Follower

Saturday, May 18, 2019

Menjaga Perdamaian Dengan 'Senjata' (II)


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Ini adalah tulisan lanjutan. Bagi yang belum membaca tulisan terdahulu, kami sarankan diulas kembali pembahasan sebelumnya, agar tidak gagal paham. Terimakasih.

2. Menjaga Perdamaian Dengan 'Senjata' 

Ketika seseorang kesatria hendak melindungi orang lemah, maka dia harus lebih kuat atau sejajar dengan musuh atau si penindas itu. Itu logika perangnya.

Ada juga yang berujar, "Ah, tidak harus sama heroik dan seperkasa dia. Semua kan bisa dinegosiasikan." Kalimat ini secara sepintas, ada benarnya. Itu terjadi jika orang zalim tadi merasa mendapat keuntungan lain jika dia lepaskan siksaan yang ia berikan. Tentunya ia menginginkan keuntungan yang lebih.

Logikanya sekarang dibalik. Jika yang dijajah suatu negeri oleh orang zalim dan negara jajahan itu memiliki kekayaan alam yang tidak bisa dibayar dengan apapun. Apakah hanya dengan modal negosiasi tanpa ada 'gertakan' lebih bisa membuat si penjajah zalim mau lepaskan cengkramannya? Mustahil.

Oleh karenanya, memiliki 'senjata' yang mumpuni untuk menggertak dan melumpuhkan 'libido' penjajahan yang tidak bisa direm adalah dengan show force, bahwa, "Kami pun punya 'senjata'". Sehingga si penjajah akan berfikir ulang dan menganalisis sejauh kekuatan yang mereka miliki untuk duel maut nanti, jika terjadi gejolak fisik. Lantas, senjata apa yang dibutuhkan?

a. Senjata Iman

Iman adalah senjata super canggih. Ia mampu mengalahkan kemampuan senjata hipersonik yang sangat ampuh sekalipun. Bagaimana tidak, senjata hipersonik hanya mampu menerobos kecepatan suara. Untuk sekarang ini belum ada senjata sekaliber yang dapat menandingi kelebihan senjata hipersonik. Cuman kebanyakan orang tidak memahami, bahwa senjata iman mampu menerobos batas ruang dan waktu. Hanya dengan hitungan detik atau kurang dari itu, ia mampu mencapai di atas langit dan bumi. Ia mampu berjumpa dengan pemilik langit dan alam semesta, yakni Allah SWT.

Ketika terjadi Perang Badar, kaum kafir quraisy Makkah memiliki kemampuan diatas rata-rata orang beriman. 950-1000 orang kafir sedangkan kaum muslimin hanya sekitar 313 ada riwayat lain 315 orang. Kaum kafir quraisy dengan persenjataan lengkap, sedangkan kaum muslimin hanya memiliki 2 ekor kuda dan 70 ekor unta. Satu unta dikendarai bergiliran sampai 3 orang satu unta. Seperti Rasulullah Saw, bergiliran unta dengan Ali k.Wh. dan Marsyad bin Abi Marsyad.

Dalam riwayat lain ada tambahan kaum muslimin hanya membawa 8 tombak. Memang tujuan utama mereka bukan untuk berperang tapi hanya menuntut hak mereka. Hak atas harta mereka yang ditinggalkan di Makkah. Ini ditanggapi berbeda oleh kaum kafir yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Dalam pandangan mereka kaum muslimin adalah musuh, menyurat lah ia ke Makkah dengan hoax yang dibuat bahwa keadaan mereka akan diserang oleh kaum muslimin. Realitanya tidak seperti itu, mereka hanya menuntut hak, tapi disambut dengan armada perang.

Kaum muslimin mengalami pilihan sulit apakah harus berperang, padahal tujuan awal bukan untuk itu. Ditambah lagi, seumpama peperangan berkecamuk apakah kaum Anshar bersedia untuk menolong Rasulullah dan kaum Muhajirin? Mengingat, perjanjian dalam piagam Madinah salah satunya menyebutkan, mereka akan bersedia melindungi Rasulullah Saw dalam keadaan bagaimanapun ketika berada di Madinah.

Sedangkan Badar berbeda di luar Kota Madinah, 80 mil, sekitar hampir 130 km. Mereka telah berada di Padang tandus dekat Sumur Badar. Berjalan kaki berganti unta pun capek. Sementara mereka telah dihadapkan dengan sekitar 1000 pasukan lengkap. Perintah Allah pun datang.

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,"

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

"(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali hanya karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah"..." (QS. Al-Hajj: 39-40)

Rasulullah Saw, membakar semangat  para sahabatnya. "Apakah kalian bersedia melindungi ku dengan jiwa dan raga kalian." Orang Muhajirin tampil berdiri menyampaikan kesetiaan mereka membela Rasulullah Saw dalam keadaan bagaimanapun. Sebanyak tiga kali beliau mengulang pertanyaan yang sama, sampai  berdirilah Sa'ad bin Ubadah Ra., tokoh Anshar "Wahai Rasulullah Saw, kami kah yang engkau maksudkan, adapun kami, kami tidak akan meninggalkan engkau berjuang sendirian walaupun engkau membawa kami tempat paling sulit sekalipun kami akan senantiasa bersama dengan mu. Kami tidak akan berkata sebagaimana perkataan Bani Israil kepada
Musa.
فَاذْهَبْ    أَنتَ    وَرَبُّكَ    فَقٰتِلَآ    إِنَّا    هٰهُنَا    قٰعِدُونَ  
Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja”. (QS. Al-Mâidah: 24)."

Melihat kebulatan tekad kaum Anshar dalam Bai'at Aqobah itu, bertambah semangat dan teratur lah barisan kaum muslimin. Walaupun kondisi mereka sangat lemah sebagaimana Allah Abadikan dalam Surat Al-Imran: 123-126

"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya." (QS 3: 123)

"(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" (QS 3: 124)

"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda." (QS 3: 125)

"Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa."  (QS 3: 126)

Lihatlah, bagaimana senjata iman bekerja. Ia mampu menggerakkan pasukan yang lebih hebat dari semua senjata hipersonik yang dimiliki oleh siapa pun, yaitu malaikat. Sebenarnya satu malaikat sudah cukup, 3000-5000 malaikat adalah sebagai kabar gembira saja dan untuk menenangkan hati.

b. Senjata Ilmu

Bersambung....


Friday, May 17, 2019

Menjaga Perdamaian dengan 'Senjata' (I)


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Islam adalah agama perdamaian dan kasih sayang. Jika ditilik makna kata Islam itu sendiri perdamaian. Islam berasal dari kata

الإسلام مصدر من أسلم يسلم إسلاما
"Islam adalah kata infinitif berasal dari kata "Aslama- Yusallimu- Islaaman." Bermakna, selamat, damai dan penyerahan diri total kepada Allah. 

Hal ini telah menjadi ciri khusus dari orang islam jika saling berjumpa, maka yang terbaik adalah orang yang mendoakan keselamatan terlebih dahulu kepada yang lainnya. "السلام عليكم ورحمه الله وبركاته." Ucapan salam yang lazim didengar. "Semoga, keselamatan, kesejahteraan senantiasa tercurah kepada mu disertai rahmat dan berkah dari Allah." Ucapan ini lebih tinggi nilainya dari sekedar ucapan, "Selamat Pagi," atau ucapan sejenisnya. Bukan membandingkan tata bahasa mana yang paling tinggi, tapi kedudukan makna dan doa di dalamnya. Doa ini tidak terbatas oleh jarak dan waktu. Tidak hanya pagi, siang atau malam, bukan hanya di dunia, doa ini mengcover seluruh dimensi tempat dan waktu. Ditambah lagi lafaz "كم" adalah makna penghormatan kepada satu orang dan juga jamak, banyak orang. 

Bukan hanya itu, Islam pun menjamin keselamatan siapa saja yang ada di sekelilingnya. 

المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang menjadi selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40). 

Intinya, dia menjaga kemuliaan saudara muslimnya. Dengan cara tidak menceritakan aib dan memfitnahnya. Selain itu, juga menjaga agar tangan dan perbuatannya tidak menyakiti dan merusak hak saudaranya. 

Apakah ini hanya berlaku untuk orang islam saja? Tidak. 

أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا

“Sesungguhnya barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”. (QS  Al-Mâidah: 32). 

Ini adalah undang-undang universal. Hukuman membunuh satu orang seakan-akan dia telah membunuh jutaan dan semua orang, itu poin pertama. Lagi pula, selama seseorang itu tidak buat kerusakan yang besar dan perseteruan, maka dia tetap dilindungi haknya oleh Islam. Ada lagi yang lebih menakjubkan, memuliakan dan menghormati 'musuh' yang telah ditawan pun diajarkan dalam Islam.

1. Menyayangi Walaupun Perang Berkecamuk

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan perang.” (QS. Al-Insan: 8). 

Inilah pujian Allah kepada keluarga Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra, dan ahlul baitnya. Walaupun mereka sudah kehabisan makanan selama 3 hari, makanan satu-satunya yang mereka punya pun mereka berikan kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan perang. Setiap hari datang tiga jenis orang itu tepat saat mereka akan santap roti buatan Bunda Fatimah r.ha selama tiga hari puasa. Padahal, apa susahnya, bagi keluarga bangsawan itu untuk mengatakan, "Tolong jangan dulu datang, nanti lagi ya." Pasti orang yang datang itu akan mengerti. 

Tidak hanya itu, dalam peperangan pun, Nabi Saw, melarang untuk menebang pohon dan membunuh orang tua, wanita, anak-anak dan Rahib atau pendeta alias pemuka agama. Padahal ini terjadi dalam wilayah perang dan barisan musuh telah terkepung.  Tetap saja tidak boleh berlaku semena-mena. 

وَلا تُغْرِقُنَّ نَخْلاً وَلا تَحْرِقُنَّهَا، وَلا تَعْقِرُوا بَهِيمَةً، وَلا شَجَرَةً تُثْمِرُ، وَلا تَهْدِمُوا بَيْعَةً

“Jangan sekali-kali menebang pohon kurma, jangan pula membakarnya, jangan membunuh hewan-hewan ternak, jangan tebang pohon yang berbuah, janganlah kalian merobohkan bangunan,…” (Riwayat al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra 17904, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/75, dan ath-Thahawi dalam Syarah Musykilul Atsar 3/144).

لاَ تَقْتُلُوا أَصْحَابَ ‏الصَّوَامِعِ

“Janganlah kalian membunuh pemilik bihara (rahib).”

وَلاَ تَقْتُلُوا شَيْخًا فَانِيًا، وَلاَ طِفْلاً، وَلاَ صَغِيرًا، وَلاَ امْرَأَةً…

“Janganlah kalian membunuh orang tua yang sudah sepuh, anak-anak, dan wanita…” (HR. Abu Dawud 2614, Ibnu Abi Syaibah 6/438, dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra 17932).

2. Menjaga Perdamaian dengan'Senjata'

Bersambung....

Menulis Artikel vs Buku


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Menjadi seorang penulis adalah hal terindah yang tidak bisa dirasakan oleh orang yang tidak memiliki minat kearah itu. Dengan menulis seseorang bisa mengekspresikan apa saja yang ia rasakan, fikirkan, perasaan, atau ingin mengabadikan momen tertentu yang mungkin hanya dia saja dan tuhan yang tahu. Semua dapat tergambar dan mengalir deras dalam tarian jarinya di atas kursor atau dengan pulpen lusuh dan kertas 'ajimatnya'. 

Kebanyakan orang bertanya, bagaimana memulai menulis. Sebenarnya itu bukan persoalan utama, yang menjadi persoalan utama adalah apa saja yang bisa ditulis? Ya, bahan tulisan jauh lebih penting daripada teknik kepenulisan. Padahal, apa saja dalam kehidupan sehari-hari bisa dijadikan sebagai bahan dan rempah dalam menulis. Tulislah apa yang dirasakan, difikirkan, dan ingin disampaikan. 

Ada juga bertanya bagaimana agar tulisan kita menjadi terasa renyah, nikmat dan penasaran untuk tidak diselesaikan dibaca. Sebenarnya, poinnya sama saja. Maksudnya adalah ketika kita mampu memadukan olahan fikiran, perasaan dan pesan yang akan disampaikan, maka percayalah tulisan yang diramu akan membuat haus para pembaca. 

Ada lagi yang perlu dipahami adalah hindarkan fikiran tentang rumitnya tata bahasa dan sistematika kepenulisan. Jika dalam benak seorang penulis pemula telah menghadirkan benturan permasalahan yang sebenarnya bukan asas, maka ia akan sulit untuk mengembangkan ide yang ia miliki. Jangan tanya bagaimana bagus dan mengalirnya ide itu. Jika dalam diri si penulis pemula itu, masih ada konflik internal, maka yakinlah ia akan 'gagal' berekspresi. Jika demikian adanya, tidak usah ditanya bagaimana hasilnya. 

2. Menjadi Penulis Artikel di Surat Kabar

Ada pula yang membaca satu kolom artikel, tapi rasanya kok, artikelnya panjang sangat yah? Bagi dia artikel itu harusnya, hanya sebanyak 1500 sampai 2000 karakter dengan kata lain 10 sampai 20 paragraf. It's Ok, itu baik saja dan memang pada umumnya surat kabar menerima kolom opini rata-rata kriterianya seperti itu. Cuman bagi penulis yang ingin menulis buku, biasanya memulai dengan menulis banyak artikel yang terkait dengan satu pembahasan yang berkesinambungan. Sehingga tidak mengherankan jika ada penulis yang menulis artikel, dengan tulisan lebih dari 2000 karakter.

Jika ditanya untuk apa menulis begitu panjang? Sepertinya tidak efisien? Bagi penulis pemula efisiensi adalah nomor selanjutnya, yang terpenting ide tulisan itu dituangkan dalam 'kertas' onlinenya. Bagi si penulis pemula, editing, dan perbaikan kualitas tulisan bisa dilakukan kapan saja. Sebab buku yang mumpuni dan mendalam pembahasannya adalah sekitar 150 sampai 200 halaman. Jika ada buku yang kurang dari jumlah itu halamannya, maka dianggap kurang mendalam pembahasannya oleh penerbit.

3. Penulis artikel Vs Buku

Sebenarnya, tidak ada pertentangan diantara keduanya, hanya saja saling menjembatani. Sebuah buku bisa ditulis, biasanya dimulai dengan menulis artikel. Artinya, artikel adalah jembatan penyusun lahirnya sebuah buku. Dengan kata lain artikel adalah remah-remah dari sebuah buku yang utuh. Jadi, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

Perlu dipahami pula, bahwa untuk menjadi penulis artikel di surat kabar, hendaknya memahami karakter dan ciri dari sebuah surat kabar itu sendiri. Setelah itu, tema yang dibahas adalah topik yang faktual dan tentunya menarik. Serta pahami, berapa karakter yang dibutuhkan untuk diletakkan dalam kolom yang disediakan, agar efesiensi tulisan bisa berbobot. 

Selamat menjadi penulis yang produktif, kreatif, inovatif dan sukses. Berbuatlah untuk masa depan akhirat, maka kesuksesan dunia akan menghampiri.


Di Malam 13 Ramadhan 1440 H
17 Mei 2019
Wanggudu, Asera, Sulawesi Tenggara

Thursday, May 16, 2019

Khutbah Jum'at: Perbedaan adalah Kekuatan


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Hadirin Sidang Jum'at Rahimakumullah

Syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan kita dari tidak ada menjadi ada. Kemudian Dia pula yang menjadikan kita terlahir dari sebab pancaran dari sulbi kedua orang tua kita. 

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا
"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?" (QS. Al-Insan: 1)

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS. Al-Insan: 2)

Dari sebab perbedaan antara ibu dan bapak kita, maka lahirlah kita. 

Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah Saw, sang kekasih yang tidak pernah kering cintanya kepada ummat. Demi keselamatan dan kebahagiaan umatnya di hari kelak, ia rela menerima berbagai macam makian dan cemoohan. Merugilah kita jika tidak senantiasa bershalawat dan menapaki jalan hidup beliau. 

Sebagai khatib tidak lupa mengingatkan diri dan jamaah sekalian untuk meningkatkan takwa kepada Allah SWT., hanya dengan takwa saja, perbedaan jadi pilar kekuatan, dengan takwa susah berganti jadi bahagia, dengan kesenangan tetap terjaga dalam koridor kebaikan. 

Adapun judul khutbah kita pada kesempatan ini adalah, "Perbedaan adalah Kekuatan".

Hadirin sidang jum'at yang Allah banggakan. 

Jika kita merenung sejenak tentang keberadaan kita di dunia ini. Dapatlah kita mengambil hikmah Ilahiah, bahwa segala yang terhampar di seantero jagat ini dan nampak begitu indah, disebabkan oleh rangkaian perbedaan dari sekian elemen dan partikel. 

Masjid kita yang begitu megah ini tersusun dari partikel yang berbeda, ada batu, pasir, besi, air. Perbedaan itu menguatkan. 

Jika kita berjalan di taman, nampak warna-warni, ada merah, kuning, jingga, hijau, hijau muda, hijau tua, ada daun yang mulai kekuningan, semua itu berbeda. Perbedaan itu indah. 

Jika kita melihat setiap hewan, ada kucing jantan dan betina, sapi jantan dan betina, muda jantan dan betina, bahkan manusia ada lelaki dan perempuan. Itu semua rangkaian perbedaan. Jika tanpa perbedaan itu, kita akan punah. Ternyata perbedaan itu, melestarikan kehidupan.

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat: 59)

Ditambah lagi firman lainnya. 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13)

Hadirin Sidang Jum'at yang Allah SWT., cintai

Apa hikmah perbedaan-perbedaan dari ciptaan-Nya ini?

Poin pertama adalah agar kita, لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ menjadi orang yang senantiasa berdzikir, mengingat kehebatan Allah, padahal jika dia mau dia bisa menciptakan manusia seperti batu, yang sama semua, mudah bagi Allah, jika Dia berkehendak. 

Poin kedua, dari hikmah penciptaan adalah kita harus saling memahami dan mengenal. Ada suku Bugis, Tolaki, Buton, Muna, Jawa, Sunda, Papua, Maluku, Padang, Melayu. Sampai tingkat negara dunia, India, Arab, China, Amerika dan lain sebagainya. Untuk kita saling memahami dan saling kenal mengenal. Sebab, sejatinya, "Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya." Setiap daerah dan suku memiliki adat dan istiadat yang berbeda, mari kita hormati. 

Kalau kita jabarkan lagi kedalam perbedaan kepahaman dan ideologis. Ada pula dalam perbedaan mazhab, Ada Mazhab Syafi'i, Hanafi, Maliki, dan Hambali. Semua memiliki kelebihan masing-masing, mari kita saling memahami dan menghormati.

Poin ketiga dari hikmah Ilahiah dalam perbedaan ciptaan Allah adalah yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa dan berbakti kepada-Nya. Bukan suku A, B, C dan seterusnya. Bukan pula mazhab A, B, C dan seterusnya. Siapa saja yang paling bertakwa, menunaikan ketaatan Ibadah vertikal langsung kepada Allah dengan memperbanyak amalan sunnah dan menjaga amalan fardhu. 

Selain itu, ia menjaga ibadah horizontal kemasyarakatan. Menunaikan hak orang tua, bos, bawahan, tetangga, mertua, menantu, melunasi hutang, tepati perjanjian, tidak mengurangi dan menghalangi orang dari haknya, semua ibadah horizontal dilaksanakan semata mencari keridhaan Allah. Itulah orang yang paling mulia.

Jamaah sidang jum'at yang berbahagia. 

Hari ini, kita melihat hiruk-pikuk yang belum terjadi sebelumnya. Perbedaan yang kelihatan sepele mau diasah dan diasuh supaya muncul konflik yang berkepanjangan. Padahal kita adalah orang yang sudah banyak makan asam garam mengenai perbedaan. Tidak tanggung-tanggung, moto negara kita pada Burung Garuda, "Bhineka tunggal Ika." Walaupun berbeda tapi satu jua. 

Memang benar gesekan budaya, ideologi dan lain sebagainya, itu ada dalam dialektika kehidupan bermasyarakat. Ada dua jenis gesekan, ada gesekan yang melahirkan kekuatan dan kelestarian. Adapula gesekan yang melahirkan perpecahan. 

Sejak zaman Baginda Rasulullah Saw, beliau telah meminimalisir gesekan negatif dalam masyarakat kala itu. Beliau membuat terobosan besar, selain membentuk kesatuan masyarakat yang kuat pun melahirkan kekuatan ekonomi ummat yang luar biasa. Beliau persaudarakan Suku Auz dan Khazraj, Muhajirin dan Anshar. Begitu rekatnya perbedaan mereka sampai mereka merasa bahwa persaudaraan se-ukhuwah itu bisa saling memberikan waris, jika meninggal nanti. 

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-Imran: 103)

Jelaslah bahwa perselisihan akan membawa diri kita ke jurang-jurang neraka. Baik neraka di dunia dalam artian kita akan semakin lemah dan sulit, apalagi sampai dimasukkan ke neraka keabadian. نعوذ بالله
Hadirin sidang jum'at rahimakumullah

Untuk menjaga persatuan dalam keberagaman yang dengannya kita akan menjadi indah, kuat dan lestari. Maka kita harus memahami prinsip-prinsip persatuan itu sendiri. 

Jika dalam bertetangga kita berbenturan budaya, maka bijaksanalah dalam memandang dan memahami, sampaikan pada diri sendiri, "Ini adalah khazanah keindahan negara ku." Jika ada gesekan pandangan dalam madzhab, hormatilah dan sampaikan kepada diri sendiri, "Ini adalah kehebatan dari tingginya kepahaman ulama dalam Islam." Hargai pendapatnya dan cintai pengikutnya. Jika dalam kehidupan berbangsa kita terdapat perbedaan pilihan dan pandangan politik, dan diskusi tetap tidak menemukan titik temu, maka katakanlah pada diri sendiri, "itulah pilihan politik saudara saya, yang penting kita tidak berkonflik." 

Pada prinsipnya kunci persatuan dalam keberagaman adalah takwa. Ia akan melahirkan sikap bijaksana yang tiada tara. Semakin takwa ia akan semakin bijak. Orientasi pikirannya senantiasa melihat kebijaksanaan Allah dalam setiap keadaan. Allah saja yang menciptakan seluruh makhluk, tapi Allah tetap berlaku baik di dunia bagi makhluk ciptaannya, tetap diberikan rezeki, dijamin keamanannya, tetap diberikan keturunan. Walaupun Dia yang Maha Tahu, nanti si Fulan ini akan buat durhaka dan kerusakan. Ia tetap dengan bijaknya memberikan peringatan agar tidak berlaku zalim. Sebab hari pembalasan itu ada. 


وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا


"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek." (QS. Al-kahfi: 29)

Allah tidak peduli dia mau beriman atau mau kafir, terserah. Cuman, konsekuensi logisnya setiap pilihan ada efeknya, apakah positif atau negatif. Tugas orang yang beriman hanya sekedar mengingatkan, mengenai dia mau atau tidak itu tergantung hidayah dari Allah. Allah tidak paksakan kalau hatinya tidak mau, jika dia mau itulah hidayah. Jika tidak mau, biarkan saja tetap ingatkan dengan lembut serta doakan dia.

ﻭَﺫَﻛِّﺮْ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮَﻯ ﺗَﻨْﻔَﻊُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ 

“Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz Dzariyat: 55)

Wanggudu, Asera, Sulawesi Tenggara
12 Ramadhan 1440 H
17 Mei 2019

Wednesday, May 15, 2019

Ramadhan Yang Sama; Ada Yang Dapat Rahmat dan Ada Yang Dilaknat


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Ramadhan adalah bulan yang dipenuhi dengan keberkahan. Sejak awal starting memasuki bulan ini, kita telah disuguhkan dengan berbagai kenikmatan dari Allah SWT. Para alim ulama punya kebiasaan berdoa kepada Allah agar disampaikan oleh Allah untuk memasuki bulan yang mubarak ini. Bagaimana tidak, Rasulullah Saw., seorang teladan terbaik pun mencontohkan hal yang sama. Beliau telah berdoa dua bulan sebelum memasuki Ramadhan,  yakni pada Bulan Rajab dengan doa.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab ini dan Bulan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke Bulan Ramadan.” (HR. Ahmad)

Keberkahan bulan berjalan mulai detik pertama hingga detik terakhir yang disempurnakan dengan menunaikan Shalat Ied, yang dengannya kita keluar dari Ramadhan menjadi pribadi yang takwa dan diampunkan dosa-dosa kita. Sebagaimana telah kita maklumi bersama bahwa bulan ini mempunyai tiga babak. Babak pertama adalah babak rahmat, babak kedua adalah maghfirah dan yang terakhir adalah itqum minannar, pembebasan dari api neraka.

وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

"Bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah dan penutupannya adalah pembebasan dari api neraka." (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab Sahihnya, walaupun sebagian ulama mendha'ifkannya)

Terlepas dari sahih tidaknya hadits tersebut, intinya tidak bertentangan esensinya dengan kandungan Ramadhan itu sendiri jika dibandingkan dengan hadits sahih yang lain. Hadits ini tidak bermakna pembatasan, hanya menjelaskan keadaan dalam bulan yang mubarak ini. 

1. Sebab Orang Dirahmati, Diampuni bahkan dibebaskan dari Siksa Neraka

Jika kita bercermin dengan sekian banyak hadits dan ayat tentang keutamaan Ramadhan. Dapat kita pahami bahwa, Ramadhan itu diberkahi bukan sekedar karena waktunya yang berkah tapi ada ritual amalan yang jika kita lakukan dengan tertib dan benar barulah menghasilkan keberkahan maksimal dari bulan yang ditunggu oleh semua orang shaleh itu.

من صام رمضان إيمانا واحتسابا ، غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, mengharapkan pahala dan janji Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760)

Jelas, asasnya adalah berpuasa disertai perasaan ihtisab. Ihtisab berasal dari kata hisab, yang artinya menghitung, atau mengharapkan sesuatu yang sudah dia duga sebelumnya. Ihtisab bisa dua sisi, pertama menghitung jumlah dosa yang pernah ia lakukan sembari beristighfar kepada Allah azza wajalla. Sisi kedua adalah menghitung dengan perkiraan mungkin dia akan mendapatkan pahala sekian dan sekian, seperti pekerja yang selama bekerja giat dan termotivasi karena mengharapkan imbalan yang telah ia ketahui sebelumnya sembari mengharapkan bonus yang lainya jika bosnyab menyukai pekerjaannya. Kontan saja, aktivitas puasa sembari ihtisab seperti ini akan menggenggam kemampuan dari Sang Maha Raja. 

Adapula penjelasan ulama tentang fase Ramadhan tersebut adalah gambaran tiga tingkatan manusia dalam Islam. Ada orang yang selalu taat dan tidak pernah maksiat, ada yang walaupun taat tapi masih juga maksiat dan ada tipe ketiga, jarang taat tapi selalu bermaksiat dan melakukan disa-dosa besar.

Bagi orang kelompok pertama mulai dari detik pertama di hari yang mubarak itu ia telah dirahmati full selama sebulan. Makanya dirahmati adalah disayangi, dan dicintai oleh Allah sejak awal bulan yang penuh berkah ini. Manusia jenis kedua adalah dengan keberkahan puasa yang ia rutinkan ditambah dengan amaliah sunnah yang ia istiqomahkan sejak awal puasa maka, ia layak untuk diberikan keampunan atas dosa-dosanya di pertengahan puasa itu. Sedangkan orang jenis ketiga adalah pendosa besar, semenjak awal puasa ia telah memulai rangakaian puasa dengan ihtisab dan menjalankan ibadah Nafilah lainnya, sehingga fase yang ia lalui selama 20 hari itu menunjukkan taubatnya yang sempurna, maka ia layak mendapatkan pembebasan dari api neraka.

Ada penjelasan lain lagi yang menyebutkan bahwa Allah membebaskan orang dari neraka sepanjang siang dan malam di bulan Ramadhan.

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam” (HR. Tirmidzi no. 682 dengan sanad yang sahih)

Juga hadits Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ للهِ في كلِّ يومٍ وليلةٍ عُتَقاءَ مِنَ النَّارِ في شهرِ رمضانَ وإنَّ لكلِّ مسلمٍ دَعوةً يدعو بها فيُسْتجابُ له

“sesungguhnya di setiap hari dan malam bulan Ramadhan dari Allah ada pembebasan dari api neraka. dan bagi setiap Muslim ada doa yang jika ia berdoa dengannya maka akan diijabah” (HR. Ahmad 2/254, Al Bazzar 3142, Al Haitsami berkata: “semua perawinya tsiqah”).

Kalau kita perhatikan hadits tersebut tetap menganjurkan supaya pelaku kebaikan semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas kebaikannya. Para ahli maksiat disuruh taubat dan semuanya agar memperbanyak doa karena akan diijabah dengan garansi khusus.

2. Ada juga orang yang didoakan celaka oleh Nabi Saw., dan Malaikat Jibril as.

Dalam riwayat Imam Hakim, dan beliau menshahihkan sanadnya, beliau mengutip sebuah hadits, "Ketika Rasulullah Saw, menaiki tangga mimbar untuk berkhotbah Malaikat Jibril as, mendoakan, "Celakalah orang yang mendapati Bulan Ramadhan tapi ia tidak mendapatkan ampunan, Celakalah orang yang mendengar nama mu disebut tapi ia tidak bershalawat kepada mu, yang ketiga, celakalah orang yang menjumpai ibu-bapaknya yang sudah tua atau salah satu dari keduanya, tapi ia tidak bisa masuk syurga dengan sebab mereka."
Ketiga doa ini diaminkan oleh Baginda Rasulullah Saw. Ini hanyalah mahfum hadits bukan terjemah harfiahnya.

Dalam riwayat yang lainnya bahwa beliau saw, diperintahkan untuk mengaminkan doa tersebut. Begitu keras dan keramatnya doa tersebut.

Mari kita pelajari dari paling akhirnya. Poin ketiga adalah doa kecelakaan kepada anak yang durhaka kepada ibu-bapaknya atau salah satu dari keduanya. Jelas ini pelanggaran besar dan banyak ayat yang menjelaskan tentang itu.

Poin kedua adalah orang yang tidak bershalawat kepada Rasulullah Saw ketika nama beliau disebut. Apakah bershalawat setiap mendengar nama brlibe adalah wajib? Para ulama ikhtilaf, ada perbedaan pendapat, tapi tidak ada yang ragukan alias sepakat bahwa, bershalawat kepada beliau Saw, seumur hidup sekali adalah kewajiban. Tidak ada satu ulama pun yang menentang pendapat ini.

Poin pertama yang di doakan kecelakaan oleh Sang Jibril as, sebagai malaikat yang paling dekat dengan Allah SWT pun serta dilegitimasi dengan aminnya Rasulullah Saw, maka sudah jelas kebinasaan bagi orang tersebut. Siapakah mereka?

3. Ciri-cirinya
a. Suka berkata dusta, adu domba dan perbuatan keji

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan qaulaz zuur, perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).

Imam Suyuthi rah.a mengatakan bahwa qaulaz zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1/121, Maktabah Syamilah)

b. Suka bicara sia-sia dan melakukan perkara yang menaikan syahwat

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim dengan sanad yang sahih)

Laghwu adalah perkataan dan ucapan yang sia-sia sedangkan rofats adalah perbuatan atau perkataan yang condong kepada meningkatkan ghaira syahwat. Ini sebagaimana penjelasan dari kitab Fathul Bari.

Coba perhatikan, puasanya jadi tidak bernilai padahal ia tidak melakukan dosa besar. Bagaimana jika puasa sambil melakukan dosa besar, seperti Meninggalkan Sholat fardhu dengan sengaja, membuka aurat dengan bangga, mengambil hak orang lain tanpa cara yang syar'i. Bagaimana mungkin Allah SWT mau pandang dengan rahmat kepada kita. Semoga kita terhindar dari dosa-dosa tersebut. Tidak mengherankan jika Rasulullah Saw, sabdakan,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dengan sanad yang hasan)

11 Ramadhan 1440 H/
16 Mei 2019
Wanggudu, Asera, Sulawesi Tenggara

Tuesday, May 14, 2019

'Salah' Berdoa??!


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Berdoa adalah salah satu perintah Allah baik ketika berada pada bulan Ramadhan maupun di luarnya. Berdoa menunjukkan sifat penghambaan yang sempurna dari sifat hamba itu sendiri. Berdoa merupakan ekspresi perasaan ketidak mampuan seseorang yang dicurhatkan kepada seseorang yang dianggap mampu dan memiliki powerful untuk menyelesaikan masalah yang sedang dikeluhkan.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ 
 عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Al-Mu'min: 60)

Jelas, doa merupakan perintah Allah kepada hamba-Nya dan orang yang enggan berdoa diakhir ayat tersebut dikatakan sebagai orang yang sombong di hadapan Rab-nya. Apalagi kita telah berada dalam bulan yang penuh berkah dan maghfirah ini. Selain janji untuk dikabulkan doa padi hari biasa di luar Ramadhan, pada bulan yang mubarak ini diberikan janji khusus untuk dipenuhi permintaan dari hamba yang melakukan puasa Ramadhan.

ﺛﻼﺙ ﻻ ﺗﺮﺩ ﺩﻋﻮﺗﻬﻢ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﻄﺮ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭ ﺍﻟﻤﻈﻠﻮﻡ

”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi.” (HR. Tirmidzi no. 2528 dengan sanad yang sahih)

Begitu kasih dan cinta Allah kepada orang yang berpuasa, selama dia dalam keadaan berpuasa selama itu pula ia memiliki kesempatan untuk dikabulkan doa dan permintaannya. Subhanallah.

1. Keuntungan berdoa

Ketika seseorang hamba berdoa, tanpa ia sadari ia saat itu telah sampai kepada level paling dekat dengan Allah SWT.

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي

“Aku menurut prasangka hamba-Ku mengenai diri-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika dia berdoa kepada-Ku.” (HR. Ahmad)

Adakah kebahagiaan melebihi kedekatan kita bersama dengan Allah SWT. Hari ini orang merasa bangga dekat dengan bupati, gubernur bahkan presiden sekalipun. Kenapa demikian, ada harapan besar di dalam hatinya, bahwa dengan kedekatan itu akan memudahkan lobi-lobi politik untuk mewujudkan harapan dan program yang ia cita-citakan.

Sedangkan berdoa adalah level dimana seseorang bisa begitu akrab dan nesranya di hadapan Allah SWT. Allah sudah berjanji, "Apa yang kamu mau wahai hamba-Ku, ku kabulkan, mintalah!"

Seandainya doa kita tidak langsung dikabulkan, pahamilah wahai saudaraku, dia adalah salah satu ibadah, sedangkan terkabulnya doa adalah sisi bonus yang lainnya. Jika terkabul langsung di dunia, itulah bonus. Jika tidak terkabul pahamilah ada sisi kemaslahatan lainnya yang Allah simpan atau rahasiakan untuk kita. Seandainya langsung diberi, bisa jadi itu mudharat untuk kita.

2. Kok Doaku tidak dikabulkan?

Ulama menjelaskan bahwa ada empat kemungkinan akan berlaku kepada doa seseorang yang telah ia panjatkan.

a. Langsung dikabulkan, ini sisi kemaslahatan yang sangat diharapkan oleh orang yang berdoa itu sendiri.

b. Ditunda sampai orang yang meminta itu matang baik secara fisik, mental dan keimanan.
Ini bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Jangankan Allah yang Maha Tahu, sebagai orang tua saja jika anaknya masih baru belajar sepeda dan si anak merengek untuk dibelikan motor gede, katakanlah Harley Davidson, Kawasaki ninja 250R dsb, walaupun orang tuanya mampu untuk membelikan tetap saja tidak akan diberi, karena ia belum waktunya. Seperti itupun doa kita di hadapan Allah, maka kita harus bersabar sembari memantapkan diri kita sesuai dengan permintaan yang kita utarakan. Jika telah layak, pasti dikabulkan oleh Allah SWT.

c. Doa kita Allah simpan untuk dijadikan istana di syurga.

Nanti akan ada orang yang ketika di akhirat berandai-andai agar sekiranya doanya tidak dikabulkan di dunia, karena doa itu telah berubah menjadi istana yang megah, bidadari-bidadari surga yang jelita nan rupawan, pohon-pohon yang rindang dan selalu berbuah dengan sekali gigitan 70 rasa. Maka ia bergumam, "Seandainya dulu Allah SWT tidak kabulkan semua doa saya, maka saya akan menjadi orang yang paling bahagia."

d. Doa itu dijadikan tolak bala terhadap musibah yang akan menimpa.

Tanpa kita sadari dalam waktu dekat akan ada musibah yang menghampiri kehidupan kita, maka deng kasih sayang Allah SWT dijadikanlah salah satu doa kita sebagai tameng dari bala' yang akan tiba tersebut.

Ada satu kisah mengenai sang penggembala kambing di tengah gurun Sahara. Ia telah kehilangan dua ekor kambingnya ketika sedang tertidur di malam hari. Dengan memelas ia berdoa kepada Allah, "Ya Allah tolong kembalikan kambing saya." Sudah dua hari ia berduka, doa itu tetap ia panjatkan.

Semakin lama berdoa, timbul rasa kejenuhan di pundaknya. Ia pun mengubah lafaz doanya, "Ya Allah jika engkau tidak bersedia untuk mengembalikan kambingku sekarang, maka tolong tunjukkan siapa yang mencuri kambing saya ya Allah." Ia terus mengulang-ulang doa tersebut sambil menangis.

Tidak lama kemudian terdengarlah suara auman dari beberapa ekor serigala gurun di sampingnya. Baru ia sadar bahwa yang 'mencuri' dua kambingnya tersebut adalah sekumpulan serigala.

Tanpa berpikir panjang langsung ia berlari mencari pohon terdekat. Sambil menangis dan ketakutan ia mendoa, "Ya Allah saya sudah tahu siapa yang mencuri kambing saya." Sekarang saya meminta ya Allah, tolong selamatkan saya dari para 'perampok' ini, kalau tidak saya bisa mati. Dengan terus berdoa dan menangis Allah telah jadikan gerombolan serigala itu kembali ke rumah tempat hunian mereka di tengah padang gurun sana.

Demikianlah keadaan seseorang, mungkin dua kambing yang dimangsa oleh serigala itu Allah jadikan sebagai tameng agar nyawa si penggembala selamat dari amukan serigala lapar, tapi karena ketidak sabaran ia meminta untuk dipertemukan kembali Dengan serigala pemburu itu.

Dalam kehidupan kita, telah banyak dipanjatkan sekian doa, tapi terkadang belumlah nampak 'hasil' dari doa kita, padahal bisa jadi itu adalah cara Allah untuk menghindarkan kita dari mara bahaya.

Teruslah berdoa dan teruslah meminta. Dia Yang Maha Kasih Sayang akan cinta dan menjaga mu selalu.

10 Ramadhan 1440 H
15 Mei 2019
Wanggudu, Asera, Sulawesi Tenggara

Mengeluhlah!

Oleh: Mujiburrahman Al-Markazy

Pagi itu, ku utak-atik android genggam ku. Ku baca helai demi helai pesan di WA grup. Keluhan mulai mengalir seakan marah dengan keadaan yang tidak dipedulikan oleh admin.
Setiap orang punya persepsi berbeda terhadap sesuatu. Ada yang ingin dimanja, diperhatikan khusus dalam proses pembelajarannya. Bagi penulis pribadi, bahwa mengeluh dan tidaknya adalah suatu pilihan. Sejauh seseorang itu belajar, setahap demi setahap pasti akan ada langkah maju.
Jika admin hanyalah menyampaikan pesan dan mengorganisasikan program, maka pembelajaran diikuti setiap peserta sebenarnya sudah mencukupi di website itu dan tanggapan dari grup. Bagi penulis, seandainya admin tidak ada yang mengontrol dan menyapa setiap saat seperti guru SD menyapa muridnya, merapikan kemeja sang murid, bahkan diantar ke toilet jika sang murid hendak pipis. Semua bisa berjalan dengan sak sama. Jika dilayani, maka belajarlah bagaimana cara melayani, jika tidak atau tepatnya kurang dilayani maka belajarlah untuk melayani keperluan pembelajaran mandiri.
Kelas menulis online adalah kelas yang dirancang untuk orang yang bisa mengikuti pelajaran secara mandiri. Percayalah wahai saudaraku sekalian, sehebat apapun seorang guru, katakanlah sekelas Malaikat Jibril as., tetap saja kita tidak akan bisa maju dalam belajar jika kita tidak mengambil pena, memutar otak, membayangkan imajinasi, meluapkan emosi, biarkan dia mengalir. Pelihara mood itu sampai kamu betul matang dan dewasa dalam berkarya.
Wahai saudaraku jika kamu hendak mengeluh, mengeluhlah. Cuma yang perlu kamu pahami adalah sudahkah semua materi kamu resapi. Seandainya buku yang pernah kamu baca, ditulis kembali berdasarkan interpretasi kamu. Video pembelajaran yang pernah diberikan bisakah kamu ringkas kembali dalam sebuah tulisan mungil yang segar. Wahai saudaraku jika engkau hendak mengeluh, mengeluhlah.
Dalam Al-Qur'an surat Ar-Raad: 11, Allah sudah sampaikan, bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka mau berusaha untuk mengubah nasib mereka sendiri. Begitu mulianya manusia, sehingga masa depan diri kita Allah serahkan khusus ke pribadi masing-masing. Wahai saudaraku jika engkau ingin mengeluh, mengeluhlah. Cuma, satu hal yang mesti kamu pahami, apa yang bisa didapat dengan keluhan dan ocehan itu. Keluhan dan ocehan mu, hanya semakin membuat dirimu menjadi sakit dan lemah. Wahai saudaraku aku mencintaimu karena Allah.
Tolong tinggalkan keluh kesah mu itu. Pandanglah matahari dan katakan, "Wahai sang surya aku datang." Tampakkan senyum mu sehingga sang surya malu untuk menatap kesungguhan mu. Wahai saudaraku perbaiki kualitas sholat mu dan perbaiki hubungan mu dengan sesama. Allah menceritakan tentang sifat orang yang tidak mudah berkeluh kesah dalam pertengahan surat Al-Maarij di juz ke-29 itu. Diantara ciri mereka adalah menjaga sholat, berbagi harta yang dimiliki, yakin kepada perjumpaan hari akhir dan menghindari dosa dan sifat yang kotor. Semoga bermanfaat saudaraku sayang. Barokallahu fiikum