial
kemasyarakatan.
3.
Mensosialisasikan kepada masyarakat dan jamaah masjid, bahwa masjid di
samping untuk membangun semangat keimanan dan ketakwaan, masjid juga dijadikan
pilar untuk saling berbagi dan peningkatan taraf dan perekonomian jamaah dan
masyarakat.
4.
Meningkatkan semangat dan nilai infak jamaah pada setiap hari, pekan,
bulan dan tahun.
5.
Mengadakan program beasiswa kepada jamaah dan masyarakat yang dianggap
layak dibantu dan memiliki potensi.
6.
Membuat kajian harian di masjid, setiap ba’da magrib dan subuh untuk
memancing peningkatan jamaah sholat.
7.
Membuat program silaturohim sekaligus temu, sapa, data keadaan
masyarakat dan jamaah masjid maupun yang masih diluar masjid.
8.
Mengoptimlkan sentra pendidikian di masjid baik pada level, anak-anak,
remaja, ibu-ibu dan para suami atau kepala keluarga.
9.
Memberikan pinjaman dan modal usaha kepada warga yang layak di bantu
dengan menjadikan infak sebagai fungsi memonitoring perkembangan usaha dimaksud
dengan jangka waktu tertentu.
10. Membangun training kader
masjid yang berhubungan dengan, keimanan, penyelenggraaan jenazah, khutbah, dan
ibadah lainnya.
Alhasil, usaha apapun yang
kita bangun tanpa pertolongan Allah dan kerja sama dari kalangan kaum muslimin
untuk memajukan dan menumbuh kembangkan potensi masjid dan jamaah masjid, maka
semua usaha hanya akan mencapai titik perhentian di terminal yang tidak
diketahui keberadaanya. Harapan dari penulis dan semua pihak agar mari kita
bergandeng tangan untuk mewujudkan masyarakat yang beriman, bertakwa,
berakhlakul karimah dan peduli kepada sesama. Diharaapkan lagi bisa menularkan
semangat tersebut untuk membangun masyarakat madani seperti di zaman Rasulullah
saw.
Semoga tulisan pengatar ini
bisa bermanfaat untuk kita sekalian dan
menjadi amal sholeh dan amal jariah dari penulis kepada kebangkitan
umat.
Asera,
Sulawesi Tenggara, 24 Oktober 2018