Follower

Monday, March 23, 2020

LOCKDOWN CINTA MU



Oleh: Mujiburrhaman Al-Markazy

Menurut kamus Cambridge lockdown adalah situasi dimana orang tidak bisa masuk atau keluar dari suatu tempat, area, atau bangunan tertentu disebabkan oleh suatu kejadian atau keadaan darurat. Mengenai lockdown yang penyebabnya adalah virus Covid-19, itu bukan ranah penulis. He he. Alhamdulillah atau astaghfirullah penulis mau ucapkan untuk negara Indonesia ini, yang belum memberlakukan lockdown.

Di satu sisi bisa Alhamdulillah karena masyarakat masih bisa mencari nafkah seperti biasa dan masih bisa melaksanakan sholat berjamaah di masjid atau lainnya. Ini tergantung lokasi dan tingkat penularan si covid-19 itu. Mengenai menjaga kebersihan diri dan ketahanan tubuh nanti akan dibahas dalam pembahasan khusus yang lebih apik. Insya Allah.

Di sisi yang lain, jika tidak diberlakukan lockdown, sedangkan masih mengkhawatirkan terhadap penularan si covid-19 itu, yah kita sebagai bangsa harus perbanyak istighfar dan taubat. Semoga Allah lindungi bangsa Indonesia dan negeri kaum muslimin pada umumnya. Aammiin.

Kali ini alfaqir mau membahas tentang lockdown cinta. Iya. Dalam menjalankan kehidupan berumah tangga, terkadang tanpa disadari virus-virus tertentu bisa memberikan keretakan dan kerusakan pada tatanan sebuah keluarga. Tanpa disadari virus-virus itu menjangkiti begitu saja tanpa ampun. Begitu sebuah hubungan mendekati sekarat barulah dianggap sebagai sesuatu yang penting. Seperti Covid-19 yang memiliki masa inkubasi di dalam tubuh. Begitupun virus merah jambu memiliki masa inkubasi. Jika si pemilik badan tidak memahami tanda masuknya virus, maka alamat, cintanya akan terancam. Wow. Tulisan ini setidak-tidaknya untuk meringankan urat syaraf. He he. Agar tidak memandang sesuatu dari sisi kiri tapi sisi yang lain terlupakan.

Sebelum melakukan lockdown cinta. Cieh, so sweet. Terlebih dahulu perlu diketahui, apa sih virus yang bisa memporak-porandakan sebuah ikatan keluarga.

1. Virus SMS

SMS (short Massage Service) atau layanan pesan singkat, bukan SMS ini yang  dimaksudkan. Namun SMS (Selangkah Menuju Selingkuh). Yah. Alfaqir memilih kata selingkuh dalam menempatkan virus sebuah rumah tangga. Ingat, selingkuh bukan poligami. Untuk memahami poligami dan sepak terjangnya. Silahkan baca tulisan kami tentang, "Poligami Antara Ilmu dan Kemauan."

https://mujibal.blogspot.com/2018/11/poligami-antara-ilmu-dan-kemauan.html?m=1

Apa sih perbedaan poligami dan selingkuh. Poligami adalah upaya legal yang diperbolehkan oleh syariat dengan kriteria tertentu. Sedangkan selingkuh adalah suatu keadaan yang membuat seorang suami atau istri melakukan hal-hal dalam mencari kebahagiaan di luar jalur legal pernikahan.

Poligami hukumnya Sunnah dengan kriteria yang telah digariskan sedangkan selingkuh hukumnya mutlak haram. Di sini alfaqir tidak bermaksud menjelaskan kedudukan hukum tapi menjelaskan sudut perbedaan antara dua hal tersebut, yang sering disalahartikan. Kalau ada yang membenci selingkuh, maka itu adalah tanda keimanan. Sedangkan kalau ada orang yang membenci poligami, itu adalah tanda kurang iman alias bisa membawa kepada kekafiran.

Virus SMS bisa menjangkiti seorang suami atau istri apabila membuka peluang untuk itu. Di zaman sosial media, internet dan berbagai macam aplikasi bukan hanya memudahkan akses informasi tapi juga membuka akses tindakan haram tersebut. Ketika seorang suami atau istri membuka peluang dalam artian membalas chat, buat janjian dan seterusnya, dari lelaki atau wanita ajnabi, maka peluang syaitan untuk menghancurkan tatanan yang suci tersebut.

Orang yang sudah terpapar virus ini, dia akan asyik-masyuk tanpa memperdulikan nasehat orang lain. Benarlah kata orang bijak, bahwa tiga manusia yang tidak mau menerima nasehat adalah, orang yang kecanduan, orang yang fanatik buta, dan orang yang sedang jatuh cinta. Cinta polesan dari virus SMS senantiasa menjanjikan sesuatu yang indah, tapi tidak pernah terwujud.

Ketika seorang telah terpapar virus SMS maka ia akan terkena sebuah kutukan, yakni ia akan kehilangan hakikat romantisme dalam ikatan pernikahan.  Ini adalah bagian dari janji Iblis laknatullah'alaihi dan tentaranya untuk menghancurkan tatanan masyarakat dengan membuat semakin banyak perceraian dan perselisihan di kalangan umat.

فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَزَوْجِهِۦ ۚ
"Mereka mempelajari dari keduanya (tentang sihir) apa yang bisa menceraikan antara seorang suami dan istrinya." (QS. Al-Baqarah: 102)

Jika perceraian terjadi, dosa semakin banyak. Misalnya, tanpa disadari talak telah dijatuhkan tetapi masih berhubungan intim. Jika talak terjadi, maka pembinaan dan pendidikan anak jadi berkurang kwalitasnya dan keburukan-keburukan lainnya akan menimpa umat.

Untuk menangani kasus SMS, yah lockdown aja. Lockdown hati, agar tidak ada keinginan bermaksiat. Lockdown Syaitan dari segala pujian dan bisikan. Lockdown semua perangkat yang bisa membuat langkah-langkah syaitan semakin mudah.

لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
"Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Dan barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka ia akan menyuruh kepada perbuatan keji dan kemungkaran." (QS. An Nur: 21)

Selain kita lockdown segala pintu trik dan tipuan syaitan, kita perbanyak minta kepada Allah SWT. Agar menjaga dan melindungi ketahanan keluarga sendiri dan kaum muslimin. Dikarenakan, Allah sendiri melanjutkan dalam ayat yang sama.

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Sekiranya, kalaulah bukan karena fadhilah dan rahmat dari Allah untuk mu sekalian, maka tidak seorangpun yang dapat bersih dari perbuatan keji dan mungkar itu. Akan tetapi Allah SWT, mentazkiah (mensucikan) siapa yang Dia kehendaki. Dan bahwasanya, Allah itu, Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

2. Virus Kufur

Secara bahasa, kufur bermakna, menutup (to cover). Menutup hati untuk menerima keimanan kepada Allah dan rasul-Nya. Ataupun menutup hati dari segala kebaikan yang Allah datangkan.

Kufur yang menjadi virus dalam rumah tangga adalah, kufur terhadap Allah, lemah iman sehingga condong kepada dosa, tidak mensyukuri atau berterimakasih kepada kebaikan suami bagi seorang istri. Atau tidak mensyukuri kebaikan istri bagi sang suami.

Kufur dapat membuka peluang bagi pihak ketiga. Syaitan dan teamnya. Kufur menjadikan harmonisasi dan romantisme dalam ikatan pernikahan jadi hilang. Kufur, kebaikan sebesar apapun jadi tidak nampak, apalagi kebaikan yang kelihatan remeh.

Sebaliknya, syukur membuka peluang Rahmat Allah SWT bercurah. Menciptakan romantisme ikatan pernikahan dan membuat pasangan semakin bahagia. Syukur akan menampakkan kebaikan yang kecil bernilai besar, dan menjadikan kebaikan besar bertambah dan membuncah. Syukur is the power of happiness. Syukur adalah intisari dari sebuah kebahagiaan. Tanpa syukur bahagia akan jauh, dengan syukur bahagia akan merengkuh. Syukur is a magic.

Sedangkan kufur akarnya adalah kekafiran. Ketika seseorang tidak berterima kasih kepada manusia, hakikatnya ia belum bersyukur kepada Allah.
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Dengan sanad yang shahih).

Lockdown hati dari mengeluh, lihatlah sisi positif. Bersyukur dalam setiap keadaan. Fokuslah kepada sisi kebaikan, maka kelapangan dan keluasan rezeki akan Allah limpahkan.

3. Virus Wahn

Jika rumah tangga didasarkan pada keduniaan, maka kerapuhan yang akan terjadi. Pondasi keluarga hendaknya dibangun di atas pondasi ketakwaan, jika tidak, batin akan tersiksa dengan apa yang Allah berikan kepada orang lain.

Cinta dunia yang berlebihan membuat manusia menghalalkan segala cara. Cinta dunia berasal dari hebatnya kebesaran makhluk yang bercokol. Dengan cinta kepada dunia, maka musuh akan semakin berani untuk memporak-porandakan kehidupan kaum muslimin. Membuat kaum muslimin semakin panik dan lemah.

“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Penyakit cinta dunia dan takut mati adalah virus yang membuat manusia saling mendengki. Musuh (syaitan) semakin leluasa menghancurkan kaum muslimin dan keluarganya jika virus ini yang menghinggapi. Dari virus Al-Wahn ia bermutasi menjadi, korupsi, menzalimi, berambisi dan melakukan segala cara. Termasuk rusaknya rumah tangga disebabkan oleh virus ini. Si istri menyuruh suaminya korupsi. Atau suami mencari kebahagiaan lain diluar yang disyariatkan.

Namun, jika keluarga dibangun pada pokok ketakwaan. Allah sendiri penjaganya.

أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. At Taubah: 109).

Prof. Dr. Quraish Shihab, dalam tafsirnya beliau menulis. "Akidah dan perbuatan orang-orang yang berdiri di atas landasan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah demi mencari keridaan-Nya, tidaklah sama dengan orang yang mendirikannya atas dasar kemunafikan dan kekufuran. Karena, sesungguhnya, pekerjaan orang yang bertakwa adalah lurus dan kuat di atas dasar yang kokoh, sedangkan pekerjaan orang-orang munafik bagaikan bangunan di tepi jurang yang hampir runtuh. Ia lemah dan akan roboh bersama pemiliknya ke dalam neraka jahanam. Allah tidak akan memberi petunjuk ke jalan yang benar kepada orang-orang yang bersikeras menzalimi dirinya sendiri dengan kekufuran."

Seperti itupun sebuah keluarga jika dibangun pada pondasi ketakwaan, maka ia akan berdiri teguh di atas pokoknya. Tetapi sebaliknya, sebuah rumah tangga yang dibangun pada pondasi kemunafikan dan kekufuran akan semakin lemah dan akan roboh bersama pemiliknya ke dalam jurang kenistaan di dunia dan azab yang abadi di akhirat. Nauzubillah. Semoga Allah jaga keluarga kita dan semua keluarga kaum muslimin. Aammiin

Friday, March 20, 2020

UMAR BIN KHATTAB RA. MELARANG JUMATAN II


Oleh: Mujiburrhaman Al-Markazy

Tulisan ini adalah kelanjutan dari pembahasan kemarin tentang, "Antara Corona, Jumatan dan Umar bin Khattab".

Waktu itu, 16 tahun sesudah hijrah, sekira 640 Masehi. Di negeri Syam, Damaskus dan sekitarnya sekarang, telah mengalami krisis akibat wabah tho'un yang merebak. Ketika itu, Umar Ibnul Khattab ra. memimpin delegasi jihad dan beberapa tokoh utama untuk menengok kaum muslimin di perbatasan Syam. Kal itu Syam gubernur nya adalah seorang sahabat terkemuka, sang aaminul Ummah, sang kepercayaan umat. Dia pula termasuk orang yang dijanjikan akan masuk surga walaupun ia masih hidup di dunia. Namanya adalah Abu Ubaidah bin Jarrah ra.

Ketika sayyidina Umar ra. dan rombongan tiba di ujung daerah Tabuk, hampir memasuki daerah Syam di Yordania saat ini. Ia dijumpai oleh para tokoh negeri Syam, sembari menceritakan kabar duka dari Negeri Syam.

Mendengar hal tersebut. Sayyidina Umar ra. pun melakukan musyawarah sebagai mana biasa kebiasaan kaum muslimin era itu. Berbagai pendapat muncul. Ada yang menghendaki agar tetap masuk. Makhluk wabah tho'un itu tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin Allah. Sementara yang lain berpendapat untuk tidak masuk, agar tidak semakin banyak korban.

Terjadilah silang pendapat yang tajam. Umar ra, sang pemberani itu, dan ditakuti oleh syaitan dan jin. Ia berpendapat untuk menghindari resiko penularan yang lebih luas lagi. Umar bin Khattab ra, dikritik oleh gubernurnya sendiri, "Apakah engkau akan lari dari takdir ya Umar?" Umar kaget dengan protesnya sahabat nabi yang mulia itu, tapi secara pangkat dan jabatan, ia hanyalah seorang Gubernur, yang notabene adalah bawahannya.

Ada satu  mutiara penting tentang potongan kisah ini, bahwasanya para sahabat ra. mereka tidak tanggung-tanggung untuk mengingatkan apa yang mereka anggap salah walaupun itu jenderal atau presidennya sekalipun.

Ini dua ijtihad berbeda. Jadi bukanlah suatu kesalahan. Dasar ijtihadnya Sayyidina Abu Ubaidah ra, sudah kita bahas sebelumnya. Jadi, tidak perlu lagi diulangi di sini. Sedangkan Sayyidina Umar ra, melihat kacamata takdir dari dalil,

مَا قَطَعْتُم مِّن لِّينَةٍ أَوْ تَرَكْتُمُوهَا قَآئِمَةً عَلَىٰٓ أُصُولِهَا فَبِإِذْنِ ٱللَّهِ 
"Apa saja yang kamu tebang atau kamu biarkan tegak pada pokoknya, semua itu terjadi atas izin Allah." (QS. Al-Hasyr: 5).

Ayat tersebut mengisyaratkan hal itu. Bahwasanya, apapun pilihan dan tindakan kita, tidak akan bisa lari dari takdir Allah.

Dengan kagetnya sang al-Faruq ra, berujar,
لَوْ غَيْرُكَ -يَا أَبَا عُبْيَدَةَ- قَالَهَا! نَعَمْ، فِرَارًا مِنْ قَدَرِ اللَّهِ إِلَى قَدَرِ اللَّهِ

“Seandainya bukan dirimu yang mengatakannya wahai Abu Ubaidah! Benar, aku lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.” (HR. Muttafaqun ‘alaih atau Bukhari-Muslim).

Sayyidina Umar ra, kaget. Kok seakan ia dianggap tidak beriman. Namun, Masya Allah, dengan kedalaman ilmu dan hikmah Umar ra, telah menjadikan kisah ini sebagai mutiara sepanjang zaman.

Dalam perbincangan panjang itu, muncullah Sayyidina Abdurrahman bin Auf ra. Ia mengatakan, "Mengenai hal ini aku mengetahui satu ilmu dari Rasulullah Saw, bahwasanya;

إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ

“Jika kalian mendengar suatu negeri dilanda wabah, maka jangan kalian memasukinya. Jika wabah itu terjadi di negeri yang kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar darinya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

Mendengar hal itu, Sayyidina Umar ra, merasa mantap dan tenang dengan ijtihadnya. Ia sembari memuji Allah, "Segala puji bagi Allah yang tetap memelihara firsat ku sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw." Kemudian ia bersama rombongan kembali ke pusat pemerintahan, Madinatul Munawwarah. Sedangkan Sang gubernur Syam, pun kembali memasuki daerah kepemimpinannya. Selain tugas, ia memang berijtihad demikian. Alhasil, memang beliau ditakdirkan sebagai seorang syuhada disebabkan oleh virus tho'un tersebut.

Kayaknya masih belum sesuai judul yah? Sabar yah netizen yang terhormat. Ini poinnya yang kita akan kupas.

Bercermin dari kisah perjalanan Sayyidina Umar dan Sayyidina Abu Ubaidah r.hum tersebut. Kita memahami bahwa.

1. Seharusnya orang yang yang belum berada di daerah wabah virus, tidak masuk ke daerah tersebut.

2. Orang yang sudah berada di daerah wabah virus, jangan keluar.

Perlu digarisbawahi, bahwa, tidak ada satu kebijakan pun baik dari Sayyidina Abu Ubaidah dan Sayyidina Umar ra, untuk melarang orang melakukan sholat berjamaah dan Jumat di masjid. Terus? Yang ada hanyalah jangan masuk daerah wabah. Seumpama Indonesia itu daerah wabah atau China. Yah jangan masuk. Bagi orang yang diluar daerah itu, sebagai perumpamaan, yang tidak termasuk daerah wabah virus, maka jangan masuk di dua daerah itu. Yang jadi pertanyaan. Sekarang hampir seluruh dunia, mungkin Israel dan Amerika atau beberapa negara lain, belum termasuk daerah yang terjangkiti virus.

Seumpama Indonesia termasuk daerah virus. Maka apa kita harus keluar dari Indonesia? Ini bertentangan dengan kedua kaidah di atas. Sebagaimana Abu Ubaidah ra, yang tinggal dan bertugas di daerah virus tidak mengeluarkan statement untuk melarang Sholat berjamaah di masjid dan jumatan. Lalu, kita yang tinggal di daerah virus, -umpamanya,- harus tidak sholat berjamaah dan Jum'atan?

Seandainya kita tidak sholat berjamaah dan Jum'atan, tapi kita masih berbelanja di pasar dan menggunakan uang kertas yang bisa saja si covid-19 akan nongkrong di situ selama 4 jam. Kalau ada seorang ibu yang belanja di supermarket yang perputaran uang dan pembelinya begitu banyak, bukankah itu daerah penularan yang sangat banyak?

Begitupun, Al-Faqir mau sampaikan, bahwa, seperti Sayyidina Abu Ubaidah ra, sang gubernur Syam. Sayyidina Umar bin Khattab ra, pun tidak mengeluarkan kebijakan untuk melarang orang yang tinggal di daerah yang tidak kena wabah virus untuk tidak sholat berjamaah dan Jum'atan.

Ada lagi statement yang menggelikan. "Oh, di zaman itu, kalau orang kena virus tho'un, badannya kelihatan seperti baros, atau bernanah. Sedangkan covid-19 tidak kelihatan sedangkan masa inkubasi virus itu 14 hari baru nampak gejala."
Halo. Bosku, apakah ada orang yang mempelajari masa inkubasi virus pada zaman itu? Bisa jadi masa inkubasi virusnya sama. Jadi, kalau memang sejak awal malas sholat berjamaah, dan kadang suka absen jumatan. Yo, wes-lah. Monggo. Memang tanpa virus pun tidak dianggap sebagai suatu yang penting untuk sholat berjamaah. Jadi, dengan adanya virus ini, semakin memperkuat hobi kah? Hehe. Jangan dibawa serius. Mohon maaf yah, kalau al-faqir ada salah kata. Kita tutup diskusi dengan kalimat,
الحمد لله رب العالمين و صل الله على حبيبنا محمد و سلم تسليم اكثيرا


ANTARA CORONA, JUM'ATAN DAN UMAR BIN KHATTAB


Oleh: Mujiburrhaman Al-Markazy

Setelah fatwa MUI dikeluarkan tanggal 16 Maret 2020 seperti dilansir liputan6.com 19/3, tentang permasalahan sholat berjamaah, Jum'atan dan perkumpulan agama mulai ramai diperbincangkan. Sebenarnya perbincangan tentang itu sudah berjalan, tapi semakin hangat setelah fatwa tersebut dikeluarkan.

Perlu dipahami bahwa, fatwa tersebut tentunya didasarkan pada kaidah maslahah dan mudharat. Sehingga, hukum fikih yang ditimbulkannya juga beragam. Dalam fatwa tersebut MUI membagi konsekuensi hukum berdasarkan konsekuensi mudharat. Tentu mudharat yang dimaksud adalah penularan virus covid-19.

Ada 3 level hukum yang digariskan oleh MUI yang terkait dengan sholat berjamaah, Jumat dan perkumpulan agama. *3 level arahan atau panduan.* Kalimat ini perlu dipahami, karena sampai sekarang belum ada fatwa MUI yang dikeluarkan untuk mengharamkan sholat berjamaah, sholat Jumat dan perkumpulan agama.

Fatwa yang disampaikan kepada masyarakat hanyalah berupa rekomendasi untuk masyarakat dan pemerintah dalam menyikapi wabah dimaksud. 3 level arahan tersebut berdasarkan; *Potensi penularan rendah, tinggi dan tidak terkendali.* Tentunya yang bisa melaporkan bahwa suatu negeri atau daerah tertentu berdasarkan level dimaksud, haruslah dari perwakilan tenaga medis yang langsung menangani kasus masalah wabah covid-19 dimaksud.

Tidak semua dokter secara pribadi langsung mengumumkan tanpa ia terlibat dan tidak resmi dari perwakilan dokter yang menangani masalah covid-19 itu. Apalagi yang mengumumkan atau memperdebatkan hal itu adalah masyarakat awam. Maka jauh lebih tidak berdasar lagi.

Hal ini, sengaja Al-Faqir illallah angkat, karena sudah jadi endemik baru tentang kesehatan sosial masyarakat. Terlalu sibuk memperdebatkan hingga saling menjatuhkan. Padahal, sama dipahami bahwa, wabah ini hakikatnya datang dari Allah untuk menguji orang yang beriman dan sekaligus azab bagi para penentang agama Allah. Tidak perlu berbelit-belit, langsung saja pada topik diskusi.

1. Pada potensi penularan rendah covid-19. MUI menganjurkan bahwa ia tetap wajib melaksanakan seluruh kewajiban (termasuk sholat berjamaah, Jum'atan dan perkumpulan agama) sebagaimana biasanya. Hanya saja, dalam fatwa tersebut, penekanannya pada menghindari kontak fisik langsung, seperti berjabat tangan. Dan harus menjaga sajadah sendiri.

2. Potensi penularan tinggi atau sangat tinggi. Maka, MUI menganjurkan, ia boleh tidak melakukan sholat berjamaah dan Jumat.

Perlu dipahami, fatwanya adalah BOLEH, BUKAN HARAM untuk sholat berjamaah dan Jumat. Jadi, tidak usah sewot kalau ada yang tetap Jum'atan dan sholat berjamaah.

3. Pada daerah yang potensi penularannya tak terkendali dan mengancam jiwa. Maka, ummat Islam tidak boleh melakukan Sholat Jumat, tapi diganti dengan melakukan sholat Zuhur di tempat kediaman, dan  sholat berjamaah, tapi dilaksanakan sholat di tempat kediaman, sampai wabah reda seperti sedia kala.

3 Poin ini sebenarnya sudah mencukupi. Namun, penulis masih gusar dengan pencaplokan nama sang Amirul mukminin, Umar Ibnu Khattab ra. Pencaplokan yang dimaksud adalah, ketika terjadi wabah tho'un di suatu daerah yang akan dilalui oleh kaum muslimin. Maka, terjadilah dua ijtihad yang berbeda antara Sayyidina Abu Ubaidah ra, sebagai Gubernur  di wilayah Syam dengan sang Amirul Mukminin, kala itu.

Ijtihad Sayyidina Abu Ubaidah ra, dan beberapa sahabat senior lainnya seperti Sayyidina Muaz bin Jabal ra, memiliki cara pandang ijtihad yang berbeda dengan sang Amirul mukminin.

Eit, ada satu poin penting sebelum alfaqir melanjutkan. Disebabkan sudah maraknya statement dari Sayyidina Umar ra, tentang menghindari wabah dan takdir buruk. Maka, perlu ditegaskan bahwa Abu Ubaidah ra, adalah sahabat terkemuka, ia dijuluki sebagai aaminul Ummah, orang kepercayaan ummat. Sahabat Mu'adz bin Jabal ra. Juga seorang sahabat terkemuka. Ia termasuk seorang ulama di kalangan para Sahabat ra. Pun termasuk Mufti di kalangan sahabat r.hum.

Letak perbedaan ijtihad antara Sayyidina Umar bin Khattab ra  vs Abu Ubaidah bin Jarrah Dan Mu'adz bin Jabal r.huma adalah pada pemberangkatan pasukan yang akan melewati daerah wabah tho'un. Ini terjadi pada tahun 16 Hijriah atau 640 M. Pendapat Sang Amirul mukminin adalah jangan memasuki daerah wabah. Sedangkan Sayyidina Mu'adz dan Abu Ubaidah berpendapat masuk saja, toh wabah tho'un adalah makhluk tidak bisa memberikan kemanfaatan maupun mudharat. Jika ditakdirkan mati karena tho'un maka pasti mati juga. Jika, takdir kematian bukan pada tho'un maka tidak akan mati. Ini adalah pemahaman mendasar tentang makna kalimat tauhid (لا اله الا الله). Ini pun sesuai dengan nash ayat.

وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ

"Dan tidaklah mereka (manusia, virus, jin atau apapun) tidak dapat memberikan mudharat dengannya kecuali dengan izin Allah." (QS. Al-Baqarah: 102)

Seperti apapun  ijtihad tidak bisa disalahkan. Seperti ijtihad di kalangan ulama Ahlu Sunnah wal jamaah. Ijtihadnya ulama Mujtahidin.

Sayyidina Umar ra. Dengan kedalaman ilmu dan hikmah, punya pendapat yang Masya Allah, luar biasa. Pun dijadikan patokan oleh ulama dalam berijtihad. Ia berpendapat bahwa, jangan masuk ke daerah wabah tho'un, karena bisa membawa kemudharatan, yah minimalnya bisa terjangkit. Ketika ditanyakan, apakah Anda mau melawan takdir ya Umar?. Ia menjawab dengan jawaban yang begitu memukau. "Kalau kita masuk, berarti takdir kita masuk. Sebaliknya kalau kita tidak masuk maka takdir kita tidak masuk." Beliau melanjutkan, "tapi kita pergi meninggalkan takdir yang buruk untuk kita dan kita menuju takdir yang baik untuk kita."

Subhanallah. Ini dua ijtihad yang luar biasa. Satu melihat takdir dengan sudut pandang iman, dan kepasrahan total kepada Allah. Satu lagi melihat takdir sebagai upaya yang masih bisa dipilih. Apapun pilihannya, yah itulah takdir kita. Hasil dari pilihan dan konsekuensi dari sebuah pilihan, itulah takdir.

Ijtihad Sayyidina Mu'adz bin Jabal dan Sayyidina Abu Ubaidah r.hum tidak bisa dicela, karena memang Nabi Saw, sudah mengisyaratkan bahwa ia akan mati dengan penyakit tho'un. "Ya Mu'adz, tetaplah di tempat mu walaupun wabah menggerogoti raga manusia." (HR. Thabrani dan Ahmad, dengan sanad yang Sahih, sebagaimana termuat dalam kitab Alkabir).

Berbeda dengan penduduk Wuhan, China, tempat merebak awal dari si covid-19. Di sana kejadian malah sebaliknya, kaum muslimin dengan izin Allah, tidak seorangpun-Wallahu a'lam- yang tertular covid-19. Sehingga, mereka semakin naik gairah iman mereka. Bukan hanya itu, jumatan yang mereka lakukan menjadi viral karena meluber ke ruas jalan protokol. Allahu Akbar. Tidak cukup sampai di situ, orang China yang komunis, begitu takjub, sehingga meminta kepada kaum muslimin untuk diajarkan wudhu dan shalat. Allahu Akbar.

Walaupun penulis masih ingin melanjutkan beberapa hal, terkait ini. Dikhawatirkan menjadi terlalu panjang dan membuat bosan para netizen yang terhormat. Kami akhiri dengan, akhiru dakwanaa Alhamdulillah lillahi rabbil 'aalamiin washallahu 'alal habib ibni Abdillah.

Wednesday, March 18, 2020

UPAYA AHLUL BATHIL MELENYAPKAN KERJA DAKWAH NUBUWWAH


Oleh: Mujiburrhaman Al-Markazy

Adalah suatu keniscayaan jika senantiasa terjadi pertempuran antara yang hak dan batil. Memang begitu adanya, karena sesuatu yang haq tidak akan pernah menyatu dengan yang bathil. Hal ini telah berlangsung sejak zaman awal. Berlangsung sejak Iblis laknatullah 'alaihi (la)., ditetapkan bahwa ia dicampakkan dari surga dan neraka adalah tempat abadinya. Ia tidak henti-hentinya membuat makar untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar (haq).

Hal bisa kita saksikan pada referensi terbaik sepanjang zaman.

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

"Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (QS. Al-A’râf: 16-17).

Imam At-Thabari rah.a mengutip beberapa penafsir para pakar. Salah satunya mengisyaratkan bahwa, ini adalah ikrar sumpahnya Iblis untuk menyesatkan manusia- sampai hari kiamat-. Sejak saat itulah pertempuran menghalangi manusia dari jalan haq adalah maksud dan visi syaitan dan bala tentaranya.

Bertolak dari hal tersebut, perlu dipahami ahlul Haq beserta jajarannya. Begitupun ahlul bathil dengan pasukannya saling giring-menggiring untuk membujuk manusia ke jalan yang mereka tempuh.
Ahlul Haq dikomandoi oleh para nabi 'alaihi sholatu wa salam. Sejak mula Nabi Adam as, berlangsung estafet sampai 124. 000 para nabi. Ditutup dengan penyempurnaan risalah yang mulia junjungan Nabi Besar Muhammad Saw.

Manusia telah menjadi bipolar (dua kutub), ashabul yamin (jalur kanan) dan ashabu syimal (jalur kiri).
Ashabul yamin adalah barisan para nabi dan pengikutnya dari kalangan para waliyullah, Sholihin, mu'minin, muttaqin, mutawakilin, dst. Begitupun sebaliknya, ashabu syimal adalah barisan Iblis, syaitan, kafirin, musyrikin, munafikin, Dajjal dan seluruh sekutunya.

Jalur para nabi berdakwah dengan memberikan kabar gembira dan peringatan. Jalur syaitan berdakwah dengan "teror" ketakutan, was-was, dan pembolak-balikan fakta alias buat kabar hoax, agar menjadi momok. Dengan "momok" yang diciptakan mulailah kepanikan manusia untuk mencari keselamatan berdasarkan arahan si Master hoax, Iblis.
Kerja para Nabi dan pengikutnya adalah memperkenalkan Allah dan seluruh kehebatannya. Bahwasanya tiada seorang pun atau makhluk apapun yang bisa mendatangkan kemudharatan (bahaya) kecuali dengan restu dari Allah. Pun, tidak ada satu makhluk yang bisa memberikan kemanfaatan (solusi, obat) dan pertolongan tanpa izin dari-Nya.

Sebaliknya, kerja Syaitan dan bala tentaranya. Memperkenalkan segala keperkasaan makhluk. Bahwasanya, makhluk itu bisa memberikan manfaat atau bisa menyebabkan mudharat. Tujuannya, seakan solusi dan jalan penyelesaian masalah, harusnya manusia mengambil jalur keselamatan dan kebahagiaan dengan berkiblat ke jalan yang mereka ciptakan. Momok ketakutan diciptakan agar manusia panik dan salah dalam mengambil tindakan. Salah satu gambarannya tersurat dalam ayat.

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dariNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 268).

Syaikh Ibnu Katsir menguraikan bahwa, tipu daya syaitan adalah membuat manusia khawatir dan takut dengan kemiskinan. Sehingga ia berlaku kikir dalam menggunakan harta.

Ini isyarat kepada manusia. Bahwa hoax "kesusahan" senantiasa ditanamkan dalam benak manusia agar ia digiring menjadi manusia yang tanpa arah, bahkan salah arah menuju neraka. Nauzubillah.

Sedangkan Allah, para Nabi dan pengikutnya, senantiasa mengajak agar rasa takut hanya kepada Allah. Allah-lah yang menjadikan ketenangan dalam ketaatan. Menjadikan kesusahan dan kegelisahan dalam kemaksiatan atau dosa. Apabila harta, jiwa digunakan dan dikorbankan di jalan Allah. Maka, ampunan dan kebahagiaan sejati akan menyelimuti jiwa, raga, di manapun ia berada.

Bukan  hanya itu, surga dan kebahagiaan sejati akan didapatkan dengan menyempurnakan ketaatan kepada Allah.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

"Dan perintahkanlah keluargamu (ummatmu) dalam mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki itu, kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaha: 132).

Penekanan pada ujung ayat jelas. Dibalik ketakwaan ada kesuksesan dan akibat-akibat yang membawa kepada nilai-nilai positif, ketenangan, kedamaian, rezeki dan terakhir syurga yang penuh kenikmatan.

Syaikh Zakariya Al-Kandahlawi, seorang syaikhul hadits masyhur. Ia telah menjadi gurunya pakar hadits, atau syaikhul hadits, sejak umur 18 tahun. Wafatnya di Madinah, dimakamkan di pemakaman Baqi. Diakhir hayatnya berstatus kewarganegaraan Saudi Arabia. Walaupun semasa lahir dan kecilnya di perkampungan Kandahla, India. Ia menyampaikan bahwa, setiap ada orang atau keluarganya yang mengeluhkan kesulitan ekonomi. Maka, beliau Saw, akan membacakan ayat tersebut.

Hal ini, disyaratkan bahwa, apabila dalam kehidupan kesulitan dan kegelisahan menerpa, maka takwa-lah yang harus dinomor satukan. Takwa yang harus diperbaiki terlebih  semua dahulu. Menyempurnakan perintah Allah dalam kehidupan dan menjauhi dosa dengan segala cabang-cabangnya. Barulah solusi kehidupan Allah SWT, datangkan.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (۳) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah  maka Dia akan menjadikan baginya jalan keluar (dari setiap masalahnya). Dan memberinya rezeki dari arah yang tak tidak disangka-sangka” (QS. At Thalaq 2-3).

*Makar Syaitan, Corona dan Ijtima 5 Benua*

Semenjak syaitan diusir dari surga karena kesombongannya. Ia enggan tunduk kepada perintah Allah yang dia anggap tidak pas. Ia merasa lebih banyak amal dan kelebihan daripada makhluk baru, Nabi Adam as. Semenjak itulah strategi tipu daya untuk menghapus kerja dakwah para Nabi dimulai.

Awal mula Nabi Adam As., dan isterinya Bunda Hawa r.ha, syaitan berfikir dengan dikeluarkan mereka dari syurga, langkah mereka beres. Padahal, tidak. Justeru Allah SWT, ciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi, bukan di syurga.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (QS. Al-Baqarah: 30).

Di dunia-lah nampak sifat kekhalifahan manusia. Ia akan semakin dekat dan ditinggikan derajatnya di sisi Allah SWT.

Di zaman Nabi Nuh as, jenis tipu daya syaitan dengan memberikan fikiran buruk dan jahat, agar tidak mengikuti agama Allah yang diserukan. Syaitan memasukkan rasa besar dengan jumlah. Yakin dengan kemampuan yang dimiliki tanpa membutuhkan aturan ilahi. Merasa bahwa, golongan merekalah yang superior sedangkan kaum yang secara kasat mata adalah miskin tapi amal agama, disepelekan.

"Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) seorang manusia seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang berdusta." (QS. Huud : 27).

Muslihat dan tipu daya syaitan tidak berhenti sampai hari kiamat. Nabi Hud, Ibrahim, Ishak, Ismail a.him.s, sampai kepada Baginda Rasulullah Saw. Kongsi kaum kafir, munafik, musyrik, selalu berjalan tanpa henti. Berlalu pula zaman kekhalifahan, hingga raja-raja Islam. Peristiwa demi peristiwa, sampai Islam dijadikan terkotak-kotak tanpa kepemimpinan utuh seluruhnya.

Kemudian datanglah usaha Nubuwwah ini kembali dihidupkan oleh Syaikh Ilyas rah.a, berlanjut kepada Syaikh Muhammad Yusuf rah.a, selanjutnya kepada Syaikh In'amul Hasan rah.a. Dakwah kemudian berjalan dengan sistem kesyuroan. Dalam perhelatan Akbar dunia selalu ada saja upaya untuk menggagalkan pertemuan tersebut. Ajaibnya usaha Nubuwwah ini, dalam skala kecil saja berefek begitu besar kepada orang di sekelilingnya. Bagaimana kalau dilakukan secara Ijtima dan meluas. Berapa banyak orang akan berubah kehidupannya dan menjadi pecinta Allah SWT dan rasul-Nya.

Entah orang mau mengatakan ini teori cocokisasi. Sejauh yang penulis ketahui dalam perjalanan dakwah ini. Selalu ada peristiwa besar yang terjadi untuk menimbulkan was-was dalam diri ummat agar tidak menghadiri Ijtima Besar. Mulai dari isu teroris. Seakan siapa yang pakai jenggot dan sorban adalah teroris. Itu disiarkan massive di media massa dan elektronik.

Tengok saja. Ketika terjadi Ijtima seluruh Indonesia di BSD (Bumi Serpong Damai), Tanggerang. Terjadi sesuatu yang diluar dugaan. Ledakan terjadi di dekat kedutaan Amerika. Entah ada hubungannya dengan peristiwa ledakan di Bali. -Wallahu 'alam-, itu terjadi begitu saja.

Kalau tidak salah ada Ijtima di Amerika atau yang waktunya berdekatan, pada tahun 2011 bulan September, terjadi peristiwa ledakan gedung WTC, yang memporak-porandakan. Pembahasan teroris dan sebagainya semakin ramai. Tidak ayal lagi, membuat gusar saja hati umat yang mau terjun dalam kancah dakwah ini. Dakwah yang dilandasi dengan perasaan cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Mengejewantahkan cinta itu kepada umat agar mereka juga mau kembali menjadi agen untuk perubahan fundamental dirinya dan umat secara totalitas. Agar ia menjadikan agama dan sarana dakwah sebagai motto, "Maksud Hidup." Dilakoni dan diperjuangkan hingga akhir hayat.

Dakwah yang begitu santun dan hikmah ini, terus berjalan. Menginginkan semua orang dimasukkan ke dalam syurga Allah dan semua umat dijauhkan dari neraka kemurkaan-Nya.

Kalau mengikuti teori konspirasi tersebut. Isu teroris dirasa sudah basi. Mengingat umat Islam yang minoritas di bantai di mata dunia, semua membisu. Palestina, Uighur, Rohingya, Suriah, Yaman, dan terakhir India. Kayaknya isu teroris sudah kadaluwarsa dengan aksi teror nyata kepada minoritas muslimin.

Sekarang dengan kecanggihan teknologi, semua bisa direkayasa. Dahulu, rekayasa genetik itu berlaku untuk mensejahterakan manusia. Agar panen berbuah besar, manis, dengan kadar biji nol. Semua bisa direkayasa, dengan rekayasa genetik. Dengan perkembangan teknologi pula, virus yang tadinya hanya hinggap dan berlaku pada hewan bisa dimutasikan gennya ke manusia. Lihat saja kasus besar, SARS (severe acute respiratory syndrome), di China tahun 2002-2004, ini juga penyebabnya adalah corona virus. Penularannya lebih canggih, hanya lewat udara, ketika pasien SARS bersin. Penularan awalnya adalah corona virus pada hewan Luwak.

MERS (Middle-East Respiratory Syndrome) terjadi tahun 2012 di Jazirah Arab. Penularan awalnya dari corona virus pada Unta berpunuk besar. Dan yang terakhir adalah COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Pun, dari Wuhan, China. Penularan awalnya dari Corona virus pada kelelawar.

Menurut alodokter.com, resiko kematian pada COVID-19 tidak lebih berbahaya daripada SARS Dan MERS. Kalau dipersentasikan, 3:10:37. Kalau ada orang yang terkena Covid-19, 100 orang yang terinfeksi, resiko matinya cuman 3 orang. Sedangkan SARS, bisa 10 orang. Kalau MERS lebih tinggi lagi, yakni 37 orang.  

Pertanyaannya, mengapa begitu heboh. Salah satu penyebabnya adalah karena tingkat penularan yang begitu cepat dari segi satuan luas dan waktu. Begitupun belum ditemukan vaksin terhadap covid-19. Dunia dibikin gaduh seolah Ijtima Besar tidak usah dihadiri umat. Sholat pun mulai dianjurkan di rumah saja.

Agar pembahasan tidak kabur. Ketika event dunia. Ijtima 5 Benua akan digelar. Dunia di gegerkan dengan virus covid-19. Aksi tuding berlangsung antara China dan Amerika, siapa yang membuat virus tersebut. Baik China dan Amerika. Awalnya sudah diisukan bahwa menurut mantan intelijen Israel, yang bekerja di militer US. Covid-19 adalah senjata biologis China, tapi kemudian dibantah. Tudingan berikutnya bahwa, virus tersebut dibuat oleh AS, ini diasumsikan bahwa ada beberapa orang yang positif terkena covid-19 pernah kontak langsung dengan Donald Trump. Ketika diuji, dia negatif terinfeksi covid-19.

Begitupun, isu covid-19, dibuat seolah-olah momok menakutkan dunia. Agar umat tidak berkumpul pada Ijtima Asia, di Pakatto, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Ketika tulisan ini dibuat. Masih tanggal 18 Maret, artinya satu hari lagi Ijtima Asia akan berlangsung. Team penghasut dari yang membenci usaha Nubuwwah ini beraksi. Malaysia harusnya tutup bandara, lock down tanggal 18 Maret. Subhanallah, itu adalah tanggal para masyaikh syuro Alam (masyaikh syuro dunia) datang via Malaysia. Ajieb, masyaikh mempercepat datangnya tanggal 17 dikarenakan semangat mendengar laporan bahwa pemerintah Indonesia mendukung penuh, Ijtima dimaksud.

Tanggal 18 Maret hari ini. Masyaikh telah tiba tempat Ijtima Asia dimaksud. Ketika tulisan ini dimuat. Penulis terkejut. Subhanallah, sekarang viral di media mainstream bahwa vaksin covid-19 telah ditemukan China dan akan diproduksi massal untuk didistribusikan ke seluruh dunia. Subhanallah, seperti efek domino. Begitu para masyaikh masuk Medan Ijtima dan umat berkumpul. Protes dari kaum yang dibisikkan syaitan untuk menghalangi jalannya Ijtima dilaksanakan. Alhasil, Ijtima menampakan tanda kesuksesannya. Anti virus covid-19 pun ditampakkan batang hidungnya. Allahu Akbar.

Seandainya, kalau para masyaikh tetapkan Ijtima Asia di Malaysia, bisa kita tebak bagaimana nasib Ijtima. Akan di lock down. Begitupun walaupun keputusan masyaikh bahwa Indonesia jadi tuan rumah, tapi ditetapkan di Ancol, Jakarta. Kita juga bisa tebak bagaimana nasib Ijtima. Yang tak habis membuat penulis berdecak kagum atas nushrotulloh pada usaha Nubuwwah ini. Keputusan musyawarah syuro Indonesia, tempat Ijtima di Pakatto. Keputusan ini jauh diambil sebelum terjadinya covid-19.

Awal mula keputusan akan adanya Ijtima 5 Benua. Diputuskan di Jord qudama Rewind April 2019. Para syaitan mulai kepanasan. Bagaimana cara menggagalkan Ijtima itu. Tempat Ijtima belum diputuskan di negara mana. Selanjutnya, Ijtima Tonggi, Bangladesh bulan Desember. Diputuskanlah Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan Asia. Sejak akhir Desember itu, lahirlah si covid-19. Dunia mulai heboh. Para syuro Indonesia bermusyawarah dimana lokasi Ijtima. Atas pertolongan Allah, Ijtima pertama kali 5 kawasan yang di awali dari Indonesia. Semoga menjadi asbab kemenangan nyata di seluruh Alam. Aammiin

https://www.google.com/amp/s/www.vivanews.com/amp/berita/nasional/41175-kabar-gembira-china-berhasil-ciptakan-vaksin-anti-corona

Inilah nampak begitu nyata di hadapan mata.

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’: 18)

Saturday, May 18, 2019

Menjaga Perdamaian Dengan 'Senjata' (II)


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Ini adalah tulisan lanjutan. Bagi yang belum membaca tulisan terdahulu, kami sarankan diulas kembali pembahasan sebelumnya, agar tidak gagal paham. Terimakasih.

2. Menjaga Perdamaian Dengan 'Senjata' 

Ketika seseorang kesatria hendak melindungi orang lemah, maka dia harus lebih kuat atau sejajar dengan musuh atau si penindas itu. Itu logika perangnya.

Ada juga yang berujar, "Ah, tidak harus sama heroik dan seperkasa dia. Semua kan bisa dinegosiasikan." Kalimat ini secara sepintas, ada benarnya. Itu terjadi jika orang zalim tadi merasa mendapat keuntungan lain jika dia lepaskan siksaan yang ia berikan. Tentunya ia menginginkan keuntungan yang lebih.

Logikanya sekarang dibalik. Jika yang dijajah suatu negeri oleh orang zalim dan negara jajahan itu memiliki kekayaan alam yang tidak bisa dibayar dengan apapun. Apakah hanya dengan modal negosiasi tanpa ada 'gertakan' lebih bisa membuat si penjajah zalim mau lepaskan cengkramannya? Mustahil.

Oleh karenanya, memiliki 'senjata' yang mumpuni untuk menggertak dan melumpuhkan 'libido' penjajahan yang tidak bisa direm adalah dengan show force, bahwa, "Kami pun punya 'senjata'". Sehingga si penjajah akan berfikir ulang dan menganalisis sejauh kekuatan yang mereka miliki untuk duel maut nanti, jika terjadi gejolak fisik. Lantas, senjata apa yang dibutuhkan?

a. Senjata Iman

Iman adalah senjata super canggih. Ia mampu mengalahkan kemampuan senjata hipersonik yang sangat ampuh sekalipun. Bagaimana tidak, senjata hipersonik hanya mampu menerobos kecepatan suara. Untuk sekarang ini belum ada senjata sekaliber yang dapat menandingi kelebihan senjata hipersonik. Cuman kebanyakan orang tidak memahami, bahwa senjata iman mampu menerobos batas ruang dan waktu. Hanya dengan hitungan detik atau kurang dari itu, ia mampu mencapai di atas langit dan bumi. Ia mampu berjumpa dengan pemilik langit dan alam semesta, yakni Allah SWT.

Ketika terjadi Perang Badar, kaum kafir quraisy Makkah memiliki kemampuan diatas rata-rata orang beriman. 950-1000 orang kafir sedangkan kaum muslimin hanya sekitar 313 ada riwayat lain 315 orang. Kaum kafir quraisy dengan persenjataan lengkap, sedangkan kaum muslimin hanya memiliki 2 ekor kuda dan 70 ekor unta. Satu unta dikendarai bergiliran sampai 3 orang satu unta. Seperti Rasulullah Saw, bergiliran unta dengan Ali k.Wh. dan Marsyad bin Abi Marsyad.

Dalam riwayat lain ada tambahan kaum muslimin hanya membawa 8 tombak. Memang tujuan utama mereka bukan untuk berperang tapi hanya menuntut hak mereka. Hak atas harta mereka yang ditinggalkan di Makkah. Ini ditanggapi berbeda oleh kaum kafir yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Dalam pandangan mereka kaum muslimin adalah musuh, menyurat lah ia ke Makkah dengan hoax yang dibuat bahwa keadaan mereka akan diserang oleh kaum muslimin. Realitanya tidak seperti itu, mereka hanya menuntut hak, tapi disambut dengan armada perang.

Kaum muslimin mengalami pilihan sulit apakah harus berperang, padahal tujuan awal bukan untuk itu. Ditambah lagi, seumpama peperangan berkecamuk apakah kaum Anshar bersedia untuk menolong Rasulullah dan kaum Muhajirin? Mengingat, perjanjian dalam piagam Madinah salah satunya menyebutkan, mereka akan bersedia melindungi Rasulullah Saw dalam keadaan bagaimanapun ketika berada di Madinah.

Sedangkan Badar berbeda di luar Kota Madinah, 80 mil, sekitar hampir 130 km. Mereka telah berada di Padang tandus dekat Sumur Badar. Berjalan kaki berganti unta pun capek. Sementara mereka telah dihadapkan dengan sekitar 1000 pasukan lengkap. Perintah Allah pun datang.

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,"

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

"(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali hanya karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah"..." (QS. Al-Hajj: 39-40)

Rasulullah Saw, membakar semangat  para sahabatnya. "Apakah kalian bersedia melindungi ku dengan jiwa dan raga kalian." Orang Muhajirin tampil berdiri menyampaikan kesetiaan mereka membela Rasulullah Saw dalam keadaan bagaimanapun. Sebanyak tiga kali beliau mengulang pertanyaan yang sama, sampai  berdirilah Sa'ad bin Ubadah Ra., tokoh Anshar "Wahai Rasulullah Saw, kami kah yang engkau maksudkan, adapun kami, kami tidak akan meninggalkan engkau berjuang sendirian walaupun engkau membawa kami tempat paling sulit sekalipun kami akan senantiasa bersama dengan mu. Kami tidak akan berkata sebagaimana perkataan Bani Israil kepada
Musa.
فَاذْهَبْ    أَنتَ    وَرَبُّكَ    فَقٰتِلَآ    إِنَّا    هٰهُنَا    قٰعِدُونَ  
Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja”. (QS. Al-Mâidah: 24)."

Melihat kebulatan tekad kaum Anshar dalam Bai'at Aqobah itu, bertambah semangat dan teratur lah barisan kaum muslimin. Walaupun kondisi mereka sangat lemah sebagaimana Allah Abadikan dalam Surat Al-Imran: 123-126

"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya." (QS 3: 123)

"(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" (QS 3: 124)

"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda." (QS 3: 125)

"Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa."  (QS 3: 126)

Lihatlah, bagaimana senjata iman bekerja. Ia mampu menggerakkan pasukan yang lebih hebat dari semua senjata hipersonik yang dimiliki oleh siapa pun, yaitu malaikat. Sebenarnya satu malaikat sudah cukup, 3000-5000 malaikat adalah sebagai kabar gembira saja dan untuk menenangkan hati.

b. Senjata Ilmu

Bersambung....


Friday, May 17, 2019

Menjaga Perdamaian dengan 'Senjata' (I)


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Islam adalah agama perdamaian dan kasih sayang. Jika ditilik makna kata Islam itu sendiri perdamaian. Islam berasal dari kata

الإسلام مصدر من أسلم يسلم إسلاما
"Islam adalah kata infinitif berasal dari kata "Aslama- Yusallimu- Islaaman." Bermakna, selamat, damai dan penyerahan diri total kepada Allah. 

Hal ini telah menjadi ciri khusus dari orang islam jika saling berjumpa, maka yang terbaik adalah orang yang mendoakan keselamatan terlebih dahulu kepada yang lainnya. "السلام عليكم ورحمه الله وبركاته." Ucapan salam yang lazim didengar. "Semoga, keselamatan, kesejahteraan senantiasa tercurah kepada mu disertai rahmat dan berkah dari Allah." Ucapan ini lebih tinggi nilainya dari sekedar ucapan, "Selamat Pagi," atau ucapan sejenisnya. Bukan membandingkan tata bahasa mana yang paling tinggi, tapi kedudukan makna dan doa di dalamnya. Doa ini tidak terbatas oleh jarak dan waktu. Tidak hanya pagi, siang atau malam, bukan hanya di dunia, doa ini mengcover seluruh dimensi tempat dan waktu. Ditambah lagi lafaz "كم" adalah makna penghormatan kepada satu orang dan juga jamak, banyak orang. 

Bukan hanya itu, Islam pun menjamin keselamatan siapa saja yang ada di sekelilingnya. 

المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang menjadi selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40). 

Intinya, dia menjaga kemuliaan saudara muslimnya. Dengan cara tidak menceritakan aib dan memfitnahnya. Selain itu, juga menjaga agar tangan dan perbuatannya tidak menyakiti dan merusak hak saudaranya. 

Apakah ini hanya berlaku untuk orang islam saja? Tidak. 

أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا

“Sesungguhnya barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”. (QS  Al-Mâidah: 32). 

Ini adalah undang-undang universal. Hukuman membunuh satu orang seakan-akan dia telah membunuh jutaan dan semua orang, itu poin pertama. Lagi pula, selama seseorang itu tidak buat kerusakan yang besar dan perseteruan, maka dia tetap dilindungi haknya oleh Islam. Ada lagi yang lebih menakjubkan, memuliakan dan menghormati 'musuh' yang telah ditawan pun diajarkan dalam Islam.

1. Menyayangi Walaupun Perang Berkecamuk

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan perang.” (QS. Al-Insan: 8). 

Inilah pujian Allah kepada keluarga Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra, dan ahlul baitnya. Walaupun mereka sudah kehabisan makanan selama 3 hari, makanan satu-satunya yang mereka punya pun mereka berikan kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan perang. Setiap hari datang tiga jenis orang itu tepat saat mereka akan santap roti buatan Bunda Fatimah r.ha selama tiga hari puasa. Padahal, apa susahnya, bagi keluarga bangsawan itu untuk mengatakan, "Tolong jangan dulu datang, nanti lagi ya." Pasti orang yang datang itu akan mengerti. 

Tidak hanya itu, dalam peperangan pun, Nabi Saw, melarang untuk menebang pohon dan membunuh orang tua, wanita, anak-anak dan Rahib atau pendeta alias pemuka agama. Padahal ini terjadi dalam wilayah perang dan barisan musuh telah terkepung.  Tetap saja tidak boleh berlaku semena-mena. 

وَلا تُغْرِقُنَّ نَخْلاً وَلا تَحْرِقُنَّهَا، وَلا تَعْقِرُوا بَهِيمَةً، وَلا شَجَرَةً تُثْمِرُ، وَلا تَهْدِمُوا بَيْعَةً

“Jangan sekali-kali menebang pohon kurma, jangan pula membakarnya, jangan membunuh hewan-hewan ternak, jangan tebang pohon yang berbuah, janganlah kalian merobohkan bangunan,…” (Riwayat al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra 17904, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/75, dan ath-Thahawi dalam Syarah Musykilul Atsar 3/144).

لاَ تَقْتُلُوا أَصْحَابَ ‏الصَّوَامِعِ

“Janganlah kalian membunuh pemilik bihara (rahib).”

وَلاَ تَقْتُلُوا شَيْخًا فَانِيًا، وَلاَ طِفْلاً، وَلاَ صَغِيرًا، وَلاَ امْرَأَةً…

“Janganlah kalian membunuh orang tua yang sudah sepuh, anak-anak, dan wanita…” (HR. Abu Dawud 2614, Ibnu Abi Syaibah 6/438, dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra 17932).

2. Menjaga Perdamaian dengan'Senjata'

Bersambung....

Menulis Artikel vs Buku


Oleh:
Mujiburrahman Al-Markazy

Menjadi seorang penulis adalah hal terindah yang tidak bisa dirasakan oleh orang yang tidak memiliki minat kearah itu. Dengan menulis seseorang bisa mengekspresikan apa saja yang ia rasakan, fikirkan, perasaan, atau ingin mengabadikan momen tertentu yang mungkin hanya dia saja dan tuhan yang tahu. Semua dapat tergambar dan mengalir deras dalam tarian jarinya di atas kursor atau dengan pulpen lusuh dan kertas 'ajimatnya'. 

Kebanyakan orang bertanya, bagaimana memulai menulis. Sebenarnya itu bukan persoalan utama, yang menjadi persoalan utama adalah apa saja yang bisa ditulis? Ya, bahan tulisan jauh lebih penting daripada teknik kepenulisan. Padahal, apa saja dalam kehidupan sehari-hari bisa dijadikan sebagai bahan dan rempah dalam menulis. Tulislah apa yang dirasakan, difikirkan, dan ingin disampaikan. 

Ada juga bertanya bagaimana agar tulisan kita menjadi terasa renyah, nikmat dan penasaran untuk tidak diselesaikan dibaca. Sebenarnya, poinnya sama saja. Maksudnya adalah ketika kita mampu memadukan olahan fikiran, perasaan dan pesan yang akan disampaikan, maka percayalah tulisan yang diramu akan membuat haus para pembaca. 

Ada lagi yang perlu dipahami adalah hindarkan fikiran tentang rumitnya tata bahasa dan sistematika kepenulisan. Jika dalam benak seorang penulis pemula telah menghadirkan benturan permasalahan yang sebenarnya bukan asas, maka ia akan sulit untuk mengembangkan ide yang ia miliki. Jangan tanya bagaimana bagus dan mengalirnya ide itu. Jika dalam diri si penulis pemula itu, masih ada konflik internal, maka yakinlah ia akan 'gagal' berekspresi. Jika demikian adanya, tidak usah ditanya bagaimana hasilnya. 

2. Menjadi Penulis Artikel di Surat Kabar

Ada pula yang membaca satu kolom artikel, tapi rasanya kok, artikelnya panjang sangat yah? Bagi dia artikel itu harusnya, hanya sebanyak 1500 sampai 2000 karakter dengan kata lain 10 sampai 20 paragraf. It's Ok, itu baik saja dan memang pada umumnya surat kabar menerima kolom opini rata-rata kriterianya seperti itu. Cuman bagi penulis yang ingin menulis buku, biasanya memulai dengan menulis banyak artikel yang terkait dengan satu pembahasan yang berkesinambungan. Sehingga tidak mengherankan jika ada penulis yang menulis artikel, dengan tulisan lebih dari 2000 karakter.

Jika ditanya untuk apa menulis begitu panjang? Sepertinya tidak efisien? Bagi penulis pemula efisiensi adalah nomor selanjutnya, yang terpenting ide tulisan itu dituangkan dalam 'kertas' onlinenya. Bagi si penulis pemula, editing, dan perbaikan kualitas tulisan bisa dilakukan kapan saja. Sebab buku yang mumpuni dan mendalam pembahasannya adalah sekitar 150 sampai 200 halaman. Jika ada buku yang kurang dari jumlah itu halamannya, maka dianggap kurang mendalam pembahasannya oleh penerbit.

3. Penulis artikel Vs Buku

Sebenarnya, tidak ada pertentangan diantara keduanya, hanya saja saling menjembatani. Sebuah buku bisa ditulis, biasanya dimulai dengan menulis artikel. Artinya, artikel adalah jembatan penyusun lahirnya sebuah buku. Dengan kata lain artikel adalah remah-remah dari sebuah buku yang utuh. Jadi, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

Perlu dipahami pula, bahwa untuk menjadi penulis artikel di surat kabar, hendaknya memahami karakter dan ciri dari sebuah surat kabar itu sendiri. Setelah itu, tema yang dibahas adalah topik yang faktual dan tentunya menarik. Serta pahami, berapa karakter yang dibutuhkan untuk diletakkan dalam kolom yang disediakan, agar efesiensi tulisan bisa berbobot. 

Selamat menjadi penulis yang produktif, kreatif, inovatif dan sukses. Berbuatlah untuk masa depan akhirat, maka kesuksesan dunia akan menghampiri.


Di Malam 13 Ramadhan 1440 H
17 Mei 2019
Wanggudu, Asera, Sulawesi Tenggara