Follower

Saturday, June 30, 2018

Panduan Praktis 2 Minggu Menjadi Penerjemah (Seri Tips dan Motivasi)


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Sebenarnya, ini bermula dari 'curhat' kepada teman di masjid yang baru saya tempati. Ketika itu, kami sedang ngobrol santai perkenalan satu dengan yang lain. Ia sempat memancing diskusi bahwa ia pernah mampir di masjid sebelumnya dimana saya tinggal. Ketika itu, saya sedang menerjemah pembicaraan dari jamaah India, sekira Desember 2017 lalu. Lantas ia bertanya, "Apakah bapak sudah pernah ke India...?" Saya cuman menggeleng. "Belum". Jawab ku datar. Terus ia bertanya, "terus bisa terjemah, dimana belajar bahasanya...?"

Pertanyaan seperti ini sudah sering saya dengar dan menjelaskan bagaimana sehingga saya bisa terjemah bahasa Urdu yang notabene adalah bahasa resmi India dan Pakistan. Padahal belajar secara langsung kepada ahli bahasa ini dalam waktu khusus, belum pernah. Yah, otodidak itulah yang saya mau sebut. Belajar secara otodidak dalam kurun waktu 2 minggu.

Kisah belajar otodidak ini bermula ketika liburan kampus 2014 lalu. Walaupun saya 'tinggal' di Pondok "Santer PELMAHA" (Pesantren Alternatif untuk Mahasiswa dan Hafidz) pelajaran bagaimana menerjemah belum juga saya dapatkan. Sampai saya 'tinggalkan' pondokpun pelajaran bagaimana menjadi penerjemah belum ada dan belum juga diadakan hingga sekarang.

Ketika akhir semester 2, tahun itu, saya putuskan untuk mengisi waktu liburan dengan khuruj fi sabilillah 40 hari. Ini adalah masa pembelajaran terbaik. Karena kita memadukan antara teori dan praktek.

Berapa banyak orang kuliah atau mengenyam pendidikan formal lainnya. Ia baru bisa memahami dengan baik apabila telah terjun praktek di lapangan. Hemmmm, sempat dalam benak saya, kurikulum pendidikan Indonesia ini sebaiknya dirubah. Sebelum memulai teori sebaiknya siswa atau mahasiswa diperkenalkan pada output apa yang akan di capai, umpamanya penelitian dan mengabdi kepada masyarakat, belajar praktek dulu, sebelum ia terjun dalam rutinitas belajar teori secara keseluruhan. Sehingga, ia ada gambaran menyeluruh tentang dunia pendidikan.

Khuruj fi Sabilillah adalah kegiatan yang dilakoni untuk membenahi diri dengan iman, ilmu dan amal. Semua personil jamaah berpartisipasi aktif dalam mengisi 3 unsur perbaikan diri tadi.

Perjalananpun saya tempuh dengan menggunakan kapal laut,  3 malam hari 2 hari. Kalau ditambah dengan start awal dari Kendari menuju Bau-bau berarti 3 hari 3 malam tiba di pelabuhan tanjung Priok, Jakarta. Maklum, saya tinggal di daerah kepulauan timur Indonesia, Sulawesi Tenggara. Sebenarnya kalau dengan pesawat terbang paling cuman 3 jam. Hemmmm, saat itu masih aktif kuliah jadi biaya harus irit, yang penting tujuan tercapai, misi dakwahnya lancar. Ketika itu, markaz dakwah kami masih 'satu' di jalan Hayam Wuruk, Kebon Jeruk, Jakarta. Sekedar informasi sekarang ada 2 markaz dakwah Indonesia. Satu ada di Kebon Jeruk dan yang satunya di Bekas Rumah Sakit Paru-paru lama, Sunter Agung, Ancol. Tepatnya di Masjid Al-Muttaqien Ancol.

Ketika bayan, ceramah biasanya di akhir pembicaraan ada tawaran dan ajakan untuk keluar di jalan Allah. Saya langsung mendaftarkan diri untuk dibentuk jamaahnya. Itu adalah markaz dakwah seluruh provinsi. Siapa saja yang datang dari provinsi berbeda, tapi ingin keluar fi sabilillah, walaupun belum terbentuk rombongan dakwahnya bisa langsung daftarkan diri di markaz dakwah Indonesia.

Dalam mendaftar itu, saya bilang saja bisa bahasa Inggris, walaupun kemampuan seadanya. Maksud saya, supaya bisa dipasangkan dengan jamaah foregn kalau dibutuhkan. Memang niat saya untuk mengasah kemampuan berbahasa asing juga. Hemmmm, liburan yang penuh makna, bisa traveling, punya kawan sholeh, relasi dengan orang-orang baik, bermukim di tempat terbaik, dari satu Rumah Allah ke Rumah Allah lainnya. Bisa mengasah kemampuan berbahasa. Hemmmm, sungguh mengasyikan. Disinilah 'pelajaran otodidak' itu bermula.


Rute jamaah saya diputuskan menuju Magelang, Jawa Tengah. Alasan kenapa rute menuju ke sana adalah karena di sana banyak penerjemah Bahasa Urdu. Kebetulan, waktu itu jamaah yang saya temani adalah dari India, Distrik Maharastra. "Pak, ini jamaah ada yang bisa bahasa Inggris kan...?" Tanya saya untuk memastikan sebelum digabungkan. sebab, sekali tatap muka dengan calon jamaah yang akan saya temani itu. Sekalipun belum pernah. Maklum, tempat untuk khidmat, pelayanan Jamaah Luar negeri berada di lantai 3 masjid. Sedangkan saya i'tikaf di lantai 2, itupun sudah sangat padat berdesakan. Ketika tidur kaki sulit dilonjorkan. Padat, sesak. Untuk masuk ke ruangan atau lantai tempat peristirahatan jamaah foregn, uh, begitu ketat.

"Iya, ada, nanti antum ngobrol aja dengan mereka. Ada salah satunya bisa." Timpal salah seorang tim tasykil, tim yang mengatur keberangkatan setiap jamaah yang akan disebarkan ke seluruh pelosok negeri. Merekalah yang akan memutuskan apakah suatu rombongan itu layak atau tidak.

Besok pagi setelah sarapan, jamaah langsung diberangkatkan sesuai rute.
"Itu tiket Jamaah sudah dibooking semua, pake Bus yah". Haji Maimun mengarahkan. Ia sedikit memberikan arahan kepada saya selaku dalil, pengantar jamaah.

"Nanti, kalau diperjalanan begitu tiba waktu sholat, sampaikan kepada sopirnya tolong berhenti di masjid, walaupun jalan tol, itu ada masjid yang biasa disinggahi. Suruh sopir berhenti. Kalau sopir bus tidak mau, sampaikan ini jamaah nekat. Mereka bisa saja lompat kalau tidak berhenti. Ini jamaah siap mati yang penting bisa sholat. Mereka mazhab Hanafi. Jadi, tidak ada jamak shalat. Mereka cuma mengqashar sholat. Beda dengan kita mazhab Syafi'i yang boleh jamak dan qashar sholat. Paham...!" Beliau menegaskan.

"Insyaallah, paham...!" Jawab ku singkat.
Hemmmm, inilah Haji Maimun yang diceritakan itu. Sosok yang keras berubah menjadi da'i. Ia adalah mantan gengster terkenal, Yakuza di Jepang. Saya maklumi gaya bahasanya. Walaupun sudah da'i, karakter itu masih nampak. Alhamdulillah sekarang beliau telah mendapatkan hidayah dari Allah. Alhamdulillah.

Bus yang ditumpangipun melaju. Mulailah saya mencoba bercakap dengan salah-satu jamaah. "Do you speaking english?"

Saya sengaja tidak menggunakan kata "Can you speaking english?" Ini sebenarnya kalimat Indonesia yang diinggriskan. Orang Inggris jarang menggunakan gaya percakapan seperti itu. Tidak alami, terlalu kaku.

Mereka mulai menunjuk salah satu kawannya yang sebenarnya sudah hampir beruban semua rambutnya, janggut sedada dan rambut semua di beri warna merah rambut jagung. Di deretan kursi penumpang tepat dibelakang supir masih ada yang kosong. Saya mulai bergeser ke samping kanan kursi yang kosong itu, persis di belakang supir. Saya mulai bertanya beberapa hal tentang bagaimana keadaan dalam perjalanan. Ia hanya manggut-manggut tanpa memberikan jawaban yang sesuai. Saya mulai ragu. "Jangan-jangan hanya sepotong-sepotong juga bahasa Inggrisnya. Kalau begini mati aku." Gumam ku dalam hati.

Bus terus melaju membelah jalan tol Jagorawi. Bus melaju dengan kecepatan rata-rata. Waktu itu, suasana arus balik lebaran. Hemmmm, ternyata ada juga yang baru sempat mudik lebaran karena tidak sempat waktu menjelang lebaran kemarin juga untuk menghindari arus padat kendaraan menjelang lebaran. Mobil berlari tanpa hambatan yang berarti. Sesekali berjalan merayap padat.

Dengan izin Allah kami tiba lebih cepat dari dugaan. Biasanya menjelang subuh tiba di Terminal Tidar, Magelang. Kami tiba sekira jam 01.00 dini hari. Padahal, kami start dari terminal kampung rambutan sekitar 16.30 Wib. Menunggu jemputan kami i'tikaf di Masjid dekat terminal. Jalan masih terlihat lenggang. Sunyi, sesekali ada Bus dan motor yang berlalu. Pos Pengamanan mudik masih hidup. Pak Polisi dengan beberapa kawannya sedang menyaksikan acara televisi, sesekali menengok Bus yang baru tiba.

"Ustadz, disini siapa nanti yang akan temani jamaah untuk bantu tarjim. Karena saya lihat kalau kemampuan berbahasa Inggris jamaah masih dibilang standar seperti kita dari Indonesia. Itupun cuman satu orang. Ini kebanyakan jamaah orang tua. yang satu orang itupun lebih nyaman pake bahasa sendiri, Bahasa Urdu." Tanyaku ketika sudah berada di dalam mobil di samping penjemput.

Kebetulan, waktu itu Ustadz Muammar yang jemput ditemani beberapa karkun, sebutan untuk jamaah dakwah. Beliau sholat subuh berjamaah bersama kami. Dibenak saya,  ingin cepat memastikan siapa yang akan menemani tarjim bersama jamaah. Beliau masih sesengukan bernafas. Capek, banyak barang yang diangkat. Jamaahnya cuma 7 orang. Barang bawaannya 3 mobil. Semua dibawa, bumbu masak dari India, tepung gandum 4 karung dan berbagai koper. Banyak sekali. Mesin mobil di nyalakan, lampu mobil tampak menyorot ke depan. Jalan sudah mulai nampak ramai, ada yang memungut sampah dengan seragam serba kuning. Mobil mulai berlalu-lalang. Terminal makin padat. Pengantar-penjemput sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sang Ustadz belum langsung menjawab. Percakapan  seputar perkenalan, dari mana, kapan, bagaimana bisa ketemu jamaah yang lebih banyak mengisi obrolan. Sampailah kepada persoalan tarjim, penerjemah bahasa untuk jamaah. Beliau mengabarkan bahwa semua ustadz yang biasa tarjim sedang mudik ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan ada pula yang sedang khuruj ke luar negeri.

"Teng... teng... teng...." Otak ku berfikir jika seperti ini maka mau tidak mau saya yang harus jadi penerjemah utama. Dengan bahasa Inggris seadanya.
"Eh, kebanyakan mereka nggak tau bahasa Inggris." Mati aku, yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Saya yang keseharian berbahasa Sulawesi dengan campuran dialek ambon, mau terjemahkan bahasa Urdu kepada masyarakat Magelang yang kesehariannya menggunakan bahasa jawa kromo. Mati aku." Otak ku berfikir keras.

"Tenang, kan ada Allah, nanti Allah yang tolong". Yah, doktrin itu telah masuk ke dalam sukma. Hanya dengan pertolongan Allah saya bisa. Hati ku meyakinkan. Mulut dan hati berzikir. Sedangkan otak berfikir kencang. Hemmmm, Allah...!

Bagaimana selanjutnya, perjalanan bisa menerjemah dan berkomunikasi dalam waktu singkat. Tipsnya akan dilanjutkan nanti Insya Allah... Hemmmm.

Bersambung....


Friday, June 29, 2018

Dengan Cinta itu, Kalian telah ditolong (Seri Kisah Inspiratif) Bagian 1

By 
Mujiburrahman Al-Markazy

Siang itu, Dzulqa'da 6 tahun setelah yang mulia Nabi saw berhijrah. Serombongan kaum muslimin yang diamiri, dipimpin langsung oleh Baginda Nabi saw., untuk melakukan umroh. Kecintaan, kerinduan, keharuan yang dalam telah mengharu-biru didalam hati para pejuang itu. Kecintaan dan kerinduan kepada kampung halaman tercinta, tempat tersuci sepanjang zaman Makkah Al-Mukarramah ditambah dengan kenangan terindah yang pernah terukir di kampung halaman itu. Kerinduan kepada keluarga besar yang berbeda di kota itu. Sudah lama tidak bertatap muka karena keadaan ini dan itu tidak mengizinkan sehingga belum semua keluarga dibawa ke kampung hijrah Madinah Al-Munawwarah.

Desas-desus mengenai rencana keberangkatan jamaah umroh itu, telah tercium oleh kaum kafir dan munafik. Mereka telah buat rencana 'besar' untuk menggagalkan jamaah umroh itu. Seluruh tokoh politik dan militer telah mereka undang agar memikirkan rencana penggagalan jamaah umroh yang akan tiba di Makkah. Bukan hanya para komandan dan petinggi perang, pasukan perangpun telah dikerahkan untuk berjaga-jaga, kalau jamaah umroh itu sampai paksa untuk masuk. Nyawa, harta dan harga diri telah mereka siap korbankan demi penggagalan jamaah itu.

Sang Amir yang begitu bijaksana, Rasulullah saw., telah mengutus seseorang untuk mencari tahu bagaimana kondisi terkini sekitar Ka'bah. Saat itu, rombongan umroh telah tiba di perkampungan Dzulhulaifah rencananya sambil jamaah umroh itu bergerak mereka akan menunggu informasi dari sang utusan itu, informasi akan didapat ketika berjumpa nanti di Kampung 'Usfan.

Informasi real telah didapat, A1, bahwa pasukan tempur telah disiapkan untuk menghalau dan menggagalkan kedatangan mereka. Bisa beberapa kemungkinan, terobos paksa, mundur alias tidak umroh dulu atau layani perang sampai titik darah penghabisan. Sang Amir saw., mengajak semua sahabatnya tanpa terkecuali untuk mendudukan masalah ini dalam sebuah majelis musyawarah. Wahyu senantiasa tersambung dengan beliau. Tapi, beliau tidak serta-merta memutuskan apa yang harus diambil. Padahal ketaatan para sahabat r.hum tidak ada yang sangsikan.

Berbagai pendapat telah bermunculan dalam musyawarah itu. Ada yang mengusulkan, "Karena pasukan pendukung kaum kafirin Makkah adalah orang dari luar Makkah, maka sebaiknya kita gempur semua rumah orang yang berada di luar Makkah itu. Sehingga, ketika mereka mendengar rumah mereka terancam, mereka akan berhamburan keluar untuk menyelamatkan rumah-rumah mereka. Setelah itu kita gempur dengan pasukan inti habis-habisan." Sayyidina Abu Bakar ra., mengusulkan, Ya Rasulullah, engkau hadir di sini untuk ziarah ke Baitullah, bukan untuk berperang. Sebaiknya, kita pergi saja dengan damai ke sana. Tapi, jika mereka menghalangi. Kita lawan. Jika tidak, kita tidak harus berperang." Rasulullah saw., condong dengan usulan sahabat baiknya itu.

Keputusannya, perjalanan dilanjutkan sampai memasuki kota Makkah. Walaupun, saat itu adalah hanya jamaah umroh tapi tidak heran kalau mereka berjalan dengan keadaan siap untuk membela diri. Senjata dan persiapan perang selalu bersama. Ini zaman perang. Setiap saat nyawa terancam. Tibalah rombongan di dekat sumur Hudaibiyah. Tempat dekat Makkah, sekarang letaknya antara Makkah dan Jeddah.

Ketika itu, datanglah seorang yang masih belum memeluk Islam tapi cinta dan simpati kepada Islam, Budail bin Warqa dari Kabilah Khuza'ah, Kabilah yang pro kepada kaum Muslimin. Diapun menyampaikan informasi yang sama tadi bahwa, "Sepasukan besar telah disiapkan untuk menyerang kalian. Wahai Muhammad, orang Quraisy tidak mengizinkan kamu masuk, kamu diblack list, mereka akan siap berperang jika kamu mendesak masuk".

Rasulullah saw., menyampaikan, "Kami datang ke sini bukan untuk berperang, tujuan kami hanya untuk umroh. Orang-orang Quraisy itu, senantiasa ingin bertempur. Sebentar-sebentar bertempur. Itu sangat merugikan dan akan menghancurkan mereka sendiri, Aku lebih suka berdamai. Kalau mereka mau sebaiknya kita buat perjanjian bahwa kami tidak akan menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kami. Jika mereka tidak mau menerima usul ini, Wallahi Demi Dia yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya, aku akan gempur mereka terus menerus sampai Allah menangkan kami atau leher kami harus tertebas."

ALLAHU AKBAR! Inilah jiwa kelemah-lembutan Rasulullah saw, yang tersohor itu. Senantiasa ingin berdamai tapi jika upaya damai dengan perjanjian walaupun berat sebelah nanti dibuat, itu tidak mengapa. Tapi, jika segala upaya damai itu tidak diindahkan, Wallahi Rasulullah saw akan bertempur terus hingga Allah menetapkan siapa yang keluar sebagai pemenang. ALLAHU AKBAR!. Budailpun mengangguk, "Baiklah, aku akan menyampaikan maksud kalian kepada orang-orang Quraisy itu." Iapun berlalu.

Bersambung...

Bahan Bacaan:

Kitab Khamis

Kitab Hikayat Para Sahabat

Ensiklopedi lain 



Thursday, June 28, 2018

Khutbah Jumat Pekan ini: Membangun Umat bebasis Masjid dan Rumah (Seri Khutbah) Bagian 2


By 
Mujiburrahman Al-Markazy


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. 

Segala puji milik Allah. Dialah yang telah menciptakan kita. Dialah Allah yang menjamin Rezeki kita. Dialah yang menjadikan kita dari tidak ada menjadi ada, dari setetes nutfah yang hina menjadi manusia makhluk yang sempurna.


لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ -٤-
“Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (At-Tin 4)
Alhamdulillah Allah swtpun menjadikan kita orang Islam. "Sesungguhnya agama yang diterima disisi Allah adalah Islam." (Al- Imron: 19). Maka, sungguh berlipat-lipat kemuliaan yang Allah berikan kepada kita. Menjadi semulia-mulia ciptaan, menjadi sesempurna-sempurna makhluk, memiliki agama paling mulia dan diterima. Dan diberikan iman, modal untuk tidak rugi. "Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian., kecuali orang yang beriman..." (Al-Ashr: 1-3).

Shalawat serta taslim kita haturkan kepada junjungan kita, Baginda Rasulullah saw., dengan tetesan keringat, darah dan air mata. Beliau tidak mempedulikan harta ataupun nyawa berkorban demi tersebarnya agama yang suci ini hingga ke pelosok negeri. Sampailah agama yang suci itu ke haribaan pundak-pundak kita. Kita bukanlah yang pertama, bukan pula yang terakhir tapi kita adalah pelanjut. Pelanjut hanya akan terus berjalan sampai ajal menjemput kita.

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah

Tidak lupa khatib mengajak diri khatib dan jamaah sekalian untuk sama-sama meningkatkan imam dan takwa kita kepada Allah swt. Karena iman adalah pokok dari segala urusan. Jika iman baik maka semua urusan akan berakhir dengan baik pula.

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Adapun judul khutbah yang akan disampaikan oleh khatib pada kesempatan kali ini adalah "Membangun Umat berbasis Masjid dan Rumah" . Masjid adalah basis kebangkitan umat. Masjid adalah rumah Allah, rumah kaum muslimin. Masjid adalah rumah bersama kaum muslimin. Di dalam masjid tidak boleh ada warna selain persatuan. Warna suku tidak boleh mendominasi, warna partai tidak boleh mendominasi, warna organisasi tidak boleh mendominasi. Mesjid adalah rumah bersama, dari suku mana saja, organisasi apa saja, partai mana saja semua harus satu warna. Warna keimanan, warna keislaman, warna ketakwaan. Nabi Muhammad saw bersabda:

«الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ مُؤْمِنٍ»

“Masjid adalah rumah bagi setiap mu’min”.
(Hadits Hasan, Riwayat  Abu Nu’aim dalam kitab al-Hilyah, Lihat Shahiihul jaami’ no. 6702). Inilah rumah kebangkitan kaum muslimin. Jika berjaya kaum muslimin maka akan tentram seluruh alam. Dunia pernah menjadi saksi selama ratusan abad, ribuan tahun ketika kaum muslimin memegang kendali dunia, kedamaian, kewibawaan, toleransi mewarnai seluruh jagad. Semua dimulai dari masjid.
Allah swtpun., telah menggambarkan:


إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS Attaubah:18)

Masjid hanya dipenuhi dan diramaikan oleh orang yang beriman, orang yang mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan orang-orang yang tidak takut celaan, tidak mengharap pujian apapun dari manusia. Keridhaan Allah saja yang dituju. Inilah orang-orang yang telah mendapatkan hidayah dan petunjuk dari Allah swt. 

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah.

Masjid adalah rumah bersama. Berarti, setiap kita punya rumah atau tempat kediaman pribadi. Rumah benar peruntukannya adalah rumah yang dibangun berbasis masjid, dengan berlandaskan iman dan taqwa. 

Keluarga yang merupakan bagian komunitas terkecil dalam masyarakat. Jika dari rumah telah terbentuk pribadi-pribadi surgawi yang beretika, beriman, bertakwa kepada Allah. Maka hidup lebih mulia daripada mati karena manfaat lebih banyak yang diberikan dan pahala, kemuliaan akhirat terus didapatkan. 

Sebaliknya, jika rumah kita dibangun bukan berlandaskan iman dan takwa, akan melahirkan generasi semerawut, generasi perusak, adalah lebih baik hidup dibawah bumi daripada di atasnya karena dosa demi dosa dicipta, maksiat demi maksiat terus berbuah maksiat. Lebih baik mati dan terputus celah untuk berdosa daripada hidup memupuk dan menyuburkan dosa. Allah swt berfirman: 


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS.at-Tahrim:6)
Bagaimana seharusnya kita membangun rumah kita. Kita bangun dengan pondasi amalan masjid. Anak kita perhatikan kapan jam mengajinya. Bukan hanya anak-anak. Remaja kita bagaimana amalannya. Sholatnya bagaimana, di masjid atau tidak. Perlu dipahami yang harus sholat dirumah itu perempuan. Di masjid tempatnya laki-laki. 

Hari ini, ummat telah kehilangan silsilah generasi sholeh. Kalau ada yang ke masjid paling dari SD sampai SMP kelas 2. Sisanya dimana, di jalan, di deker, bahkan Naudzubillah sampai pergaulan bebas, alkohol, narkoba dan sebagainya. Inilah problematika yang harus kita fikirkan bersama. 

Seharusnya, generasi cemerlang itu bisa menghasilkan para hafidz Al-Qur'an dari rumah kita. Betapa bahagianya, jika didalam rumah kita muncul, lahir orang-orang yang menjaga Al-Qur'an, baik melalui hafalannya ataupun menjaga Al-Qur'an dengan kebijakan publik di pemerintahan. Rumah yang melahirkan pejuang umat untuk kemakmuran seluruh negeri. Nabi saw, menyampaikan:

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَاسْتَظْهَرَهُ [أي: عَنْ ظَهْرِ قَلْبِيٍ] فَأَحَلَّ حَلاَلَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ أَدْخَلَهُ اللّهُ بِهِ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِي عَشْرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلُّهُمْ قَدْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ. (حم جه دي ت 2830: حَدِيثٌ غَرِيبٌ … وَلَيْسَ إِسْنَادُهُ بِصَحِيحٍ وَحَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ يُضَعَّفُ فِي الْحَدِيثِ. و أورده المنذري بلفظ: “رُوِيَ”. (ضعيف 

Dari ‘Ali bin Abi Thalib, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Siapa membaca dan hafal Al-Qur’an lalu menghalalkan yang halal di dalamnya dan mengharamkan yang haram di dalamnya niscaya Alloh akan memasukkannya dengan sebab itu ke dalam jannah, dan menerima syafa’atnya untuk 10 orang dari keluarganya yang kesemuanya mesti masuk ke dalam neraka.” HR Turmudzi dll. Turmudzi berkomentar, “Hadits ini gharib, dan isnadnya tidak shahih. Hafsh bin Sulaiman dinilai dha’if dalam hadits. 

Walaupun, hadist ini dhoif, tapi bersesuaian dengan penjelasan QS: Attahrim ayat 6 diatas. Maka, derajat haditsnya bukan lagi dhoif tapi naik tingkatkan menjadi hasan lighairihi, menjadi hasan selain darinya. Begitulah penjelasan dari para syaikhul hadist, para ahli hadits. 

Hadirin yang dimuliakan Allah swt.

Disamping kita menjaga diri kita dengan menjaga sholat diawal waktu, membaca Al-Qur'an setiap hari, membina hubungan baik dengan sesama. Tapi, tidak kalah pentingnya kita mewujudkan para hafidz Al-Qur'an dari rumah kita dan masjid kita. Siapa yang menjamin kalau dirinya tidak berbuat dosa. Setiap kita pendosa. Mata, telinga, fikirkan, hati setiap hari mencetak dosa tanpa sadar. Jika kita memiliki asset hafidz quran di rumah kita. Maka kita punya modal besar untuk selamat di akhirat. Ahli Al-Qur'an men-syafaati 10 orang ahli keluarga kita yang divonis masuk neraka. Allahu Akbar! 

Maka, untuk itulah kita bangun masyarakat kita. Pemerintah bergerak dibidangnya, masyarakat membangun sebisanya, suami, istri, semua bertanggungjawab atas terlaksananya masyarakat madani. Masyarakat seperti di zaman keemasan Islam.

Barokallahu lii walakum filqur'anil majid.
Wallahu alam bissawab.

Tuesday, June 26, 2018

2 Menu Untuk Membahagiakan Da'i Sa'at Terpuruk (Seri Tips dan Motivasi) Bagian 3


By
Mujiburrahman Al-Markazy



Dakwah adalah pekerjaan terbesar dan terberat. Ini bukan pekerjaan orang ecek-ecek. Pekerjaan yang dilakukan oleh manusia super. Bukan superman, Batman, Spider man, atau super-super lainnya yang hanya fiktif belaka. Ini adalah pekerjaan para Nabi dan Rasul as. Tidak ada seorang Nabi dan Rasulpun kecuali ia akan berdakwah. Terlepas dari diskusi apakah cuman Rasul yang dakwah atau Nabi juga dakwah...? Yang jelas Dakwah adalah pekerjaan super besar yang Allah berikan kepada orang pilihan-Nya, kepada orang yang dicinta-Nya.

Tidak ada satu negeri kecuali Allah utus seorang Rasul untuk mengajak kaum itu beriman kepada Allah Azzawajallah
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (Yunus: 47). 

Tujuan diutusnya nabipun hanya satu, untuk mentauhidkan Allah. Walaupun negeri domisili para Nabi itu beda-beda. Berbeda profesi. Nabi Nuh as bisa membuat kapal, Nabi Idris as tukang jahit, Nabi Daud as ahli mengolah besi menjadi baju besi, dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa beliau pengrajin keranjang kemudian menjualnya walaupun beliau sudah menjadi raja kala itu, Nabi Isa as ahli pengobatan, Nabi Muhammad saw seorang pedagang ulung dll,  tapi satu saja seruannya para Nabi dan Rasul itu, lii i'lai kalimatillah, demi tegaknya agama Allah. 


“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25).


Silsilah kenabian mulai zaman Nabi Adam as, Nuh as dan seterusnya. Setiap ada kaum yang sudah mulai melampaui batas, diutus lagi seorang Nabi. Begitu seterusnya, hingga  diutusnya Baginda Rasulullah saw. Sebagai penutup risalah Nabi dan Rasul. Sebagai kekasih teragung Allah di permukaan bumi.


 “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab (33): 40). 
Baginda Nabi mengetahui bahwa hidup beliau tidaklah lama, tidak abadi di dunia bersama ummatnya. Beliau adalah penutup risalah suci. Sedangkan ajaran suci ini harus sampai ke semua telinga, menembus setiap relung hati. Menyinari yang suram. Menghibur yang duka. Mengobati yang luka. Membelai setiap linangan air mata. 

Tugas ini terasa berat jika sendiri. Beliau sangat pemaaf, sangat penyayang lagi penuh kasih. Ingin dikorbankan jiwa ini demi keselamatan dan kesentosaan abadi, kemuliaan tanpa kehinaan, dipuji tanpa merendahkan, memberi rahmat bukan untuk dirinya, keluarganya, kaumnya. Tapi, keseluruh alam, bahkan hewan dan tumbuhanpun mendapatkan manfaat dari curahan kasihnya. Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala aali Sayyidina Muhammad. 



 لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٌ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ


"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS Attaubah: 128)

Sebelum Baginda Rasulullah saw akan meninggalkan ummat ini. Beliau saw telah membuat persiapan yang matang untuk menyiapkan ummat islam sebagai pelanjut dari silsilah kenabian. 


Pendelegasian tugas Nubuwwah sudah mulai beliau beri. Ketika beliau mengutus seorang pemuda cerdas keturunan bangsawan. Pemuda yang tajir. Orang tua pemuda itu seorang gubernur kala itu. Dialah Mus'ab bin Umair ra, seorang pemuda cerdas, ganteng, perlente yang Beliau saw utus untuk berdakwah di Madinah, kala itu bernama Yatsrib. Rombongan dakwah, ta'lim dan jihad biasa beliau yang bawa, terkadang beliau delegasikan kepada yang lain. Beliau sadar ini ummat pelanjut risalah nubuwwah ila yaumil qiyamah, sampai hari kiamat. 


Walaupun kita bukan Nabi dan Rasul sebagaimana penegasan QS: Al-Ahzab: 40 diatas. Allahpun menyeru kita supaya menjadi seperti hawariyyin-nya Nabi Isa as. Untuk menjadi penolong-penolong agama Allah. 
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونوا أَنصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ فَآَمَنَت طَّائِفَةٌ مِّن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَت طَّائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ



“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada hawariyyin,  pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Para Hawariyyin itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (As Shaff: 14) .

Ada beberapa menu yang kami sediakan, semoga dengan mencicipi menu rohani tersebut kita menjadi orang yang paling berbahagia dengan tugas mulia ini. Hemmmm, semoga!

1. Tugas kita selain ibadah adalah dakwah. 

Kita adalah da'i. Sadar atau tidak, kitalah pelanjut risalah suci ini. Entah kita sadar atau tidak, suka atau tidak. Memang, kita da'i. Di pundak kita telah melekat satu amanah besar, lii i'lai  kalimatillah, menegakkan kalimat-kalimat Allah, menegakkan agama Allah. 


Seorang tokoh kenamaan dalam pergerakan jamaah dakwah yang bergerak seantero jagad, yang dikenal dengan jamaah tabligh. Jamaah yang bergerak dengan insentif dari kantong masing-masing. Dengan pengorbanan yang tidak terkira. Tokoh itu bernama Syaikh Lutfi Yusuf dab, gelar pendidikan beliau Mufti yang setelah beliau menyelesaikan gelar doktor dibidang hadist kemudian beliau permantap dengan menyelesaikan pendidikan untuk menjadi mufti, ahli fatwa.


Beliau sampaikan dalam salah satu bayan, ceramah bahwa, "Bedanya kita dengan kaum hawariyyin adalah kita langsung berdakwah dengan segenap kemampuan kita walaupun terbatas apa adanya. Lihatlah bagaimana para sahabat r.hum berangkat dakwah di China tanpa perlu paham dulu bahasa China. Mengislamkan bangsa Romawi tanpa perlu paham lebih dulu bahasa Rum. Bahkan seorang Panglima Perang terkenal Khalid bin Walid ra dalam sebagian riwayat menyebutkan beliau saat itu baru masuk Islam tiba-tiba sibuk dalam medan dakwah dan jihad. Kalau kita mau kerjakan dakwah ini dengan mengandai-andai, "Nanti saya Hafidz Al-Qur'an, kemudian saya 'alim dalam masalah hukum agama plus saya menguasai sekian bahasa, baru saya mau dakwah!". Kalau begini prinsipnya ummat Rasulullah saw ini, maka apa bedanya dengan kaum hawariyyin...? Kita mesti dakwah. Belajar jalan terus, dakwah jangan ditinggal. Ketika ada yang tanya mengenai perkara hukum agama yang tidak kita pahami. Jangan kita jawab, tapi dekatkan orang yang bertanya itu kepada alim-ulama."


Memang, berdakwah itu simple. Tidak harus alim dulu baru ngajak orang. Makanya, cara ngajak -dakwah artinya ngajak. Bukan ngajar- jangan seperti cara ngajar. Pernahkah kita mengajak orang makan...? Ketika orang yang kita ajak tidak mau apa yang kita buat...? Yah, rayu. Kita akan rayu dia supaya mau temani kita makan. Hemmmm, terus kalau orang yang kita ajak tadi tidak mau juga apa yang kita lakukan...? Apa...? Pasti kita akan introspeksi diri mungkin makanannya kurang enak atau kita akan berprasangka baik bahwa dia sudah kenyang. Terus...? Yah, pasti langsung kita makan. Seperti itulah dakwah. Kita cuman ngajak sholat bukan ngajar sholat. Jika yang diajak nggak mau kita introspeksi diri, mungkin kita yang kurang doakan dia sehingga Allah belum bagi hidayah atau kita berprasangka baik bahwa mungkin dia sudah sholat. Hemmmm, simpelkan dakwah...? Ayo dakwah!


2. Pahami kemuliaan dakwah

Dulu, banyak orang bangga menjadi tim-ses, tim sukses pasangan calon gubernur atau tim-ses Presiden. Dengan bangganya mengkampanyekan ini dan itu. Seolah-olah harus dia yang pimpin, baru negeri bisa baik. Ada juga yang mengatakan harus dilanjutkan presiden ini kalau infrastruktur mau kelar dibangun. Masing-masing bangga dengan apa yang ia jagokan. Lantas apa yang diharapkan dengan itu...? Jelas yang dia inginkan adalah kedekatan dengan orang yang dijagokan itu -ini terlepas dari isu panas politik sekarang ini- jika kita sudah dekat ada rasa kebanggaan. Terus apalagi yang diharapkan, biasanya kedudukan. Jika orang yang kita jagokan terpilih. Umpamanya, dia menjabat gubernur. Pasti sang gubernur akan melirik pertama kali kepada siapa pendukung-pendukung utamanya. Hemmmm, selanjutnya kedudukan, popularitas, berbagai kemudahan akan didapat. Ini, baru seorang makhluk yang kita promosikan, yang kita besar-besarkan. Ketika si kecil menjadi besar. Kitapun akan ikut menjadi besar.


Wahai saudaraku, ketahuilah kemuliaan dakwah melebihi semua kemuliaan yang disebutkan di atas. Perlu dipahami bahwa, yang kita promosikan ini bukan "orang kecil" tapi yang kita promosikan ini adalah Allah. Dialah yang menciptakan jagad raya untuk kita. Langit-bumi milik Dia. Yang kita promosikan adalah jalan kebahagiaan dan ketentraman, bukan tunggu terpilih atau terpilih lagi baru kita bisa menikmati janji kampanyenya. Bukan. Menit ini. Detik ini. 



مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki mau­pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An- Nahl: 97). Kita menjadi pelopor kebaikan. 

Kenapa kita malu berdakwah, malu ngajak orang ke jalan yang benar, karena kita merasa bahwa ajakan kita akan dicuekin. Sekarang gini, kalau ada orang yang ngasih duit 100 Miliar supaya uang itu kita bagi-bagi ke semua orang. Kemana kita pergi untuk bagi uang itu, selalu ada kamera tersembunyi yang ngintip kita. Sedangkan, kita akan diberikan gaji 1 triliun jika berhasil dalam waktu cepat. Hemmmm, apa yang terpikirkan...? 


Kita akan berlari sekencang mungkin. Tanpa berfikir panjang, ketok setiap rumah, jumpa setiap orang menjelaskan seperlunya, senyum yang merekah, kepuasan batin karena berbagi. Beri tanpa berfikir. Semua orang di berikan. Hati berbunga-bunga. Tidak terkira perasaan, jika tugas yang diemban telah selesai. Hemmmm, Subhanallah. 1 trilyun untuk sendiri. Wow, amazing! 


Hemmmm, seperti itulah dakwah. Kita akan bahagia menjalaninya. Sesuatu yang kita bagi itu, bukan 1 Miliar, bukan 1 trilyun tapi jika orang yang kita ajak menerima. Umpamanya, dia sholat. Bukan sholat fardhu tapi sholat sunnahnya saja nilainya disisi Allah bukan seharga 100 Miliar yang bisa diperebutkan oleh para koruptor. Tapi nilainya disisi Allah syurga yang lebih baik daripada dunia dan seluruh isi-isinya. Tidak banggakah engkau jika kamu yang menjadi perantara untuk membagikan hadiah itu kepada semua orang. Yah, itulah dakwah. Dakwah yang kamu anggap selama ini beban. 


Itulah kemuliaan kamu. Seakan-akan kamu menjadi "wakil Tuhan" untuk menangkap orang ke jalan syurga-Nya. "Hemmmm, terus kalau sudah selesai tugas apa bagian saya...?" Tenang kamu akan mendapatkan apa yang mereka semua amalkan tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, itu baru bonus kamu. Bukan pahala pokok. Disebutkan dalam satu riwayat, "satu kata dalam dakwah lebih baik daripada pahala ibadah sunnah setahun penuh." Bayangkan jika pahala sholat sunnah semenit saja bisa berpahala syurga yang lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya. Bagaimana jika ibadah setahun...? Wow! Allahu Akbar! 


Sekarang saya mau ajak kamu ucapkan kalimat tasbih, "Subhanallah!". Ayo ucap...! Kurang keras. Apa? "Subhanallah...!" Jika yang baca tulisan ini ada 1000 orang maka setiap orang tadi mendapatkan pahala satu Subhanallah, sedangkan saya yang menjadi pelopor diucapkannya kalimat "Subhanallah." Saya akan mendapatkan pahala 1000 dari pahala kalian, tanpa berkurang pahala kalian. Itu sebagai bonus buat saya. Ditambah pahala pokok saya satu Subhanallah dan sekali ajakan kepada Allah dengan pahala setahun ibadah sunnah.  Tahukah kamu, Bahwa pahala sekali ucapan Subhanallah dalam satu riwayat disebutkan, "Akan ditanamkan satu pohon di syurga". 


Gambaran tentang pohon di syurga adalah dalam riwayat Muslim disebutkan "kita kelilingi dengan kuda tercepat selama 100 tahun, belum sampai ke tempat start tadi." Tarulah, seekor kuda tercepat sekarang ini bisa menempuh jarak 70 km/ jam. Karena menurut Guinnes World Record Bahwa, kuda tercepat berlari bisa mencapai 70, 76 km/ jam. Sekarang coba hitung, 70 (km/ jam) X 24 (jam) X 360 (hari) X 100 (tahun). Hemmmm, setelah dihitung ditemukan angka 60 juta, 480 ribu kilometer. Subhanallah, itupun kata Nabi saw., belum bisa mengelilingi seluruhnya. Ini pahala bacaan sekali ucapan Subhanallah yang Allah berikan kepada satu orang. Allahu Akbar! Pahala satu Subhanallah lebih besar dari luas benua Asia ditambah dengan benua Amerika. Benua Asia luasnya 44, 58 juta km, sedangkan luas benua Amerika adalah 10, 18 juta km. Luas keduanya baru mencapai 54, 76 juta km2. Sedangkan pahala satu ucapan Subhanallah mendapatkan sepohon gede yang langsung berbuah dengan 70 rasa, bukan cuman manis, asam, asin. Pohon dengan buah yang tidak pernah putus-putusnya seluas naungan 60, 47 juta kilometer persegi. Wow, Subhanallah. Allahu Akbar! 

Kebahagiaan terbesar lagi, bahwa orang bisa ucapkan satu Subhanallah itu adalah dengan perantaraan kamu. Betapa bahagianya hatimu memberikan pohon seluas itu kepada semua orang. Gratis! Itu baru Subhanallah, bagaimana kalau pahala sholat fardhu, puasa Ramadhan yang wajib, Haji dan umroh, apalagi ia mau dakwah ngajak orang lain lagi untuk dakwah. Maka akan terjadi silsilah bonus pahala dari hulu ke hilir, tanpa mengurangi pahala mereka. ALLAHU AKBAR! Hanya Allah sendiri yang tau kandungan pahalanya. Lahaula walaa quwwata illa billah. Hemmmm. Subhanallah.  Simpelkan sayang...? Yuk Dakwah! 
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).
Bersambung.....

Monday, June 25, 2018

5 Nasehat Agar Semangat sholat tetap terjaga (Seri Tips dan Motivasi) Bagian 2


By 
Mujiburrahman Al-Markazy

Manusia adalah makhluk yang paling unik. Jutaan, miliaran bahkan triliunan penelitian yang dilakukan sampai hari kiamat tidak akan pernah bisa mengungkapkan berbagai macam sisi kehidupan manusia. Manusia adalah miniatur alam. Dengan berkaca pada pola kehidupan manusia, kita bisa membaca keadaan alam. Apakah alam dalam kondisi baik atau buruk. Manusialah yang menjadi nahkoda dalam mengarahkan kemana arah alam ini akan berlabuh. Berlabuh kearah kebaikan atau berlabuh kearah yang dibiarkan menabrak karang dan luluh-lantah.


Manusia adalah makhluk yang sangat manja. Sebelum ia memijakan kakinya di bumi, semua fasilitas telah diberikan. Langit dengan lapisan udaranya, awan berarak-arakan menunggu komando Sang Ilahi menurunkan hujan kepada makhluk yang dibutuhkan. Laut diguyur, sawah diguyur, hewan-hewan diguyur, pepohonan, dedaunan semua diguyur. Untuk siapa...? Manusialah yang akan menikmati setiap nikmat Allah yang disebarkan.


Segala fasilitas disiapkan. Makanan laut, ikan dengan jutaan spesiesnya, cumi, kerang, rumput laut dan berbagai hamparan surgawi lainnya. Makanan darat mulai dari sayur-sayuran, bubuahbah-buahan, umbi-umbian, daging sapi, ayam, susu dan berbagai macam aset lainnya. Semua untuk manusia. Lantas Allah ciptakan kita untuk apa...? Allah menjawab dalam Al-Qur'an.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Setelah sekian banyak fasilitas yang Allah berikan kepada kita, manusia, tapi kita masih malas dalam ibadah terkhusus sholat. Maka ada beberapa tips dan nasehat, semoga bermanfaat untuk diri admin pribadi dan kepada semua khalayak.
Kami merangkumnya kedalam 5 tips dan nasehat agar semangat sholat tetap terjaga:

1. Tanamkan rasa malu kepada Allah.

Seorang bos yang baik akan menyediakan asrama kepada pekerjanya yang dianggap baik dan berprestasi. Semua disiapkan, Rumah dinas, asuransi kesehatan, kendaraan dinas, gaji bulanan, tunjangan jabatan dan lain lain.


Jika sang anak buah terbaik tadi melakukan kesalahan, maka akan ditegurnya seperti kesalahan yang fatal. Tapi bagaimana dengan Allah...? Ketika kamu bermaksiat, Dia diam, menunggu kamu kembali. Mata penuh dosa, lidah suka ingkar, janji kadang bahkan sering tidak ditepati, amanah, harta,waktu, diri sering dikhianati tujuan pemberiannya. Sudah selayaknya kita malu kepada Allah. Bos yang baik saja sudah sewajarnya menegur karyawannya yang salah. 


Malulah kita, jika Allah memberikan kita waktu 24 jam sehari. Setiap satu waktu sholat yang kita kerjakan paling cuman 5 - 10 menit, jika dikalikan dengan 5 kali shalat, baru 25- 50 menit. Semua fasilitas diberikan, nafas, udara, jantung, mata yang berkedip otomatis, tangan yang reflek menghalau nyamuk yang menggigit ketika tidur, semua Allah beri. Sedangkan kita, hanya untuk menunda nafsu kelalaian kita, menunda keinginan kita per 5- 10 menit saja berat. Lah, muka kita mau ditaruh dimana...? Masih bisakah wajah ganteng atau ayu ini berdiri tegak menikmati setiap hembusan nikmat yang berjumlah jutaan, trilyunan yang tidak pernah putus setiap saat...? Memang benar malu adalah cemeti terbaik untuk menghentakan jiwa tak tau diri.


Sebuah isyarat hadist menyebutkan, "Jika engkau tidak malu lagi, maka lakukanlah sesuka hatimu." "Malu adalah sebagian dari iman." Semoga kita masih memiliki sifat malu kepada yang menciptakan dan menjamin hidup kita, Allah.


2. Tau Tugas. 


Ketika seseorang sudah lama mencari pekerjaan. Lamar sana-sini belum juga diterima, katanya masih kurang inilah, itulah. Tes sana-sini masih juga belum lulus. Bingung mau kemana? Ketika sedang duduk termenung bersandar di tembok, kepala menunduk, kaki tertekuk. Lesu. Tiba-tiba ada seorang bos yang gagah mengatakan, "Hei, kamu!". Ketika kamu tengok, memang kamu yang dipanggil. "Iya pak!" Kamu hampiri dengan sigap. Dia ajak kamu ke ruangan VIPnya, dia bertanya, "Apakah kamu ingin kerja...?" 

"Iya pak." 
"Tenang, kerjamu mudah, cukup kamu datang bercerita kepada saya selama sejam setiap harinya. Kamu ceritakan semua yang kamu lakukan dalam sehari, mulai dari bangun tidur sampai kamu akan tidur lagi, plus kamu ceritakan hajat dan semua keinginan terpendam kamu. Kamu silahkan celoteh sesuka hati kamu, saya akan siap mendengar suara kamu, walaupun tidak merdu. Jika saya ingin, bisa jadi hajat-hajat terpendam kamu akan saya beri kejutan tanpa saya kabari. Hanya tugas cerita itu, saya akan gaji kamu 10 juta/ bulan. Apakah kamu bersedia...?" Tanya sang bos tanpa basa-basi. 

Hanya orang bodoh yang tidak mau menerima tawaran itu. Cuman bercerita sejam, dapat gaji 10 juta/bulan plus ada kejutan hadiah sewaktu-waktu. Jika itu adalah kamu, apa yang akan kamu lakukan, mungkin bukan sejam. Kemana bos pergipun kamu akan temani. Demikianlah sholat, ini adalah tugas besar, hanya datang absen, terus curhat dalam doa, silahkan curhatkan seluruh impian-impian terpendam kamu. Jika Dia inginkan, impian kamu akan diberi berupa surprise, kejutan yang tidak kamu duga.


Gaji kamu juga bukan dibayar oleh Allah bukan setiap bulan tapi setiap detik. Bukan nominal 10 juta, tapi seberapa mahalnya nyawa kamu. Seberapa sering kamu bernafas, seberapa mahalnya ginjal dan jantung kamu, seberapa mahalnya keluarga dan kerabat kamu, itu diberikan free, tak ternilai harganya. Bahkan Dia, Allah membuat deposito gaji setiap sholat kamu, bukan 10 juta setiap tatap muka. Tapi, melebihi seluruh harga 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, setiap tatap muka full gajinya, tanpa dipotong pajak. Deposito itu akan kamu ambil jika kamu akan mudik, pulang kampung. Semua fasilitas di kampung halaman kamu sudah dibangun fasilitas lux, mewah, lengkap dengan perabot, kendaraan tercanggih yang belum pernah ada, pelayan wanita dan sekuriti yang tidak berkhianat. Senantiasa memanjakan kamu setiap saat. Itu semua buat kamu. Untuk membayar ocehan mu 10 menit itu. Masih tidak tau akan tugas kamu...? Kamu itu karyawan yang harus kamu tau. Apa tugas kamu. 


Nabi saw sabdakan, "Shalat adalah Sebaik-baik perintah yang Allah berikan kepada hamba-Nya."


3. Tahu Diri


Budi sudah lama numpang tinggal di rumah pak joko. Setiap pekan pak Joko dan keluarga bahu-membahu membersihkan pekarangan, got, dan kebun. Pak Joko sudah menganggap Budi seperti anaknya sendiri. Pakaian dibelikan, makan disiapkan, bahkan Budi diberikan kendaraan roda empat kemana saja ia ingin pergi. Untuk kebutuhan tertentu kadang Budi diminta untuk belanja pesanan Bu Joko, tapi Budi selalu memberikan alasan, "Mohon maaf saya sibuk dengan urusan ku". Sudah sering seperti itu, bahkan dalam kerja bhakti mingguanpun Budi jarang aktif. Apakah sikap Budi termasuk...?

a. Tau diri
b. Tidak tau diri
c. Tidak tau

Kalau kita disodorkan pertanyaan seperti ini dengan gampang kita menjawab "b. Tidak tau diri." Tapi pernahkah kita berfikir tentang diri kita dihadapan Allah. Sudah tinggal di bumi Allah gratis, tarik nafas gratis, hembuskan nafas gratis, berkedip gratis, menengok ke kanan dengan mudah tanpa perlu ganti engsel gratis, diberikan otak bisa berkhayal dan berimajinasi gratis, dan masih banyak fasilitas gratis lainnya. Lantas kita disuruh oleh Allah untuk sholat masih buat alasan. Jadi kita sama dengan Budi yang ...? (Jawab sendiri).


4. Kurangi Dosa dan kelalaian


Kebanyakan melakukan dosa dan kelalaian akan membuat hati berkarat. 

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُوْنَ ﴿المطففين:١٤
"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka." (QS Al-Mutaffifin: 14). 

Disebutkan dalam hadits bahwa, "Hati itu bisa berkarat seperti berkaratnya besi bila terkena air. Para Sahabat lantas bertanya, "Apakah pembersihnya ya Rasulullah..."? Beliau sabdakan, "Perbanyak mengingat kematian dan perbanyak membaca Al-Qur'an." 

Riwayat yang lain pula menyebutkan, "Hati itu seperti cermin, ketika satu kebaikan kita buat maka akan memantulkan cahaya ma'rifatullah, tapi ketika hati bermaksiat maka akan tertanam satu noda hitam di hati. Jika bertaubat terhapus noda hitam atau karat hati itu. Tapi jika bertambah lagi dosa semakin bertambah titik noda hitam di hati sehingga hati menjadi hitam legam. Sehingga hati tidak bisa merasakan dosa, dan semakin malas dalam beribadah". Ini mafhum hadist bukan terjemahan leterlek. 

Kita lihat pula bagaimana para sahabat Nabi bisa terpukul mundur, kalah pada perang Uhud. Ketika itu, mereka bersama Nabi saw. Sudah menjadi ketetapan Allah apabila ada aturan-Nya yang dilanggar maka walaupun si pelanggar itu bersama wali atau Nabi sekalipun tetap pertolongan-Nya akan ditarik. 

Demikianlah dengan sholat. Lahula walaa quwwata illa billah. Untuk mentaati Allah dibutuhkan pertolongan-Nya. Sedangkan, sholat adalah perintah terbesar setelah Iman. Jika ingin ditolong oleh Allah dalam menjaga sholat maka jauhi maksiat, kurangi kelalaian. 
5. Bergaul dengan orang Sholeh

Tips dan nasehat untuk menjaga stamina dalam mengamalkan sholat secara istiqomah adalah dengan bergaul dengan orang sholeh. Pernahkah kamu melihat seekor kuda liar...? Mungkin jarang. Tapi, pernahkah kamu melihat sapi liar...? 

Cara untuk menjinakkan sapi liar adalah diumpan dengan menggunakan sapi yang jinak. Sapi jinak diikat di rerumputan, biarkan. Tidak lama nanti, sapi liar akan datang makan berdekatan, merumput bersama. Sapi jinak ditarik, tidak lama nanti sapi liar akan ikut. Lama-kelamaan seperti itu. Sapi liar akan berubah menjadi sapi jinak.

Penulis tidak mau menyama-nyamakan antara kamu dan sapi. Ups, maaf, hehehe... Bukan ini sekedar perumpamaan. Jika sapi liar saja bisa ditundukkan dengan menggunakan sapi jinak. Yah, pengaruh pergaulan sesuatu itu bisa berubah. Hewan yang tidak memiliki akalpun bisa berubah, apalagi manusia yang sempurna dan cerdas.

Caranya adalah cintailah orang sholeh walaupun kita belum sempurna kesolehan seperti mereka. Bencilah perbuatan dosa walaupun terkadang kita masih sering terpeleset kearahnya. Tidak ada orang yang mencintai terpeleset. Apalagi cedera akibat terpeleset. Sudahlah, lupakan masa lalu, bergaulah dengan para muttaqien sehingga kita bisa 'teresonansi' dengan menyaksikan dan tertular 'virus' kebaikan mereka. Jika kita telah terkena getah ketakwaan orang sholeh, maka semua amal shaleh akan nempel dalam kehidupan kita. Nempel, tidak mau pergi.
Wallahu alam bisshawab

Sunday, June 24, 2018

Menjadi Kekasih Allah (Seri Tasawuf Modern) Bagian 1


By
Mujiburrahman Al-Markazy


Setiap sesuatu ada kadarnya, begitupun Allah menciptakan miliaran, triliunan bahkan hanya Allah sendirilah yang mengetahui tentang kadar jumlah ciptaan-ciptaan-Nya. Ada yang Allah ciptakan sekilas sederhana tapi setelah di telusuri memiliki jutaan keunikan tersendiri dari ciptaan-Nya yang lain.

Manusia adalah makhluk Allah swt yang paling unik. Esensi manusia telah banyak diteliti oleh para ilmuwan, berdasarkan disiplin ilmu masing-masing. Ada sisi jasmani, kejiwaan, perangai, sosial, pendidikan, kesehatan, spiritual dan sebagainya. Dari kurang lebih 7 miliar manusia, setiap individu memiliki keunikan tersendiri. Inilah hebatnya Allah swt.


Dari kalangan hamba Allah ada yang beriman dan ada pula yang kafir kepada Allah.

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
"Sesungguhnya telah kami berikan kepada (manusia)  jalan hidayah, sebagian ada yang beriman sebagian lagi ada yang kufur." (QS Al-Insan: 3)
Demikianlah manusia ada yang beriman, adapula yang kafir. Disini kita akan membicarakan tentang level-level keimanan, dari level beriman naik menjadi level orang yang dikasihi dan dicintai oleh Allah swt. 

Tiada keindahan yang melebihi kenikmatan seseorang itu menjadi "orang Allah", senantiasa dicintai dan dibimbing oleh Allah. Bagi orang ini hidup begitu indah karena senantiasa mendapatkan siraman cinta dan "romantisme" kehidupan dari Allah swt. Baginya kaya-miskin, susah-senang, menjabat atau sebagai rakyat baginya sama saja. Semua indah.

Orang seperti inilah yang Allah swt ceritakan dalam Al-Qur'an: 



مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S an-Nahl: 97).
Inilah kehidupan seorang kekasih Allah, selalu baik dalam setiap keadaan. Baginya dunia ini hanyalah hamparan lautan cinta dari Allah baginya, susahnya adalah senang dan senangnya adalah kebahagiaan. Secara zahir orang menganggap ia susah dalam perspektif "duniawi", kelihatan seperti susah, padahal senang. Baginya dunia bukan suatu beban. Bahkan kehidupannya senantiasa merasa diarahkan oleh Allah swt. 
Sebuah syair berbunyi, " Oh Ilahi, dunia ini adalah taman milik-Mu."


"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS Al-Baqarah: 164)

Kehidupan yang nyatanya adalah misteri , dan misterinya adalah kenyataan. Dunia dan segala isinya membutuhkan bimbingan dari Allah Azzawajallah. Tengoklah seekor burung pipit kecil, pernahkah dia ikut studi tentang bagaimana mendesain sangkar untuk rumahnya. Tidak, semua atas bimbingan pemilik taman raya, semesta ini.

Hemmmm, Yang menjadi pertanyaan bagaimanakah langkah untuk menjadi kekasih Allah agar senantiasa hidup dalam bimbingan hidayah dari-Nya...???
Ini pertanyaan yang susah-susah-gampang, kenapa...??? Karena untuk menjadi sesuatu yang diinginkan, mesti mengetahui ciri-ciri atau kriteria sesuatu yang diinginkan itu.  

Sebenarnya dengan mengetahui ciri-ciri dari seorang kekasih Allah, maka seseorang itu tinggal berusaha menyempurnakan kriteria untuk menjadi "sang kekasih".

1. Beriman Dengan Standar Iman yang Kokoh


Bagaimana standar iman yang dimaksud...???
ini adalah kriteria dari Allah langsung, yakni beriman kepada Allah Azzawajallah, sesuai dengan contoh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya r.hum.


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُون 13
"Apabila dikatakan kepada mereka: `Berimanlah kamu sebagaimana imannya manusia. Mereka menjawab:` Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman? `Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu." (QS Al-Baqarah:13)

Dalam tafsir Jalalayn Imam Suyuthi rah.a mengatakan maksud imannya manusia adalah imannya Nabi dan para sahabatnya. 
Iman yang senantiasa diusahakan setiap waktu dan keadaan. Bagaimana cara meningkatkan iman...???
Sebuah ungkapan dari seorang ulama mazhab hambali, yakni Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdasi rahimahullah berkata,
الإيمان قول وعمل والإيمان قول باللسان وعمل بالأركان، وعقد بالجنان، يزيد بالطاعة وينقص بالعصيان

“Iman adalah ucapan dan amalan, iman mencakup ucapan lisan, amalan anggota tubuh dan keyakinan hati, bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.” [Lum’atul I’tiqod, hal. 26]
Jadi setiap perkataan dan perbuatan yang mengarah kepada ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan untuk meningkatkan iman. Yang paling afdhal adalah mendakwakan kalimat Laailahaillallah, sesuai dengan isyarat Rasulullah saw,

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

“Iman itu memiliki 70 lebih atau 60 lebih bagiannya, yang paling afdhal adalah ucapan ‘laa ilaaha illallah’ dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan rasa malu adalah bagian dari keimanan.”[HR. Al-Bukhari dan Muslim, dan lafaz ini milik Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu
Seluruh kehidupan Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya adalah gambaran bagaimana memperjuangkan iman, menjaga dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kecintaan Kepada Allah dan Rasul-Nya
Yah cinta. Tanpa cinta hidup ini monoton, pasif tanpa pergerakan berarti. Disetiap kesibukan seseorang sadar atau tidak itu dialiri dengan irama cinta. Jika seseorang tidak cinta kepada Allah dan Rasul-Nya bagaimana bisa ia akan menjadi kekasih Allah...???
Dengan cinta apapun bisa dikorbankan. Demi cinta. Itulah uniknya cinta.
Bagaimana wujud cinta kepada Allah...??? Lihatlah kehidupan Sang Khalilullah Ibrahim as. Ia telah membuktikan cinta yang tulus kepada Allah. Kisah cinta dan pengorbanan Sang Khalilullah diabadikan dalam Al-Qur'an Surat Asshaf : 99-113

{وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (99) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (108) سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111) وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (112) وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ (113) }

"Dan Ibrahim berkata, "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),(nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, "sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (yaitu).”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq . Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada(pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata."

Bagaimana Sang Khalilullah sebelumnya mendambakan seorang anak yang telah lama dinanti, setelah terlahir, sang buah hati bersama istri tercintanya harus ditinggalkan di padang pasir nan tandus, tanpa bekal yang mencukupi selama kurang lebih 13 tahun. Setelah tugas dakwah yang diemban terlaksana, maksud hati ingin menengok dan memanjakan sang buah hati, tapi perintah Allah lain. Sang buah hati harus di sembelih. Inilah ujian antara kecintaan kepada "makhluk" sang buah hati dengan kecintaan kepada Allah pemilik seluruh makhluk. Nabi Ibrahim as, berhasil melewati dilematika perasaannya dan menjunjung tinggi perintah Allah. 

وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
"Dan sesungguhnya mengingat Allah itu sangat besar (pahala  dan derajatnya)." (QS Al Ankabut :45).

Sang Khalilullah telah berhasil menyempurnakan dan membuktikan cintanya yang begitu hebat kepada Allah swt. Sehingga kehidupannya diceritakan dalam Al-Qur'an agar kita bisa mengambil pelajaran, bagaimana seharusnya menempatkan Allah diatas obsesi dan perasaan kita.

3. Mengamalkan Sunnah 


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Alu Imron: 31).
Sudah menjadi kodrat bagi para pencinta agar saling mengorbankan egoisme demi mencapai keutuhan cinta. Begitupun seseorang yang mengaku mencintai Allah tetapi "egoismenya" tidak mau ditundukkan demi meraih cinta Allah swt. 

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih menurut Imam Nawawi. Namun penshahihan hadits ini tidak tepat menurut Ibnu Rajab).

Bukti iman atas laailaha illallah mengaplikasikan jati diri sebagai ummat dari Muhammadurrasulullah. Allah telah buat standarisasi kehidupan, agar hidup kita dicintai dan dikasihi oleh Allah nggak usah banyak omel, cintai, ikuti, dan perjuangkan sunnah Rasulullah saw. فَاتَّبِعُونِي (mengikuti aku Rasul-Nya dalam berkehidupan maupun matimu). 
Bahkan ada riwayat yang menceritakan tentang, ketika Rasulullah saw berada di Sidratul Muntaha, di langit ke tujuh, menuju Allah pada malam Isra wal mi'raj. Rasulullah saw hendak melepaskan sendalnya "dicegat" oleh Allah untuk tetap dipakai. Nabi kita Muhammad saw, memahami etika dan adab ketika berjumpa dengan Allah swt. Beliau saw melepaskan sendalnya sebagaimana Musa as melepaskan sendalnya di bukit Thuwa. 

ا أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَى (11) إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (12) وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى (13) إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي (14) إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى (15) فَلا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَتَرْدَى (16) }

Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil, "Hai Musa, sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Tuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa.” (QS: Thaha: 11-16) 

Allah Swt memperlakukan sang Habibullah jelas berbeda dengan Sang Kalimullah. Maka mencontoh kehidupan baginda Rasulullah saw adalah suatu keharusan jika ingin dicintai Allah dan sebagai prasyarat jika kita mengaku mencintai Allah. Ikuti perikehidupan suci sang baginda Nabi.

4. Berakhlak Mulia. 

Tidak ada seorangpun yang dicintai dan dikasihi oleh Allah kecuali mereka memiliki akhlak yang agung. Allah sendiri yang menggelari akhlak Nabi saw dengan akhlak yang Adzim padahal lafaz Adzim adalah salah satu sifat Allah. Bayangkan Allah sendiri menggelari akhlak mulia Nabi dengan menggunakan sifat-Nya sendiri. 

"Dan sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang agung/ Adzim." (QS Al-Qalam : 4)

Pujian kepada akhlak Nabi saw, bukan hanya datang dari orang-orang yang mencintainya tapi datang pula dari orang yang memusuhi Nabi karim. Ketika terjadi futuh al-makkah, menaklukan, pembukaan kota Makkah banyak orang yang mengira akan dibunuh dan dibasmi oleh kaum muslimin. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah menzalimi kaum muslimin maka wajar kalau mereka juga diusir, diintimidasi, disiksa bahkan dijadikan budak. Padahal Rasulullah saw bisa melakukan hal itu karena kaum muslimin telah bangkit dengan jumlah dan perlengkapan yang tidak tanggung-tanggung. Ini terlihat dengan jelas dari pengumuman Rasulullah saw, "Yang memasuki Rumah Abu Sofyan, selamat. Yang memasuki Ka'bah, selamat. Yang menutup pintu rumahnya, selamat. Yang tidak membawa senjata tajam, selamat." Makkah dimasuki dan dikuasai secara damai. Setelah Makkah tergabung dengan Madinah, orang-orang yang masih kafir tetap mendapatkan perlakuan khusus selama mereka tidak melanggar hukum. Kedudukannya sama. Padahal belum lama dizalimi. Itulah indahnya Islam.

Maka berfikirlah jika ingin menjadi orang yang Allah Kasihi jika masih memiliki akhlak yang amburadul. Akhlak yang agung adalah memaafkan dosa dan salah yang orang lain lakukan pada diri kita, bahkan mendoakan agar Allah mengampuninya dan memberikan jalan petunjuk, hidayah.